Ramadan 2025 Daya Beli Turun, Warga Lampung Berhati-hati Belanja

- Daya beli masyarakat Lampung menurun signifikan akibat kondisi ekonomi sulit dan berita buruk di media sosial.
- Konsumsi barang tersier seperti baju, perabot rumah, dan kendaraan menurun jelang Lebaran 2025.
- Jumlah pemudik diprediksi tidak seheboh tahun lalu, ditandai dengan turunnya indeks kepercayaan konsumen.
Bandar Lampung, IDN Times - Ramadan identik meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat, seperti lapak takjil, promo buka puasa bersama restoran, berbagi hampers Lebaran, hingga berburu tiket mudik. Namun, Ramadan 2025 dibayangi tantangan ekonomi yang cukup berat, seperti gelombang PHK massal dan bencana banjir di berbagai wilayah Indonesia.
Kondisi ini berpotensi memengaruhi daya beli masyarakat dan pola konsumsi selama. Di Lampung, bagaimana masyarakat beradaptasi dengan situasi ekonomi yang sulit, apakah euforia Ramadan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya? Serta bagaimana berbagai pihak merespons perubahan pola konsumsi ini?
Berikut IDN Times ulas perspektif Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung, Prof Marselina Djayasinga.
1. Daya beli masyarakat menurun

Menurut Marselina, daya beli masyarakat di Lampung menurun signifikan dibanding tahun lalu. Ia menilai, kondisi ekonomi yang sulit serta maraknya berita buruk di media sosial membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam berbelanja.
Marselina menambahkan, menjelang lebaran, masyarakat meningkatkan konsumsi untuk barang tersier seperti baju baru, perabot rumah tangga, hingga kendaraan. Namun, tahun ini tren tersebut tidak terlihat.
"Daya beli turun, naik kelas menengah ke atas maupun menengah ke bawah mulai mengurangi pengeluaran. Biasanya sebelum lebaran, banyak yang beli kursi, ganti gorden, atau bahkan kendaraan baru. Sekarang, tidak lagi," katanya, Sabtu (15/3/2025).
2. Jumlah pemudik diprediksi berkurang

Marselina menjelaskan, selain konsumsi barang tersier yang menurun, jumlah pemudik juga diprediksi tidak seheboh tahun lalu.
Walaupun transportasi umum seperti kereta dan travel tetap terisi, tingkat keterisian diperkirakan lebih rendah dibanding periode Lebaran sebelumnya.
"Orang sudah lebih sulit sekarang. Mungkin masih ada yang mudik, tapi tidak akan seheboh tahun lalu," ujarnya.
3. Indeks kepercayaan konsumen turun

Hasil survei BI menunjukkan, indeks kepercayaan konsumen di Lampung turun dari 127 menjadi 126,4. Artinya, masyarakat semakin pesimis terhadap kondisi ekonomi ke depan.
"Kalau konsumen sudah tidak berekspektasi lagi untuk belanja bulan depan, apalagi untuk investasi atau membuka usaha baru, ini tanda-tanda ekonomi sedang melemah," tambah Marselina.
Selain faktor ekonomi, Marselina menyatakan, maraknya berita mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kesulitan keuangan perusahaan semakin memperburuk kepercayaan masyarakat.
"Sekarang semua orang sudah tahu kondisi ekonomi sedang sulit. Banyak yang takut kehilangan pekerjaan atau usaha mereka bangkrut. Akhirnya, orang memilih bertahan dan mengurangi konsumsi," ungkapnya.
4. Pemerintah harus segera bertindak

Marselina menegaskan jika kondisi ini tidak segera dibenahi, perlambatan ekonomi bisa semakin parah. Ia menekankan pentingnya kebijakan untuk mempertahankan daya beli masyarakat, seperti bantuan sosial untuk kelompok ekonomi lemah dan upaya mencegah pemutusan hubungan kerja.
"Perekonomian Indonesia 65 persen ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Kalau daya beli turun, ekonomi juga akan melemah. Pemerintah harus segera melakukan langkah konkret," tuturnya.