Cerita Lebaran, Status Orang Tua Baru dan Si Putri Kecil

Bandar Lampung, IDN Times - Momen Lebaran 1446 Hijriah memberikan makna dan pengalaman berbeda bagi keluarga kecil kami. Yaps, tahun kedua saya dan istri melewati hari kemenangan kali ini telah ditemani buah hati pertama kami.
Kehadiran "Si Putri Kecil" sebagai anggota baru dalam keluarga kami membuat suasana lebaran tahun ini lebih berwarna, bukan hanya dirasakan saya dan istri, tapi bahkan keluarga besar saya di kampung halaman Pugung, Kabupaten Tanggamus maupun pihak keluarga istri di Labuhan Dalam, Bandar Lampung.
Bagaimana tidak, saya merupakan anak sulung otomatis menempatkan putri kecil kami sebagai cucu pertama di keluarga saya. Sementara dari keluarga istri, bayi yang baru akan memasuki usia 10 bulan ini adalah cucu paling terakhir alias keduabelas.
Tak heran sosoknya seolah menjadi ikon tersendiri pada momen lebaran tahun ini, terlebih di mata kakek dan nenek serta eyang kakung dan eyang uti-nya yang setiap saat berusaha menghabiskan waktu bersama menemani tiap tawa hingga tangis yang disuarakan putri kami.
Di sisi lain, bagi saya dan istri keberadaannya banyak memberikan pengalaman hidup baru bagi kami yang kini resmi menyandang status sebagai ayah dan ibu. Terutama dalam urusan menyiapkan persiapan lebaran, mulai dari berbelanja pakaian hingga pernak-pernik keperluan anak sampai urusan perjalanan pulang kampung.
Pengalaman baru lebaran kali ini harus diakui sedikit membuat kami cukup kerepotan. Sebab, saya dan istri mesti memperhatikan baik-baik setiap keperluan buah hati kami nanti selama berada di kampung halaman semisal kebutuhan MPASI, peralatan mandi, dan lain-lainnya.
Alhasil, barang bawaan kami selama menempuh perjalanan pulang ke kampung halaman menggunakan sepeda motor bisa dibilang cukup banyak. Kami beruntung jarak tempuh berkendara terbilang tak memakan waktu lama, karena hanya sekitar tiga jam dengan kecepatan sedang.
Selama di perjalanan, sesekali saya memutuskan beristirahat agar istri yang bertugas menggendong anak bisa sejenak meluruskan pinggang sekedar menghilang rasa pegal akibat perjalanan. Kesempatan ini juga kami manfaatkan memberikan susu atau camilan roti bayi kepada putri kecil kami.
Sebagai orang tua baru saya dan istri mulai belajar dan pelan-pelan memahami, sejatinya prioritas kehidupan kami kini bukan lagi hanya persoalan pasangan suami istri, tapi juga bagaimana bertanggung jawab terhadap karunia Allah SWT tersebut.
Pengalaman lain tak luput saat momen pembagian hadiah lebaran atau bagi-bagi Tunjangan Hari Raya (THR) yang biasa dilakukan dalam keluarga kami. Di tahun ini, saya dan istri bergantian kembali mendapatkan amplop lebaran, namun bukan milik kita berdua, lebih tepatnya ditujukan untuk putri kecil kami.
Pada momen ini, meski belum mengerti makna bagi-bagi THR tersebut, namun sesekali wajah polosnya memperlihatkan tawa yang seakan ikut merasakan kegembiraan dan kebahagiaan euphoria suasana momen Lebaran.
Terlepas dari keriweuhan yang ada, sederetan pengalaman dan kisah kehadiran anak pertama kami melengkapi kebahagiaan saya bersama istri dalam setiap cerita lebaran tahun ini.