Cerita Wahyu Nyaris Tak Kuliah, Kini Masuk Unila Dapat Beasiswa

- Wahyu diterima SNBP dan raih beasiswa KIP-K
- Proses panjang pendaftaran beasiswa, dukungan dari guru di pondok pesantren, Ibu Bayyinatush Shobariyyah, serta orang tua yang selalu membantu
- Aktif organisasi dan ukir prestasi di Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al Fatah
- Cita-cita sederhana, ingin angkat derajat keluarga
Bandar Lampung, IDN Times - Tekad dan doa menjadi bekal utama bagi Wahyu Priandana, mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) angkatan 2025. Ia berhasil lolos jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) di Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Berasal dari Dusun Pusingan, Desa Kualasekampung, Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan, Wahyu membuktikan keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk menempuh pendidikan tinggi. Lahir dari ayah seorang petani dan ibu yang baru pulih dari sakit tiroid, Wahyu mengaku sempat ragu untuk melanjutkan kuliah karena terkendala biaya.
“Awalnya saya tidak ingin berkuliah, tetapi dorongan orang tua dan guru membuat saya bertekad. Saya percaya, tidak ada yang tidak mungkin selama kita menyertakan nama Tuhan dalam kehidupan kita,” cerita Wahyu, Senin (18/8/2025).
1. Diterima SNBP dan raih beasiswa KIP-K

Kabar kelulusan Wahyu di Unila semakin lengkap dengan diterimanya ia sebagai penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Mendengar kabar menggemberikan itu, Wahyu langsung sampaikan kepada kedua orang tuanya. Suasana haru pun menyelimuti keluarga ketika mendengar kepastian tersebut.
“Mereka sangat bahagia dan bersyukur. Beasiswa ini menjadi penyelamat yang membuka jalan saya untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri,” katanya.
Wahyu juga menceritakan perjalanannya tak mudah dalam meraih beasiswa tersebut. Ia melewati proses panjang pendaftaran beasiswa, mulai dari seleksi administrasi, verifikasi berkas, hingga wawancara.
"Dukungan penuh datang dari guru di pondok pesantren, Ibu Bayyinatush Shobariyyah, serta orang tua yang selalu membantu saya mengurus kelengkapan dokumen," ujarnya.
2. Aktif organisasi dan ukir prestasi

Selama menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al Fatah, Wahyu dikenal aktif di berbagai organisasi dan kegiatan. Ia bergabung dalam pramuka, paskibra, Islamic Student Movement Al Fatah, hingga Tapak Suci.
Prestasinya juga membanggakan. Wahyu pernah meraih Juara 1 Lomba Pidato Kebangsaan tingkat Provinsi, Juara 2 Lomba Pidato Bahasa Arab tingkat Nasional, serta menorehkan kemenangan di berbagai ajang pencak silat dan kompetisi keagamaan.
3. Cita-cita sederhana, ingin angkat derajat keluarga

Wahyu mengatakan, cita-citanya sederhana namun penuh makna, yakni mengangkat derajat keluarga dan membuktikan anak desa juga bisa berprestasi di perguruan tinggi negeri.
“Saya nanti ingin aktif di organisasi kampus, mengembangkan soft skill, dan memberikan kontribusi untuk masyarakat melalui kegiatan volunteer maupun penelitian,” ujarnya.
Bagi Wahyu, prinsip hidup yang ia pegang adalah menjalankan kewajiban, bertawakal, dan pantang menyerah sebelum mencoba. Ia percaya doa orang tua, terutama doa ibu, merupakan kunci kesuksesan.
“Selama orang tua meridhoi kita, semua pasti bisa,” ucapnya.