Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

SiOpal: Koreografi Tari Mahasiswa Unila tentang Ketahanan Ojek Pangkalan

Gelaran Koreografi "Siopal" Karya Mahasiswa Pendidikan Seni Tari Unila (Dok/Humas Unila)
Intinya sih...
  • Karya koreografi "SiOpal" mengangkat realitas sosial tukang ojek pangkalan
  • Terminal Rajabasa menjadi panggung sarat makna dalam pertunjukan
  • Pesan ketahanan sosial disampaikan melalui karya seni "SiOpal"

Bandar Lampung, IDN Times - Baru-baru ini, dunia seni pertunjukan di Lampung kembali diramaikan oleh sebuah karya koreografi tak hanya memukau secara visual, tetapi juga menyentuh sisi sosial yang kerap terabaikan. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tari Universitas Lampung (Unila) angkatan 2022 berhasil menghadirkan sebuah karya koreografi lingkungan berjudul “SiOpal”, mengambil tema ketahanan ojek pangkalan di tengah gempuran teknologi transportasi daring.

Tak seperti pertunjukan tari pada umumnya digelar di panggung formal, SiOpal justru tampil di ruang publik dan sangat otentik yakni Terminal Rajabasa, Bandar Lampung. Pertunjukan ini pun menjadi perbincangan hangat karena keberhasilannya mengangkat isu sosial lokal dengan pendekatan artistik nan kuat dan penuh empati.

Mengusung gaya koreografi lingkungan, karya ini tidak hanya menyuguhkan estetika gerak tubuh semata, melainkan juga menjadi media penyampaian narasi perjuangan dan keberlangsungan hidup para tukang ojek pangkalan (Opal) kini harus bersaing dengan ojek daring.

1. Mengangkat realitas sosial tukang ojek pangkalan

Gelaran Koreografi "Siopal" Karya Mahasiswa Pendidikan Seni Tari Unila (Dok/Humas Unila)

Karya “SiOpal” merupakan hasil garapan empat mahasiswa Pendidikan Tari Unila, yaitu Rini Kusmita Sari, Ranti, Laora Septaliana, dan Wiwit Darmayanti. Keempatnya dibimbing oleh tiga dosen pengampu mata kuliah Koreografi Lingkungan, yakni Goesthy Ayu Mariana Devi Lestari, Nabilla Kurnia Adzan, dan Lora Gustia Ningsih. Melalui tugas akhir semester ini, mereka menyuguhkan pertunjukan menyentuh sisi sosial, khususnya realitas para tukang ojek pangkalan yang masih bertahan di tengah perubahan sistem transportasi akibat hadirnya ojek daring.

Rini mengatakan, karya ini secara khusus menyoroti aktivitas keseharian para tukang ojek seperti menunggu penumpang, mengelap motor, berbincang santai, hingga memanggil calon penumpang. Dibalik rutinitas sederhana tersebut, tersimpan narasi besar tentang ketahanan hidup dan solidaritas sosial.

"Inilah yang ingin kami angkat melalui eksplorasi gerakan-gerakan jujur dan otentik, tanpa dilebih-lebihkan. Semua gerakan diambil dari hasil riset langsung terhadap para tukang ojek, serta pengamatan di lapangan, menjadikan karya ini punya kedekatan emosional kuat dengan penonton," jelasny, Selasa (17/6/2025).

2. Terminal Rajabasa jadi panggung sarat makna

Illustrasi Tari Tradisional Indonesia (Pexel/Andreas Suwardy)

Menurutnya, pemilihan Terminal Rajabasa sebagai lokasi pertunjukan bukanlah kebetulan. Terminal ini merupakan salah satu titik nyata keberadaan ojek pangkalan di Bandar Lampung.

Di sinilah para tukang ojek berkumpul, beraktivitas, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan menjadikan terminal ini sebagai ruang pertunjukan, SiOpal menghadirkan pengalaman lebih imersif dan menyatu dengan konteks sosial yang diangkat.

"Melalui pendekatan koreografi lingkungan, ruang kota tak lagi hanya latar, tapi juga menjadi bagian dari narasi. Struktur gerak dalam pertunjukan ini mencerminkan dinamika kehidupan Opal, mulai dari rutinitas harian, tekanan akibat persaingan dengan ojek daring, hingga kekuatan solidaritas antar pengojek menjadi penopang eksistensi mereka," terangnya.

3. Pesan ketahanan sosial dalam karya seni

illusTari Tradisional Indonesia (Pexel/Candra Adi Pratama)

Rini merasa bangga “SiOpal” mendapat respon positif dari masyarakat yang hadir menyaksikan pertunjukan. Menurutnya, banyak penonton mengaku karya ini mampu membuka mata mereka terhadap realitas selama ini luput dari perhatian.

"Proses penciptaan karya ini dibangun dengan pendekatan riset, empati, dan kolaborasi. Kami tidak sekadar menciptakan pertunjukan, tapi juga menghidupkan representasi dari kehidupan nyata penuh makna," tandasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us