Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mahasiswa Unila Olah Limbah Kelapa jadi Pupuk Organik Antihama

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Lampung (Unila)
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Lampung (Unila) (Dok/Humas Unila)
Intinya sih...
  • Broconic adalah bioproduk multifungsi berbahan dasar limbah air kelapa tua dan ekstrak brotowali
  • Produk ini lebih ekonomis, tidak berbahaya, dan mudah diaplikasikan
  • Lebih dari 80 persen petani tertarik dengan Broconic karena kontribusi nyata untuk lingkungan dan petani
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Lampung (Unila) mengembangkan Broconic. Itu adalah bioproduk multifungsi berbahan dasar limbah air kelapa tua dan ekstrak brotowali.

Inovasi ini berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) delapan bidang tahun 2025 dari Kemdikbud Ristek. Pandu Lintang Nugroho sebagai ketua tim mengatakan, mereka mengusung semangat pertanian berkelanjutan berbasis bahan lokal dan teknologi ramah lingkungan.

"Berangkat dari keresahan atas tingginya angka gagal panen akibat serangan hama mealybug (kutu putih) di kebun kakao, tim ini menawarkan solusi alternatif yang tidak hanya menanggulangi hama, tetapi juga menyuburkan tanah tanpa meninggalkan residu kimia," kata Pandu, Kamis (31/7/2025).

1. Produk ini lebih ekonomis, tidak berbahaya dan mudah diaplikasikan

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Lampung (Unila)
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Lampung (Unila) (Dok/Humas Unila)

Pandu menjelaskan, sebagian besar petani masih menggunakan pestisida kimia yang justru berisiko merusak kesuburan tanah. Broconic memanfaatkan limbah air kelapa tua, yang selama ini dianggap tak bernilai, padahal kaya akan hormon auksin dan sitokinin yang mendukung pertumbuhan tanaman.

"Kami juga melihat potensi produksi kelapa di Provinsi Lampung tahun 2022 mencapai 78.571 ton dengan luas area tanam sebesar 89.673 hektare," ujarnya.

Sementara itu, brotowali yang dikenal pahit dan berkhasiat, diolah menjadi bentuk nanopartikel. Itu guna meningkatkan daya serap ke tanaman dan efektivitasnya sebagai pengusir hama," jelasnya.

Menariknya, lanjut Pandu, Broconic menggabungkan dua fungsi utama dalam satu produk pupuk cair organik sekaligus pestisida alami. Produk ini juga lebih ekonomis, mudah diaplikasikan, dan tidak membahayakan petani maupun lingkungan guna mendukung sistem pertanian berkelanjutan.

2. Lebih dari 80 persen petani tertarik dengan Broconic

ilustrasi petani bekerja di sawah (pexels.com/Rahmad Himawan)
ilustrasi petani bekerja di sawah (pexels.com/Rahmad Himawan)

Pandu menyampaikan, sebelum tahap uji laboratorium dan uji lapang, tim telah melakukan survei online kepada 30 petani kakao di Lampung. Hasilnya, lebih dari 80 persen petani menunjukkan ketertarikan terhadap produk Broconic.

"Dalam waktu dekat, tim akan melibatkan petani secara langsung untuk validasi lapangan, sekaligus mengedukasi mereka mengenai praktik pertanian yang lebih sehat," ujarnya.

Menurut Pandu, Broconic tidak hanya diorientasikan sebagai hasil riset, namun juga sebagai produk kewirausahaan yang siap memasuki pasar.

“Kami membayangkan Broconic bisa menjadi produk unggulan lokal untuk mendukung pertanian organik, terutama bagi petani kecil dan petani yang ingin beralih ke pertanian berkelanjutan,” ujar Pandu.

3. Berkontribusi nyata untuk lingkungan dan petani

ilustrasi petani di sawah (pexels.com/ Rosyid Arifin)
ilustrasi petani di sawah (pexels.com/ Rosyid Arifin)

Dosen pembimbing, Esa Ghanim Fadhallah, turut berperan besar dalam membimbing tim sejak penyusunan proposal hingga validasi hasil. Ia memberikan arahan strategis agar tetap fokus pada tujuan dan menjaga kualitas produk yang dibuat.

Esa menyebut, keberhasilan Broconic menjadi bukti ide sederhana dari lingkungan sekitar dapat diubah menjadi inovasi berdampak. “Melalui PKM, kami tidak hanya belajar membuat produk, tapi juga belajar peka, bertindak, dan berkontribusi nyata untuk lingkungan dan petani lokal,” tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us