Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dear Gen Z, Pahami Gaya Hidup Modern Picu Gagal Ginjal

Ilustrasi cuci darah /radar tasik
Intinya sih...
  • Gaya hidup modern tak sehat meningkatkan risiko penyakit gagal ginjal kronis di kalangan anak muda
  • Pola makanan cepat saji dan tinggi gula berdampak negatif terhadap kesehatan tubuh, terutama pada generasi milenial dan gen Z
  • Dr Josi mendorong generasi muda untuk menjalani pola hidup "back to nature" dengan mengonsumsi bahan alami untuk menjaga kesehatan tubuh

Bandar Lampung, IDN Times - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Provinsi Lampung mengindikasi gaya hidup modern semakin tidak sehat menjadi salah satu penyebab meningkatnya risiko penyakit gagal ginjal kronis di kalangan anak muda.

Ketua IDI Wilayah Lampung, dr Josi Harnos, MARS mengatakan, penyakit gagal ginjal kronis masa sekarang bisa dibilang tak lagi mengenal faktor usia maupun genetik. Itu dikarenakan, penyakit kerusakan jaringan ginjal dipicu penyakit jangka panjang semisal diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit asam urat.

Sejumlah penyakit penyebab tersebut dapat dipastikan, karena pengidapnya menjalani pola dan gaya hidup modern yang tidak sehat. Semisal banyak mengonsumsi makanan cepat saji hingga tinggi kadar gula.

"Dari dulu perilaku hidup manusia itu sama saja, tapi yang membedakan sekarang apa yang masuk dan diterima oleh tubuh. Contoh konsumsi vape, penggunaan handphone yang punya radiasi dan semacamnya, ini yang kebanyakan dilakukan anak muda kelompok milenial dan gen Z," katanya dikonfirmasi, Sabtu (22/3/2025).

1. Gaya hidup zaman sekarang dan dahulu punya disparitas

ilustrasi ngopi di kafe (pexels.com/Ron Lach)

dr Josi melanjutkan, gaya hidup modern tidak sehat tersebut dapat dilihat semisal maraknya tren minuman kopi hingga aneka makanan melalui serangkaian pengolahan panjang atau ultra proses, yang banyak dikonsumsi para kelompok anak muda zaman sekarang.

"Pertanyaannya apakah tubuh ini didesain untuk mengolah makanan yang sifat bahannya terlalu kompleks? Karena sejatinya tubuh dirancang menyerap bahan makanan atau minuman alami," katanya.

Sehingga tak heran, gaya hidup di zaman sekarang dibandingkan dahulu memiliki disparitas jauh berbeda, sebab, bahan makanan maupun minuman masuk dalam tubuh amat sangat berbanding terbalik. "Sebagi contoh, rata-rata penyakit muncul karena dulu orang tidak kenal gula berlebihan," lanjut dia.

2. Fenomena gagal ginjal kronis tak lagi pandang usia dan genetik

ilustrasi ginjal manusia. (unsplash.com/julien Tromeur)

Berkaca dari kompleksitas pola dan gaya hidup modern tersebut, dr Josi melanjutkan, fenomena penyakit gagal ginjal kronis yang diidap oleh anak muda sudah tak lagi memandang faktor usia maupun genetika.

Termasuk di Lampung, ada banyak temuan kasus sejumlah anak muda harus divonis mengidap gagal ginjal kronis, sehingga harus terus menjalani prosedur pengobatan hemodialisa atau cuci darah disisa hidupnya.

"Bicara secara umum, ada banyak di Lampung, penyebab awalnya apa? Karena kebanyakan mengonsumsi gula, yang jadi permasalahan utamanya," kata dia.

3. Dorong gen Z "back to nature"

Jalan santai (idntimes.com)

Berkaca dari sederet temuan kasus tersebut, dr Josi mendorong generasi muda generasi Z menerapkan pola hidup "back to nature", atau menjalani pola hidup yang memanfaatkan bahan alam untuk menjaga kondisi kesehatan tubuh.

Pola hidup tersebut ditegaskan tidak hanya mampu menangkal penyakit gagal ginjal, melainkan turut menjaga kondisi tubuh dari serangan penyakit lainnya. Sebab, tubuh sejatinya merupakan wadah alam, sehingga sepatutnya bahan dimasukkan ke dalam tubuh berasal dari alami.

"Supaya ada kunci dan anak kunci. Analoginya, kalau tubuh adalah kunci, maka anak kuncinya bahan konsumsi yang berasal dari dalam atau berjalan di atas tanah. Misal, makanlah daging-daging yang dimasak proses pendek, begitu ditangkap disembelih digoreng dan langsung dimakan," ucapnya.

4. Dorong pemerintah daerah jalani pola dan gaya hidup sehat

Ilustrasi cuci darah. (freepik.com/Macrovector)

Ihwal ketersediaan fasilitas dan pelayanan hemodialisis, dr Josi menyampaikan, rumah sakit di Provinsi Lampung rata-rata telah memiliki metode pengobatan cuci darah cukup lengkap dan memadai hingga tingkat kabupaten.

Meski demikian, ia mendorong pemerintah daerah bukan hanya mengedepankan pemenuhan fasilitas pengobatan cuci darah, melainkan turut berperan aktif mengubah pola dan gaya hidup sehat bagi masyarakat Lampung.

"Di Lampung lengkap dan banyak, tapi masalahnya penuh terus. Caranya bukan ditambah fasilitas, tapi pekerjaan kita saat ini bagaimana untuk mencegah penyakitnya," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tama Wiguna
Martin Tobing
Tama Wiguna
EditorTama Wiguna
Follow Us