Cerita Aqila, Gagal Dua Kali Akhirnya Lolos IISMA-E di Australia

- Siti Aqila Nursilmina dari Unila berhasil ikuti program IISMA-E di Curtin University, Australia
- Ia mengalami dua kali kegagalan sebelumnya, tapi berhasil lolos dengan persiapan matang dan rasa ingin tahu yang tinggi
- Selama studi di Australia, Aqila merasakan banyak perbedaan metode pembelajaran, fasilitas akademik, dan pengalaman berharga dalam berinteraksi dengan suku Aborigin
Bandar Lampung, IDN Times - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Lampung (Unila), Siti Aqila Nursilmina, berhasil melaksanakan Program Indonesian International Student Mobility Awards for Entrepreneurship (IISMA-E) di Curtin University, Australia. Aqila mengatakan, tak mudah mendapatkan kesempatan tersebut. Namun ia membuktikan berkat kerja keras dan tekad kuat bisa menggapai impiannya.
"Sejak awal saya telah merencanakan untuk mengikuti program IISMA ini, segala bentuk persiapan saya lakukan, seperti berpartisipasi aktif dalam berbagai organisasi internal dan eksternal kampus, seperti AIESEC dan English Club di tingkat fakultas maupun universitas," kata Aqila, Kamis (13/2/2025).
1. Bangkit dari kegagalan dan perjuangan Aqila menembus IISMA-E

Aqila menceritakan, sudah dua kali gagal dalam seleksi IISMA Reguler dan IISMA Co-Fund. Namun akhirnya mencoba IISMA-E dengan persiapan lebih matang, termasuk dalam pemilihan universitas dan penyusunan esai, serta business plan.
Menurut Aqila, kunci utama untuk lolos IISMA-E adalah rasa ingin tahu yang tinggi dan ketekunan dalam mencari informasi. “Kalau benar-benar ingin mengikuti program ini, seringlah mengakses website dan media sosial resmi IISMA. Jangan takut gagal, karena kegagalan bukan berarti akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses belajar,” ujarnya.
2. Banyak peluang dan pengalaman berharga

Selama menempuh studi di Curtin University, banyak perbedaan dirasakan Aqila, mulai dari metode pembelajaran berbasis proyek, hingga fasilitas akademik sangat memadai, termasuk akses gratis ke berbagai jurnal internasional dan kesempatan mengikuti kuliah bisnis dari pengusaha sukses di Australia. Selain itu, Aqila juga berkesempatan berdiskusi dengan Noongar People, salah satu suku Aborigin di Australia.
"Interaksi ini menjadi pengalaman berharga bagi saya sebagai mahasiswa Hubungan Internasional (HI), karena membuka wawasan lebih luas mengenai budaya asli Australia dan diplomasi budaya," ujarnya.
3. Tantangan selama studi di luar negeri

Lebih lanjut Aqila menceritakan, sempat bertemu dengan dosen dari School of Humanities di Curtin, yang semakin memotivasinya untuk melanjutkan studi S-2 di luar negeri. Namun, di sisi lain, berkuliah di luar negeri tidaklah mudah, terutama dalam hal penyesuaian bahasa dan aksen para dosen.
Menurutnya, meskipun memiliki skor English Proficiency Test (EPT) yang memadai, ia tetap mengalami sedikit kesulitan memahami pelafalan aksen. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu juga menjadi tantangan tersendiri bagi Aqila.
"Setelah mengikuti IISMA-E, banyak sekali peluang relasi yang saya dapatkan. Pengalaman studi di Australia juga membuat saya semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, kesehatan, serta peran bahasa internasional dalam membuka peluang lebih luas," terangnya.
Aqila berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa Unila lainnya untuk terus berusaha dan mengejar mimpi, termasuk dalam meraih pengalaman belajar di luar negeri.
“Ambil setiap kesempatan, jangan ragu pada diri sendiri. Seperti yang dikatakan Taylor Swift, ‘Everything you lose is a step you take.’ Kegagalan bukan akhir, melainkan bagian dari perjalanan. Jika ingin sesuatu, kejar dengan serius dan selalu berdoa,” tandasnya.