5 Dampak Negatif Joy-Stealing Kehidupan Sehari-hari, Wajib Tahu!

- Joy-stealing adalah fenomena ketika seseorang merusak momen bahagia dengan komentar negatif atau sikap meremehkan, baik dari keluarga, teman, pasangan, hingga rekan kerja.
- Joy-stealing dapat menggerogoti kepercayaan diri, membuat seseorang enggan mencoba hal baru, dan menciptakan atmosfer beracun di lingkungan kerja.
- Dampak negatif joy-stealing meliputi sulit menikmati kebahagiaan sepenuhnya, rasa tidak aman dalam interaksi sosial, serta berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik.
Pernah gak sih kamu merasa kegembiraan atau pencapaianmu langsung sirna gara-gara komentar menyebalkan dari orang lain? Itulah yang disebut joy-stealing atau pencurian kebahagiaan, fenomena ketika seseorang secara sadar atau gak sadar merusak momen bahagia yang sedang kamu rasakan.
Pelakunya bisa siapa saja, mulai dari keluarga, teman, pasangan, hingga rekan kerja dengan komentar sinis atau sikap meremehkan. Di era media sosial seperti sekarang, joy-stealing bahkan bisa terjadi lewat komentar negatif di postingan tentang hal menyenangkan yang kamu bagikan.
Meski kedengarannya sepele, dampaknya pada kesehatan mental dan kualitas hidup ternyata cukup serius. Kalau dibiarkan terus-menerus, joy-stealing bisa merusak rasa percaya diri dan hubungan interpersonal. Yuk, simak lima dampak negatif joy-stealing wajib kamu waspadai!
1. Menurunkan kepercayaan diri dan menghambat pengembangan diri

Joy-stealing yang terjadi berulang kali bisa menggerogoti kepercayaan dirimu secara perlahan. Ketika setiap pencapaian atau kebahagiaan selalu dibalas dengan komentar menyebalkan seperti "itu sih biasa aja" atau "masih banyak yang lebih bagus", lama-kelamaan kamu akan mulai meragukan kemampuan sendiri dan merasa gak pantas untuk bahagia.
Lebih parahnya lagi, kamu mungkin jadi enggan mencoba hal-hal baru atau mengejar impian karena takut diremehkan. Alih-alih fokus pada pertumbuhan dan kemajuan, energimu malah terkuras untuk memikirkan potensi kritik yang akan datang.
Inilah mengapa joy-stealing sangat berbahaya. Ia bisa membunuh potensimu sebelum sempat berkembang dan membuatmu terjebak dalam zona nyaman yang stagnan.
2. Merusak hubungan dan menciptakan lingkungan beracun

Bayangkan kalau ada seseorang yang selalu mencuri kebahagiaan dari setiap momen positif yang kamu alami. Lama-kelamaan, kamu pasti akan menjauh dan mengurangi intensitas interaksi dengan orang tersebut.
Inilah mengapa joy-stealing bisa merusak hubungan, baik itu pertemanan, hubungan keluarga, atau bahkan hubungan romantis. Di lingkungan yang lebih luas seperti tempat kerja, joy-stealing bisa menciptakan atmosfer beracun yang mematikan kreativitas dan kolaborasi.
Ketika rekan kerja saling menjatuhkan atau meremehkan ide dan pencapaian, semangat tim akan menurun drastis. Produktivitas berkurang, konflik meningkat, dan pada akhirnya, budaya kerja yang positif jadi hancur. Gak heran kalau banyak perusahaan sekarang mulai serius menangani masalah ini sebagai bagian dari program kesehatan mental karyawan.
3. Mengganggu kemampuan menikmati kebahagiaan dan momen positif

Ketika terus-menerus menjadi korban joy-stealing, kamu bisa jadi terkondisi untuk selalu waspada dan skeptis terhadap momen-momen bahagia. Bahkan saat gak ada yang mencuri kebahagiaanmu, kamu sudah terbiasa untuk "menunggu sepatu jatuh", yaitu bersiap-siap kalau sesuatu yang buruk akan terjadi dan merusak kebahagiaanmu.
Akibatnya, kamu jadi sulit benar-benar menikmati dan mengalami kebahagiaan sepenuhnya. Alih-alih fokus pada momen bahagia, pikiranmu malah sibuk mengantisipasi komentar negatif atau mencari-cari potensi masalah.
Kemampuan untuk hadir seutuhnya dalam momen bahagia jadi terganggu, dan kamu kehilangan banyak kesempatan untuk merasakan sukacita yang seharusnya bisa kamu nikmati dalam hidup sehari-hari.
4. Memicu kecemasan sosial dan perilaku isolasi diri

Joy-stealing yang konsisten bisa membuatmu merasa gak aman dalam interaksi sosial. Kamu jadi takut berbagi kabar baik atau pencapaian karena khawatir akan ditanggapi dengan negatif.
Akhirnya, kecemasan sosial mulai berkembang, kamu jadi gugup berinteraksi dengan orang lain dan terus-menerus khawatir tentang penilaian mereka. Sebagai mekanisme pertahanan, kamu mungkin mulai mengisolasi diri dan membatasi interaksi sosial hanya dengan lingkaran kecil yang aman.
Kamu jadi enggan bergabung dalam acara sosial, menghindari percakapan mendalam, atau bahkan menutupi prestasi dan kebahagiaan dari orang lain. Padahal, koneksi sosial adalah salah satu faktor penting dalam kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan mengisolasi diri, kamu sebenarnya membiarkan joy-stealer menang dan mengambil lebih banyak lagi dari hidupmu.
5. Memengaruhi kesehatan mental dan fisik dalam jangka panjang

Joy-stealing yang berlangsung lama bisa berdampak serius pada kesehatan mentalmu. Stres kronis akibat selalu merasa gak dihargai atau diremehkan bisa memicu atau memperburuk kondisi seperti depresi dan kecemasan.
Kamu jadi lebih rentan mengalami mood swing, perasaan gak berdaya, atau bahkan thoughts negatif tentang diri sendiri. Yang sering terlupakan, dampak joy-stealing gak cuma pada mental tapi juga fisik.
Stres berkepanjangan bisa mempengaruhi pola tidur, sistem kekebalan tubuh, dan bahkan kesehatan jantung. Berbagai penelitian menunjukkan orang yang sering mengalami emosi negatif dan stres kronis cenderung lebih rentan terhadap berbagai penyakit fisik. Jadi, joy-stealing bukan cuma merusak kebahagiaan sesat, tapi juga bisa berdampak pada kesehatan dan umur panjangmu.
Ingat, kemampuan menikmati dan merasakan kebahagiaan adalah hakmu. Jangan biarkan orang lain mencurinya darimu. Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang mendukung dan merayakan keberhasilanmu. Dan yang terpenting, jadilah orang yang selalu menambah kebahagiaan orang lain, bukan menguranginya. Semoga bermanfaat!