Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bayi 2 Bulan Meninggal di RSUDAM, Orang Tua Ungkap Dugaan Pungli

IMG_20250822_111147.jpg
Orang tua batin korban pascaoperasi di RSUDAM. (IDN Times/Istimewa).
Intinya sih...
  • Dokter meminta uang Rp8 juta melalui rekening pribadi
  • Komunikasi dengan dokter berubah setelah kondisi anak memburuk pasca operasi
  • Keluarga pertanyakan pelayanan pasien BPJS dan dugaan pungutan liar di RSUDAM
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lampung Selatan, IDN Times – Pasangan suami istri (Pasutri) di Kabupaten Lampung Selatan kehilangan buah hati tercinta masih berusia dua bulan usai menjalani perawatan medis di RSUD Abdul Moeloek (RSUDAM) Kota Bandar Lampung.

Peristiwa duka tersebut dialami pasutri tersebut ialah Sandi Saputra (27) dan Nida Usofie (23). Kasus ini menyisakan dugaan pungutan liar (Pungli) dan keluhan pelayanan rumah sakit.

"Kami sangat berduka dan sangat kehilangan atas meninggalnya anak pertama kami ini," ujar Sandi dimintai keterangan, Jumat (22/8/2025).

1. Diminta uang melalui rekening pribadi

ilustrasi transfer otomatis (unsplash.com/Jonas Leupe)
ilustrasi transfer otomatis (unsplash.com/Jonas Leupe)

Berdasarkan keterangan keluarga, anak mereka dirujuk ke RSUDAM pada 9 Juli 2025. Hasil pemeriksaan rontgen pada 19 Juli menunjukkan sang anak menderita penyakit Hispro yang membutuhkan tindakan operasi.

Dalam proses konsultasi, dokter yang menangani berinisial BR, disebut meminta uang Rp8 juta secara pribadi dengan alasan pembelian alat medis. Dana tersebut kemudian ditransfer ke rekening pribadi dokter, bukan rekening resmi rumah sakit.

“Dokternya tidak menjelaskan secara detail alat apa yang dimaksud. Kami terpaksa menuruti karena ingin anak kami selamat,” ucapnya.

2. Kondisi anak makin memburuk setelah operasi

IMG_20250822_111201.jpg
Orang tua batin korban pascaoperasi di RSUDAM. (IDN Times/Istimewa).

Sandi menambahkan, komunikasi dengan dokter semula berjalan lancar ketika membicarakan alat medis. Namun, respons berubah setelah kondisi anaknya memburuk pascamenjalani operasi.

“Kalau soal alat, WhatsApp saya cepat dibalas. Tapi setelah anak saya kritis, balasan baru datang keesokan harinya, bahkan setelah anak saya meninggal pada 19 Agustus,” imbuh dia.

3. Pertanyakan pelayanan pasien BPJS

Sumber Gambar: bpjs-kesehatan.go.id
Sumber Gambar: bpjs-kesehatan.go.id

Selain dugaan pungutan, keluarga juga mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Meski terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan kelas II, anak mereka ditempatkan di ruang kelas III dengan alasan penerapan sistem “ruangan tanpa kelas”. Keluarga juga menilai perawat kurang sigap saat kondisi pasien memburuk.

“Kami ingin tidak ada lagi keluarga lain yang mengalami hal serupa. Pasien BPJS seharusnya mendapat pelayanan layak tanpa pungutan tambahan,” tegas Sandi.

Terkait peristiwa ini, Plt Dirut RSUD Abdul Moeloek, Imam Ghozali mengamini telah menerima informasi tersebut dan kini masih menelusuri rangkaian peristiwa tersebut.

"Kami menyampaikan rasa duka sedalam-dalamnya, kami berkomitmen menuntaskan kasus ini," lanjutnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us