260 Konflik Manusia dengan Satwa Liar Terjadi Tiap Tahun di Lampung!

- Setahun terakhir sudah 7 orang korban dimangsa harimau
- Akui konflik terus meningkat
- Salah satu pemicu satwa kekurangan pakan alami
Bandar Lampung, IDN Times - Sebanyak 260 konflik manusia dengan satwa liar rata-rata terjadi setiap tahun di Provinsi Lampung. Interaksi negatif ini khususnya melibatkan satwa liar jenis gajah dan harimau sumatera.
Berdasarkan catatan Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Lampung selama satu dekade atau sepuluh tahun terakhir, konflik manusia-gajah gajah di Way Kambas rata-rata terjadi 185 kali per tahun di 13 desa terdampak, sedangkan di Bukit Barisan Selatan tercatat rata-rata 53 kejadian per tahun di 12 desa. Kemudian konflik manusia–harimau, tercatat rata-rata 22 kejadian per tahun di 14 desa, dengan dampak kehilangan ternak sebanyak 192 ekor serta korban jiwa manusia.
"Kami terus melakukan upaya penanggulangan konflik manusia dengan satwa liar melalui pemulihan ekosistem, rehabilitasi sosial, dan rehabilitasi lingkungan," ujar Kadishut Provinsi Lampung, Yayan Ruchyansyah, Jumat (15/8/2025).
1. Setahun terakhir sudah 7 orang korban dimangsa harimau

Masih berdasarkan catatan Dishut Provinsi Lampung, Yayan melanjutkan, data sepanjang 2024–2025 di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), tercatat delapan insiden konflik harimau sumatera berujung mengakibatkan tujuh korban jiwa.
Sementara di Kabupaten Lampung Timur pada Juni 2025, sekelompok gajah dilaporkan dan diidentifikasi memasuki area perkebunan di perbatasan Desa Braja Asri dan Braja Sakti. Akibatnya, warga desa setempat mengalami kerugian materi cukup besar.
"Interaksi negatif antara manusia dan satwa liar, khususnya gajah dan harimau sumatera terjadi dalam beberapa tahun terakhir menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi signifikan," katanya.
2. Akui konflik terus meningkat

Menyoal kondisi ini, Yayan menyampaikan, pemerintah daerah terus mendorong langkah strategis dan terukur dalam menangani konflik antara manusia dan satwa liar terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
"Harus diakui interaksi negatif manusia dengan satwa liat di Lampung terus meningkat, khususnya sejak 2014," ucap dia.
3. Salah satu pemicu, satwa kekurangan pakan alami

Menyikapi permasalahan tersebut, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS), Hifzon Zawahiri menyoroti berkurangnya pakan alami menjadi salah satu pemicu satwa keluar dari kawasan. Oleh karenanya, penyelesaian permasalahan konflik manusia dan satwa liar ini membutuhkan dukungan dari semua stakeholder terkait, tak terkecuali pemerintah daerah.
“Untuk menyelesaikan permasalahan pakan, kita ada masukan solusi kalau babi, terutama babi hutan, akan kita masukkan ke dalam kawasan karena itu pakan yang paling efektif dan berkembang biak cepat,” katanya.



















