Pertamina SMEXPO Bikin UMKM Lampung Menyala, Lokal jadi Vokal

Tinggi rendahnya pemasaran itu dari kemasan. Pertama orang lihat kemasan kita menarik, mereka bakal tanya. Jika kemasan gak menarik meski rasa enak gak bakal tanya dan gak bakal membeli
Itulah sekelumit pengalaman Muhammad Ariel (31), pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah asal Kota Metro Provinsi Lampung. Sejak 2017 menekuni bisnis susu kambing. Pengalaman itu membuatnya terus memutar otak agar usaha digeluti tetap menyala.
Ia mengatakan, kemasan produk memegang peranan penting pemasaran. Terlebih, usaha mikro digelutinya adalah menjual susu kambing bubuk. Ia pun berseloroh, memasarkan produk susu kambing ke masyarakat pun ada tantangan.
“Masyarakat masih mindset-nya susu kambing itu susu obat. Mereka mencari kita diwaktu sakit. Setelah sembuh mereka pergi. Pelan-pelan kita rubah mindset mereka bahwasanya susu kambing bagus juga untuk (dikonsumsi) harian jaga imun tubuh,” jelasnya saat diwawancarai disela SMEXPO Bandar Lampung di Mal Boemi Kedaton, Minggu (22/9/2024).
Merubah pola pikir masyarakat mengonsumsi susu kambing menjadi aktivitas tidak ada kata berakhir menurut Ariel. Tapi kondisi itu tidak membuatnya patah arang, justru menjadi tantangan sebagai pelaku UMKM terus memperkenalkan produk yang dijual. Ditambah lagi, bergelut di dunia UMKM itu bak panggilan jiwa.
Lantaran panggilan jiwa tersebut, ia rela meninggalkan pekerjaan sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta di Lampung beberapa tahun silam. Alasannya, ingin berdikari dan membantu orangtuanya.
“Sejak 2017 orang tua saya mulai usaha susu kambing. Kebetulan punya peternakan kambing sendiri. Susu hasil peternakan itu lah diolah menjadi produk kemasan susu kambing,” jelas pria kelahiran Metro, 14 Desember 1993 ini.
Pria berkacamata ini menambahkan, kala orangtuanya merintis susu kambing 2017 pun ada sedikit kemiripan kisah dengan Ariel. “Orang tua dari dulu penginnya beternak. Dulu bapak masih jadi pegawai tambak udang, minta berhenti dan fokus peternakan,” katanya.
“Bapak juga sebenarnya dari pendidikan itu lulusan sarjana olah raga dan sempat main (sepak) bola. Saya ini generasi kedua meneruskan usaha keluarga,” ujar lulusan Sarjana Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Proses produksi susu segar kambing hingga diolah menjadi susu bubuk

Proses produksi dari susu kambing murni menjadi susu bubuk, Ariel menjelaskan, susu segar berasal dari kambing jenis Etawa. Di peternakan keluarga Ariel ada sekitar 75 ekor Kambing Etawa.
Bahan baku pembuatan susu kambing bubuk dengan cara susu segar ditambah maltodekstrin. Bahan pengisi seperti maltodekstrin diperlukan untuk meningkatkan total padatan susu kambing cair, sehingga membantu proses pengeringan Iebih cepat serta memperbaiki sifat fisik dan kimia susu bubuk yang dihasilkan.
“Lalu dipasteurisasi pada suhu 63 sampai 65 derajat Celcius selama 30 menit. Selanjutnya dievaporasi, homogenisasi, kemudian dikeringkan dengan pengering semprot. Teknik semprot ini manfaatnya waktu kontak bahan dengan panas sebentar sehingga meminimalisir kerusakan produk. Berhasil tidaknya proses ini juga dipengaruhi oleh jumlah total padatan bahan baku,” paparnya.
Ariel menambahkan, penentuan suhu pengering semprot paling optimum berdasarkan pada karakteristik produk yang dihasilkan, yaitu acceptable product dan kelarutan tinggi serta kadar air rendah atau maksimal 4 persen.
Setelah pengeringan, minuman bubuk seperti susu akan dipisahkan dari udara dan partikel kecil lainnya atau dikenal proses sentrifugasi. Pada tahap ini susu segar dipompa ke dalam mesin sentrifugasi yang berputar dengan kecepatan tinggi sehingga memisahkan komponen-komponen susu berdasarkan berat jenisnya seperti lemak susu, laktosa dan protein. Lemak susu akan terpisah dan membentuk lapisan di atas, sedangkan komponen lainnya tetap berada di bagian bawah.
Lemak itu dipisah menggunakan alat khusus. Biasanya lemak yang terpisah kemudian dapat digunakan untuk produksi produk susu lainnya. Untuk memisahkan protein, proses koagulasi dapat digunakan. Dalam proses ini, asam atau enzim ditambahkan ke susu untuk membuat protein menggumpal. Sedangkan pemisahan laktosa proses ini melibatkan filtrasi atau pemisahan menggunakan membran untuk memisahkan laktosa dari komponen lainnya.
Setelah proses pemisahan selesai, susu yang telah dipisahkan menjadi komponen-komponen utamanya siap untuk dikeringkan menjadi bubuk. Produk akhir kemudian dikemas dalam kemasan yang sesuai untuk menjaga kebersihan dan mencegah masuknya kelembaban.
“Selama seluruh proses, kontrol kualitas dilakukan secara terus-menerus untuk memastikan kepatuhan terhadap standar kebersihan, komposisi, dan nilai nutrisi yang ditetapkan. Proses pembuatan susu bubuk ini juga memastikan produk akhir tetap bergizi, mudah disimpan, dan memiliki umur simpan yang panjang. Selain itu, kehati-hatian dalam setiap tahap produksi memastikan bahwa susu bubuk tetap aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas,” jelas Ariel.
Panggilan jiwa jadi pelaku UMKM tidak disesali

Panggilan jiwa sebagai UMKM menurut Ariel tidak disesali. Semangat untuk terus belajar, mengembangkan produk dan pemasaran terus dilakoninya. Kerja keras itu tak bertepuk sebelah tangan. Usaha ditekuni menghasilkan produk susu kambing bubuk mengusung merek Telaga Rizky.
Produk Telaga Rizky terbagi dalam merek Rizqiku dan Fit Goat. Rizqiku ada tiga varian rasa yani original, jahe dan gula aren. Sedangkan Fit Goat susu rendah gula.
“Original dan gula aren favorit. Cara penyajian pun bisa dingin atau panas atau bisa diblend original ditambah sirup atau madu. Original rasanya itu seperti manis-manis jambu. Kalau dirasa kurang manis boleh ditambah gula,” paparnya.
Kini, produk susu kambing Telaga Rizky sudah menjangkau seluruh Lampung terkhusus pusat oleh-oleh terkemuka seperti Damarian, Aneka Sari Rasa, Aska Jaya dan Haitoms. Selain di Lampung, juga merambah ke luar provinsi seperti Sulawesi, Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Selatan, Bengkulu dan Medan Sumatra Utara melalui online via Facebook, Tokopedia, Shopee, dan Instagram. Produk susu kambing bubuk ini dijual Rp35 ribu per kotak. Khusus varian original Rp45 ribu.
Ariel tak menampik, penetrasi pemasaran susu kambing bubuk ini tak lepas dari sokongan Pertamina. Sejak Maret 2021, usaha dikelola Ariel menjadi mitra binaan Pertamina. Proses mitra ini ditawarkan langsung oleh Pertamina.
“Tentu ada perbedaan sebelum jadi mitra (Pertamina) dan sesudah. Perbedaan itu mulai dari suntikan dana memacu kita lebih berkembang dalam usaha. Dari sisi pemasaran dibantu pertemuan bisnis dengan relasi dan kerja sama pemasaran. Khusus ajang SMEXPO Bandar Lampung ini untuk pertama kalinya kami juga diajak. Kami jadikan peluang untuk pasarkan produk susu kambing bubuk dan edukasi kepada masyarakat seputar susu kambing,” ujar Ariel.
Asa membumikan kain Tapis Lampung

Cerita tak kalah menarik UMKM mitra binaan Pertamina disampaikan Sutiah menggeluti bisnis fesyen merek Della Tapis. Sutiah mengatakan, menjadi mitra binaan Pertamina sejak awal 2020.
Ia bercerita, tak menduga terpilih sebagai mitra binaan. Apalagi kala itu periode pandemik COVID-19, produk fesyen dihasilkannya tersendat dari sisi pendanaan dan penjualan.
“Pertamina tawarkan mitra binaan sangat pas dengan kondisi COVID saat itu. Penjualan gak ada sama sekali. Pertamina bantu kasih pelatihan, pemasaran dan dana. Kami sebagai UMKM berharap sebagai mitra binaan Pertamina ke depan tak hanya di lokal saja, tapi juga nasional dan internasional agar produk Tapis Lampung ini kian dikenal,” ujar perempuan kelahiran Sleman 15 September 1964 ini.
Awal mula Sutiah tertarik kain khas Lampung bermula 2013 silam. Pada tahun tersebut, ia baru saja pindah dari Daerah Istimewa Yogyakarta ke Lampung, tepatnya di Kota Metro. Menurutnya, Tapis Lampung itu bak magnet dan diyakini memiliki prospek cerah.
Alhasil, berbekal keterampilan menjahit, sulam dan merajut dimilikinya, ia pun memantapkan hati menekuni kerajinan tangan Tapis Lampung. “Awal mula langsung bikin Tapis baru lis kecil, belum berupa kain, motif pucuk rebung,” jelasnya.
Mengandalkan semangat terus mau belajar dan pantang menyerah, Della Tapis pelan tapi pasti mulai dikenal di Kota Metro. Produk dihasilkan banyak diminati khususnya Organisasi Perangkat Daerah di kota setempat. Apalagi, Pemerintah Kota Metro juga menggalakkan program Metro Bangga Beli.
“Berangkat dari situ, grafik (penjualan) meningkat. Produk kita hasilkan saat ini baju, kain kebaya, peci, rompi, outer. Harga kisaran 2,2 juta sampai 2,6 juta,” ujarnya.
Terkait tantangan memasarkan produk Tapis Lampung, Sutiah tak menampik dari segi harga. Itu lantaran, kerajinan ini dikerjakan langsung (handmade) oleh perajin Tapis, bukan menggunakan mesin.
“Satu kain Tapis ini dikerjakan paling lama 1 bulan dan hanya dikerjakan satu orang per satu kain. Mungkin dari kondisi ini, harga menyesuaikan. Di satu sisi, mungkin masih ada prioritas masyarakat untuk membeli kebutuhan lain. Tapi kondisi ini kami gak mau jadi ciut, justru semakin semangat dan coba cari segmen baru,” kata Sutiah.
Segmen baru dimaksud Sutiah adalah menyasar Milenial, Gen Z hingga Gen Alpha. “Anak-anak muda saat ini mulai suka pakai tapis, seperti rok, outer, topi bahkan aksesori. Kami sesuaikan model produk dengan usia mereka. Harga pun menyesuaikan dengan segmen ini,” jelasnya.
Bermula banyak kebun pisang dekat rumah, terinspirasi ide bisnis keripik

Terkadang memulai ide bisnis itu dipicu hal sederhana tapi tak diduga bisa mendatangkan cuan. Hal itu diakui Sulastri, pelaku UMKM asal Desa Mojopahit Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Ia menekuni usaha keripik pisang sejak 2017.
Awal mula usaha itu dilakoninya karena di sekitaran tempat tinggalnya banyak pohon pisang dan menghasilkan banyak buah. Berbekal kondisi tersebut, ia pun terinspirasi membuat keripik pisang. Ditambah lagi, proses pembuatan dari bahan baku hingga menjadi keripik tidak terlalu sulit.
“Usaha ini juga dibantu tetangga untuk produksi hingga pengepakan. Stok pisang dari tempat tinggal selalu ada. Dari awal sortir (pisang) sampai selesai bisa 10 hari untuk pisang sale. Kalau pisang original dari proses digoreng, didinginkan dua hari. Kalau plus dikemas tiga hari,” urai perempuan kelahiran Mojopahit, 12 Juni 1975 ini.
Saat ini produk dihasilkan Sulastri di antaranya, keripik pisang original, sale pisang hingga merambah juga ke keripik mantang dan keripik sukun. Produk itu sudah dikemas menarik dan dijual Rp15 ribu hingga Rp17 ribu per kemasan. Produk tersebut tersedia di berbagai pusat oleh-oleh terkemuka Lampung.
Bahkan, Sulastri sangat bersyukur, kala baru satu tahun memulai bisnis keripik pisang, pada 2018 menjadi mitra binaan Pertamina merangkul para UMKM Lampung. Ia merasakan banyak manfaat menjadi mitra Pertamina mulai dari dibantu permodalan, pelatihan pemasaran hingga diikutsertakan dalam pameran.
“Dulu itu pertama kali terima modal awal dari Pertamina 2 juta. Sampai sekarang untuk modal sistemnya simpan pinjam seperti koperasi. Alhamdulillah hingga saat ini tidak ada kendala, biaya operasional aman dan pemasaran juga kian terbuka. Sebulan omzet 5 juta rata-rata,” jelas Sulastri.
Ia berharap, jalinan kerja sama sebagai UMKM mitra binaan Pertamina dapat terus hadir. “Harapan kami, Pertamina selalu bantu memotivasi kami sebagai mitranya. Sangat menyenangkan adanya pameran-pameran seperti ini (SMEXPO Bandar Lampung) kami bisa pasarkan produk biar orang bisa mencicipi produk lalu dibeli. Kami bahkan sediakan tester untuk dicicip,” ujarnya.
2.076 UMKM Lampung jadi mitra binaan Pertamina

Membantu UMKM Lampung meraih kesuksesan menjadi salah satu perhatian utama Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel. Perusahaan ini mencatat per akhir September 2024, sebanyak 2.076 UMKM Lampung menjadi mitra binaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Terkait program mitra binaan itu, Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Zibali Hisbul Masih memberikan tanggapannya. Menurutnya, UMKM Lampung menghadapi tantangan dari sisi keterampilan. Merujuk hal itu, Pertamina kerja sama dengan berbagai institusi untuk tingkatkan kemampuan para UMKM. Setelah mendapat sejumlah pelatihan keterampilan, pihaknya tidak serta merta meninggalkan pelaku usaha kecil.
“Terus kami dampingi dari sisi pemasaran. Mulai dari pengenalan produk, ajak masyarakat tertarik mencoba, advokasi beli barang hingga repeat buying. Jika kami ada pameran seperti SMEXPO, pelaku usaha ini kami ajak agar produk mereka dipajang, dipasarkan dan dibeli pengunjung,” jelas pria berkacamata ini.
Zibali menambahkan, beragam cara membantu para pelaku usaha kecil misi utamanya adalah mengadopsi konsep lokal jadi vokal. “Jadi bagaimana yang tadinya usaha dirintis masih kecil, bisa jadi besar dan dikenal. Program CSR seperti SMEXPO Bandar Lampung ini bagian manifestasi Pertamina untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat mendukung usaha mikro dan menengah.
Selain itu menurutnya, mendukung UMKM selaras komitmen Pertamina terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya dalam aspek Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta prinsip ESG (Environmental, Social & Governance).
“Diharapkan dengan berjalannya kegiatan seperti SMEXPO Bandar Lampung ini, masyarakat juga ikut maju, mendapatkan manfaat dan dampak penyaluran energi pertumbuhan ekonomi. Sehingga sejalan dengan prinsip kami, no one left behind, semuanya harus sama-sama maju,” jelasnya.
Manager SMEPP PT Pertamina Persero, Dewi Sri Utami, menyampaikan alasan menggelar Small Medium Enterprise Expo (SMEXPO) Bandar Lampung 2024 di Mall Boemi Kedaton (MBK) 20-22 September lalu. Menurutnya, program itu merupakan langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi UMKM mitra binaan Pertamina. Tujuannya, menjadikan mereka pelaku bisnis yang kompetitif di tingkat nasional maupun global.
“Penyelenggaraan Pertamina SMEXPO di Kota Bandar Lampung tentu saja akan sukses sebagaimana pelaksanaan di kota-kota sebelumnya. Karena di sini UMKM-nya sudah kami kurasi dan terpilih dari wilayah Sumbagsel, yang tentu saja mengangkat potensi-potensi lokal yang ada disini,” urainya.
Pertamina SMEXPO Bandar Lampung 2024 menampilkan berbagai acara menarik, di antaranya pameran produk UMKM, talkshow, workshop, dan perlombaan, serta menampilkan performer dari musisi nasional. Lebih dari 35 UMKM berpartisipasi ajang ini. Para UMKM itu menempati tenant khusus dibagi empat kategori yakni, Lokal jadi Ngemil, Lokal jadi Fashion, Lokal jadi Creative dan Lokal jadi Terkenal.
Area Manager Communication, Relation, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan, transaksi penjualan UMKM binaan selama tiga hari SMEXPO Bandar Lampung tercatat lebih dari Rp270 juta. Hal ini menunjukkan potensi besar UMKM dalam mendongkrak perekonomian daerah, terutama di wilayah Sumbagsel.
“Kami sangat mengapresiasi antusiasme warga dan partisipasi UMKM yang begitu besar dalam acara ini. Pertamina SMEXPO Bandar Lampung 2024 tidak hanya menjadi wadah bagi UMKM untuk mempromosikan produk, tetapi juga menunjukkan komitmen Pertamina dalam mendukung ekonomi lokal melalui pemberdayaan UMKM,” ujar Nikho.
Cara Pemprov Lampung dan Bank Indonesia dukung UMKM

Dukungan terhadap UMKM juga dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung. Teranyar, Pasar UMKM Lampung di PKOR Way Halim, Kota Bandar Lampung diresmikan. Pembangunan pasar ini didukung 14 instansi BUMN dan stakeholder terkait lainnya.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, kehadiran Pasar UMKM ini bentuk perhatian pemerintah daerah kepada para pelaku ekonomi berskala kecil dan menengah dalam menopang perekonomian di Lampung hingga nasional. "UMKM sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja maupun bagi pertumbuhan ekonomi," ujarnya, Rabu (5/6/2024).
Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir, Arinal mengatakan, kualitas produk-produk UMKM Lampung telah mengalami perkembangan cukup pesat dan menggembirakan. Saat ini, produk wastra Lampung semakin dikenal dan digemari nasional dan global.
Klaim itu ditandai semakin seringnya produk Tapis dan produk wastra Lampung, dijadikan inspirasi bagi fashion dibeberapa event nasional maupun internasional. Termasuk produk-produk kuliner tumbuh cukup signifikan.
"Terakhir pada saat acara puncak Hari Ulang Tahun Dewan Kerajinan Nasional ke-44 Solo beberapa waktu lalu, Ibu Negara dan Ibu-Ibu Menteri Kabinet Indonesia Maju menggunakan kebaya didesain oleh desainer nasional dengan menggunakan teknis Tapis hasil karya produk UMKM binaan Dekranasda Provinsi Lampung," ujarnya.
Meski persaingan pasar global cukup tinggi, Arinal melanjutkan, beberapa produk UMKM Lampung telah berhasil melakukan penetrasi ke pasar internasional dengan melakukan ekspor ke berbagai negara.
Alhasil, keberadaan UMKM telah berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Maka dari itu, guna menumbuhkan pusat hilirisasi dari produk UMKM sekaligus memperluas akses pemasaran dan penjualannya dilakukan inisiasi pembangunan Pasar UMKM.
"Diharapkan Pasar UMKM ini menjadi etalase bagi produk-produk UMKM unggulan dari 15 kabupaten/kota se-Lampung, sebagai tempat promosi dan penjualan sekaligus sebagai pusat pengembangan inovasi bagi pelaku UMKM," harapnya.
Dalam rangka mendukung pengembangan UMKM di Provinsi Lampung, Arinal juga meresmikan Market Place Lokal "Tapis Mall". Itu diharapkan dapat menjadi media penjualan secara online bagi produk-produk UMKM Lampung, sekaligus bermanfaat bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan program UMKM Go Digital di Provinsi Lampung. "Kepada para pelaku UMKM, saya minta untuk memanfaatkan Market Place Tapis Mall ini, dalam rangka memperluas jaringan pemasarannya," katanya.
Asisten Deputi Bidang Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN, Rainoc mengapresiasi 14 BUMN sudah berkontribusi untuk membangun Pasar UMKM di PKOR Way Halim, Bandar Lampung. Diharapkan, masyarakat khususnya UMKM dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang sudah disediakan oleh BUMN dan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. "Pasar UMKM Lampung dibangun dalam rangka menyediakan tempat pada pelaku usaha UMKM Provinsi Lampung," tandasnya.
Pendapat serupa disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Junanto Herdiawan. Bank sentral juga mengampanyekan Bangga Buatan Lampung. Kampanye itu dimaknai Bank Indonesia untuk terus melakukan berbagai kegiatan pengembangan UMKM. Komitmen dan konsistensi ini ditunjukan dengan berbagai capaian kemajuan UMKM binaan.
“Pada kegiatan Lampung Begawi 2024, kita semua dapat saksikan bagaimana UMKM Lampung semakin maju dan berkembang. Beberapa mengawali usahanya dari produksi berskala rumahan, hingga saat ini telah mampu membuat rumah produksi, memberdayakan lingkungan sekitar dan menjual produknya ke pasar nasional hingga internasional, contohnya Deandra Batik, Rafins Snack, dan Bana Bee,” terangnya.
Lebih lanjut Junanto menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Lampung, BMPD Provinsi Lampung, asosiasi dan akademisi atas sinergi kuat yang dilaksanakan selama ini. Menurutnya, semarak gerakan Bangga Buatan Lampung akan mendukung performa perekonomian lebih tinggi dan inklusif.
Sebab, sinergi antar pemangku kepentingan dan maraknya penggunaan produk UMKM lokal akan memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan pelaku UMKM yang mendominasi demografi masyarakat.
”Dengan pelaksanaan kegiatan Lampung Begawi ini, kami berharap sinergi dan kerja sama yang erat antara Pemerintah Provinsi Lampung, Bank Indonesia dan para pemangku kepentingan lainnya dapat terus diperkuat untuk kemajuan UMKM dan perekonomian Lampung,” ujarnya.
38.267 UMKM di Lampung telah memiliki sertifikasi halal

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Lampung, Puji Raharjo menyampaikan, sebanyak 38.267 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Lampung telah memiliki sertifikasi halal. “Alhamdulillah sampai November 2023 ini yang terdata di Kemenag Lampung sudah ada 38 ribu lebih UMKM yang memiliki sertifikat halal. Semoga jumlah ini terus bertambah ke depannya,” katanya.
Atas capaian tersebut, Puji melanjutkan, Lampung menjadi provinsi keempat dengan jumlah UMKM bersertifikat halal terbanyak di Indonesia sekaligus menjadi tertinggi pertama di luar Pulau Jawa.
“Se-nasional kita berada di urutan keempat tertinggi. Di bawah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ya, artinya kita menjadi provinsi tertinggi pertama di luar Pulau Jawa,” imbuhnya.
Namun prestasi ini jangan lantas menjadikan masyarakat Lampung lengah. Khususnya UMKM yang belum mendapat sertifikat halal agar bisa terpacu dan bisa segera mendaftarkan produk atau mereknya agar ikut menjadi UMKM halal.
Untuk itu, Puji menuturkan pihaknya akan terus membuka pendaftaran sertifikasi halal untuk pelaku UMKM di Lampung melalui program Sertifikat Halal Gratis (Sehati). Program ini bertujuan untuk membantu pelaku usaha makanan dan minuman, hasil sembelihan, serta jasa penyembelihan agar memiliki sertifikat halal sebelum peraturan wajib sertifikasi halal 17 Oktober 2024 berlaku.
Apabila pelaku usaha tidak memiliki sertifikasi halal setelah 17 Oktober 2024 maka akan terkena sanksi. Pendaftaran sertifikasi halal gratis ini bisa melalui ptsp.halal.go.id atau aplikasi Pusaka.
Puji menyebutkan, 2023 target produk bersertifikat halal secara nasional adalah sebanyak 1 juta sertifikat. Namun ternyata, realisasinya melebihi target yakni mencapi 3 juta lebih. "Tahun depan Presiden menargetkan 10 juta sertifikat halal, khususnya untuk pelaku UMKM. Karena memang UMKM masih banyak yang belum memiliki sertifikat halal, tetapi kalau usaha besar rata-rata di Lampung sudah punya," ujarnya.
Untuk saat ini, ia menambahkan pelaku usaha khususnya produk makanan dan minuman di Lampung bisa segera mengajukan atau mendaftar sertifikat halal di Lampung melalui pendamping-pendamping di KUA kecamatan masing-masing.