Mahasiswi IIB Darmajaya Kenalkan Cetik ke Mahasiswa Asing

- Mahasiswa asing di IIB Darmajaya antusias belajar musik tradisional Lampung, cetik
- Empat siswa asal Madagaskar dan Zimbabwe berpartisipasi dalam kegiatan ini
- Diah Peni Pangesty memperkenalkan cetik sebagai bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA)
Bandar Lampung, IDN Times -Semangat berbagi budaya kembali tercipta di Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya. Diah Peni Pangesty, seorang mahasiswi IIB Darmajaya, memperkenalkan salah satu warisan musik tradisional Lampung, yakni cetik, kepada mahasiswa asing penerima Beasiswa Darmasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI.
Kegiatan ini menjadi ajang menarik untuk mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada para mahasiswa internasional. “Melihat mereka antusias membuat saya bangga. Ini pengalaman luar biasa karena saya bisa memperkenalkan seni tradisional kita kepada teman-teman dari berbagai negara,” kata Diah, Rabu (12/2/2025).
1. Mahasiswa asing tampak antusias belajar cetik

Empat siswa asal Madagaskar dan Zimbabwe berpartisipasi dalam kegiatan ini, yaitu Rakotosoa Raoelinalahatra Leoncia, Ramizaharisoanirina Olivah Kelvine, dan Rakotonindrina Haingotiana Tsilavina dari Madagaskar, serta Lenward Mapinde dari Zimbabwe.
Diah mengatakan, selama 10 bulan mengikuti program pembelajaran Indonesia dan budaya di IIB Darmajaya, mereka tampak antusias belajar tentang cetik, alat musik tradisional berbahan bambu ini.
"Selain menjadi bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan Kebudayaan Lampung," katanya.
2. Mahasiswa asing belajar teknik dasar memukul serta cara memahami pola irama sederhana

Sebagai anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Komunitas Biroe (Kombir) IIB Darmajaya, Diah memperkenalkan cetik, yang juga dikenal sebagai gamolan pekhing. Berbeda dengan gamelan yang terbuat dari logam, cetik menghasilkan suara khas dari bilah bambu yang dipukul.
Menurutnya, pada pertemuan kedua dari rangkaian 13 kali latihan mingguan ini, ia mengajarkan teknik dasar memukul serta cara memahami pola irama sederhana.
"Meskipun ada kesulitan dalam komunikasi, semangat belajar para siswa asing sangat tinggi. Dengan bantuan gestur serta sedikit campuran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Tapi keempat siswa asing tampak antusias, mencoba memainkan cetik dengan keingintahuan yang besar," tuturnya.
3. Mahasiswa asing kagum dengan alat musik Cetik

Lenward Mapinde dari Zimbabwe menyatakan kekagumannya pada alat musik Cetik. Menurutnya, ini pertama kalinya ia memainkan alat musik dari bambu. "Suaranya unik dan sangat menarik,” ujarnya.
Sementara itu, Rakotonindrina Haingotiana Tsilavina dari Madagaskar juga merasakan pengalaman yang berharga. Ia sangat senang belajar budaya baru. Menurutnya, Cetik memiliki suara yang lembut dan menenangkan.