Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Apakah Usia 30 Tahun ke Atas Belum Menikah Itu Red Flag?

ilustrasi menikah (unsplash.com/Photos by Lanty)
Intinya sih...
  • Masyarakat perlu pahami bahwa usia 30 tahun bukan batas wajib menikah
  • Orang mungkin prioritas karier, pulih dari luka cinta, atau fokus pada kesehatan mental
  • Kondisi ekonomi yang sulit juga memengaruhi keputusan menikah

Banyak masyarakat masih memandang usia 30 tahun ke atas sebagai batas waktu tak tertulis untuk menikah. Kalau ada yang belum menikah di usia ini, langsung muncul anggapan negatif, seolah ada yang salah dengan mereka.

Padahal, kenyataannya gak sesederhana itu. Menikah atau gak di usia tertentu bukan tolok ukur kualitas seseorang atau indikator mereka adalah red flag.

Ada banyak alasan masuk akal yang membuat seseorang tetap single di usia 30-an, dan semuanya gak bisa dihakimi begitu saja. Penting untuk dipahami menikah bukanlah pencapaian wajib yang harus dicapai di usia tertentu.

Kehidupan setiap orang itu unik, dan keputusan untuk menikah bergantung pada banyak faktor yang gak selalu bisa dilihat dari luar. Yuk, simak alasan-alasan kenapa orang belum menikah di usia 30 tahun ke atas gak bisa langsung dianggap red flag.

1. Fokus pada pengembangan diri dan karier

ilustrasi karier (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Beberapa orang memutuskan untuk memprioritaskan pengembangan diri dan karier di usia produktif mereka. Bukan berarti mereka anti komitmen atau takut menikah, tapi lebih ke keinginan untuk memastikan fondasi hidup mereka kuat sebelum berbagi hidup dengan orang lain.

Misalnya, ada yang memutuskan mengambil studi lanjut di luar negeri, membangun bisnis sendiri, atau mengejar posisi tertentu di perusahaan tempat mereka bekerja. Ini adalah keputusan gak mudah, tapi seringkali harus diambil untuk mencapai tujuan hidup jangka panjang.

Di era sekarang, kesempatan untuk berkembang secara profesional semakin terbuka lebar. Orang-orang mulai sadar bahwa menikah bukan satu-satunya indikator keberhasilan dalam hidup.

Ada banyak hal yang bisa dicapai dan dibanggakan selain status pernikahan. Jadi, kalau ada orang yang memilih fokus pada karier sampai usia 30 tahun ke atas, itu bukan red flag, melainkan tanda mereka punya komitmen dan tujuan jelas dalam hidupnya.

2. Trauma dan pengalaman buruk di masa lalu

ilustrasi trauma (pexels.com/MART PRODUCTION)

Gak semua orang punya perjalanan cinta yang mulus. Ada yang pernah mengalami hubungan yang toksik, diselingkuhi, atau bahkan mengalami kekerasan emosional. Pengalaman-pengalaman seperti ini bisa meninggalkan luka yang mendalam, membuat seseorang lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan baru.

Bagi mereka, butuh waktu lebih lama untuk memulihkan diri dan membangun kepercayaan pada orang lain. Menikah bukan sekadar mengikuti norma sosial, melainkan soal kesiapan mental dan emosional.

Kalau seseorang memutuskan untuk menunda menikah karena ingin memastikan dirinya sudah benar-benar pulih dan siap, itu bukan tanda red flag. Justru, ini menunjukkan mereka menghargai hubungan dan ingin membangun fondasi yang sehat ketika akhirnya memutuskan untuk berkomitmen.

3. Prioritas pada kesehatan mental

ilustrasi kesehatan mental (pexels.com/Andrew Neel)

Dalam beberapa dekade terakhir, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin meningkat termasuk d Indonesia. Banyak orang mulai memahami menikah dengan kondisi mental yang belum stabil hanya akan memperburuk keadaan.

Ada yang memutuskan untuk menjalani terapi, mengelola stres, dan memperbaiki pola pikir sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Menjaga kesehatan mental itu gak gampang dan seringkali memerlukan waktu bertahun-tahun.

Jadi, ketika ada orang yang memilih untuk memperbaiki diri secara mental dulu sebelum menikah, itu bukan red flag. Justru ini menunjukkan kedewasaan dan kesadaran diri yang tinggi. Mereka tahu pernikahan bukan sekadar status, melainkan tanggung jawab besar yang butuh kesiapan mental.

4. Perubahan prioritas hidup

ilustrasi passion (pexels.com/Kyle Loftus)

Dulu, menikah di usia muda memang jadi hal yang lumrah. Tapi sekarang, prioritas hidup banyak orang sudah berubah.

Ada yang lebih tertarik menjelajahi dunia, mencoba berbagai pengalaman baru, atau bahkan mengembangkan komunitas sosial yang mereka cintai. Menikah bukan lagi tujuan utama, melainkan salah satu opsi dalam perjalanan hidup.

Memiliki prioritas hidup yang berbeda gak berarti seseorang gak bisa berkomitmen. Bisa jadi, mereka hanya ingin memastikan bahwa keputusan menikah diambil dengan penuh kesadaran, bukan karena tekanan sosial.

Jadi, kalau ada orang di usia 30-an belum menikah karena sedang sibuk mengejar passion mereka, ini bukan red flag, melainkan bukti bahwa mereka menghargai hidup dan ingin menjalaninya dengan maksimal.

5. Realita ekonomi dan sosial

ilustrasi tidak punya uang (pexels.com/Nicola Barts)

Gak bisa dipungkiri, kondisi ekonomi semakin menantang juga memengaruhi keputusan seseorang untuk menikah. Menikah itu butuh persiapan, bukan cuma secara emosional, tapi juga finansial.

Harga properti yang melambung, biaya hidup yang semakin tinggi, dan ketidakpastian ekonomi bikin banyak orang berpikir dua kali sebelum memutuskan menikah. Keputusan untuk menunda menikah demi mempersiapkan kondisi finansial yang stabil bukanlah tanda ketidakmampuan berkomitmen.

Justru, ini menunjukkan kedewasaan dalam merencanakan masa depan. Pernikahan yang sehat butuh fondasi ekonomi yang kuat agar kehidupan rumah tangga bisa berjalan lebih harmonis.

Usia 30 tahun ke atas tanpa status pernikahan bukanlah tanda red flag. Setiap orang punya perjalanan hidupnya sendiri dengan alasan-alasan yang gak selalu terlihat di permukaan. Jadi, sebelum menilai seseorang hanya dari status pernikahannya, cobalah pahami latar belakang dan alasan di balik keputusan mereka. Karena pada akhirnya, kebahagiaan dan kualitas hidup gak ditentukan oleh usia atau status pernikahan, melainkan oleh bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us