Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bahaya BPA Produk Kemasan Pangan Dibantah? Ini Faktanya

Ilustrasi galon. (IDN Times/Istimewa).
Intinya sih...
  • Bisphenol A (BPA) pada galon air minum tidak berbahaya bagi tubuh manusia dan perkembangan anak.
  • Hubungan antara BPA dengan penyebab kanker masih butuh penelitian lebih lanjut karena belum ada bukti ilmiah yang cukup.
  • Kemasan galon air minum sudah diuji kecocokan pangan, tidak menimbulkan gangguan kehamilan dan janin, serta hasil penelitian ITB dan UIM menyatakan tidak ada migrasi BPA ke dalam air minum.

Bahaya kandungan Bisphenol A (BPA) pada kemasan pangan khususnya galon air minum dalam kemasan (AMDK) disorot ahli medis. Pakar Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Aditiawarman Lubis melalui akun instagram @duniakesehatan.co.id, mengatakan BPA tidak memiliki bahaya apapun bagi tubuh manusia.

Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air dalam galon polikarbonat (PC) karena tidak memiliki dampak negatif bagi tubuh apalagi perkembangan anak. "Gak bahaya kalau dikonsumsi ambang batas aman. Ambang batas dari BPOM yakni 0,6 mg/kg berat tubuh," jelas Aditiawarman dalam akun tersebut.

1. Hubungan antara BPA dengan penyebab kanker butuh penelitian lebih lanjut

ilustrasi melakukan metode penelitian (pexels.com/Christina Morillo )

Aditiawarman mengatakan, hubungan antara BPA sebagai penyebab kanker masih belum jelas dan masih butuh penelitian lebih lanjut. "Saya coba luruskan kesalahpahaman yang terjadi karena hingga saat ini belum bisa ditemukan hubungan sebab akibat antara BPA dan kanker," kata dokter dengan gelar magister kesehatan masyarakat ini memaparkan bahwa

Klaim itu imbuhnya, data epidemiologi yang ada masih terbatas. Sementara, isu bahaya BPA yang muncul saat ini terjadi karena efek dari BPA aktif dalam kadar tertentu yang menyerupai hormon estrogen dan dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen di dalam tubuh. "Namun penelitian yang ada belum konklusif," jelas Aditiawarman lagi.

Lebih lanjut disampaikannya, penelitian yang ada saat ini juga belum dapat mengonfirmasi hubungan sebab-akibat pasti paparan BPA pada gangguan perkembangan dan saraf anak. Hal ini lantaran adanya kendala dalam dalam mengevaluasi eksposur BPA dan dampaknya pada gangguan otak.

2. Minta publik percaya pada ahli di bidangnya

Ilustrasi galon. (IDN Times/Istimewa).

Aditiawarman menjelaskan, eksposur terhadap BPA selalu terjadi berbarengan dengan kemungkinan interaksi bersamaan bahan kimia lain yang memiliki resiko serupa. Selain itu, belum ada alat yang sempurna untuk menilai dampak disruptor endokrin pada perkembangan saraf.

"Sedangkan kebanyakan alat yang digunakan berupa kuesioner yang dapat menyebabkan bias," katanya.

Merujuk hal itu, iameminta masyarakat agar tidak terpengaruh dengan informasi belum jelas terkait dampak BPA pada kemasan pangan yang saat ini telah beredar. Dia meminta publik untuk mempercayakan masalah ini pada ahli di bidangnya untuk batas aman dan standar kelayakan sebuah produk kemasan yakni BPOM.

"Kalau bukti ilmiahnya saja belum cukup maka lebih bijaklah untuk mengambil kesimpulan. Percayakan kepada pihak yang ahli di bidangnya," katanya.

3. Para ahli bilang ini

Ilustrasi Galon Guna Ulang. (IDN Times/Istimewa).

Beberapa waktu lalu pakar dan praktisi kesehatan juga mengutarakan pendapatnya terkait bahaya BPA dalam air kemasan. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan, belum ada bukti BPA terdapat dalam galon PC dapat mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan kanker.

Menurutnya, bukti ilmiah menyatakan, kanker lebih banyak disebabkan oleh obesitas, gaya hidup kurang olahraga dan pola makan tidak sehat. Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) ini mengatakan, hanya sekitar 2 persen paparan zat kimia dapat menimbulkan kanker. "BPA belum bisa dikaitkan dengan kanker karena datanya belum ada, data belum cukup," katanya.

Pendapat lainnya disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra. Menurutnya, meminum air dari galon guna ulang atau polikarbonat aman.

Dia menekankan, galon-galon tersebut sudah memiliki standar SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan. "Kalau semua produk terutama kemasan itu sudah terstandar SNI ya tandanya dia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tidak membahayakan dan itu tidak sampai menimbulkan gangguan kehamilan dan janin," kata Hermawan.

Hasil Penelitian ITB dan Universitas Islam Makassar (UIM) juga menyatakan, tidak ada migrasi BPA dari kemasan galon ke dalam air minum. Studi berfokus untuk mendeteksi migrasi BPA dari kemasan galon ke dalam air minum terhadap empat sampel dari merek AMDK terpopuler. "Dari penelitian yang kami lakukan, kami tidak mendeteksi (non-detected/ND) BPA di semua sampel AMDK yang diuji," kata Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB, Akhmad Zainal Abidin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us