Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Lampung 3,05 Persen, BI Soroti Ini

Melambat dibanding triwulan sebelumnya

Bandar Lampung, IDN Times – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung menilai, kinerja ekonomi Provinsi Lampung triwulan III 2021 tetap kuat lantaran tumbuh sebesar 3,05 persen (yoy). Namun pertumbuhan periode itu melambat jika dibandingkan triwulan II pertumbuhannya 5,15 persen (yoy).

Realisasi pertumbuhan Triwulan III 2021 tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2020 terkontraksi sebesar 2,41 persen (yoy). Secara nominal, perekonomian Lampung triwulan III 2021 berdasarkan ADHK (2010) sebesar Rp64,44 triliun

Pertumbuhan ekonomi Triwulan III ditopang peningkatan kinerja ekspor dan lapangan usaha (LU) Informasi dan Komunikasi.

1. Ekspor batu bara, kokas, dan briket meningkat

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Lampung 3,05 Persen, BI Soroti IniSatpol PP PPU lakukan penyegelan aktvitas pertambangan batu bara di PPU (IDN Time/Ervan)

Deputi Kepala Perwakilan Kantor Perwakilan BI Lampung, Yura A Djalins, mengatakan, pertumbuhan ekonomi Lampung ditopang oleh peningkatan kinerja ekspor serta komponen pengeluaran lainnya yang masih tumbuh positif. Kinerja ekspor tumbuh 19,94 persen (yoy).

“Pertumbuhan itu dipengaruhi masih berlanjutnya perbaikan kinerja perekonomian negara mitra dagang utama,” ujarnya, Minggu (7/11/2021).

Selain itu, peningkatan ekspor didorong peningkatan volume ekspor batu bara, kokas, dan briket (105,36 persen, yoy); lemak dan minyak hewan/nabati (31,97 persen, yoy); ikan dan udang (35,18 persen, yoy); berbagai makanan olahan (28,34 persen, yoy); dan ampas/sisa industri makanan (26,59 persen, yoy).

Baca Juga: Lampung Inflasi Oktober 0,10 Persen, Ekonom Beri Warning ke Pemerintah

2. Kinerja investasi tumbuh 3,63 persen

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Lampung 3,05 Persen, BI Soroti Inihttps://unsplash.com/@sctgrhm

Pertumbuhan ekonomi Triwulan III juga ditopang kinerja investasi tumbuh positif sebesar 3,63 persen (yoy). Pertumbuhan itu melambat jika dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan periode terlapor dipengaruhi kegiatan sektor konstruksi dan realisasi pengadaan semen yang tumbuh sebesar 7 persen (yoy) (melambat dibandingkan triwulan II 12,56 persen, yoy).

Konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 2 persen yoy (lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 3,34 persen yoy). Kondisi ini dipengaruhi penurunan realisasi belanja pegawai dan belanja modal APBD masing-masing terkontraksi sebesar 7,36 persen (yoy) dan 15,46 persen (yoy).

Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh melambat dari 5,06 persen (yoy) pada triwulan II 2021 menjadi 2,01 persen (yoy) triwulan III 2021. Itu dipengaruhi terbatasnya mobilitas masyarakat akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

3. Industri pengolahan dan perdagangan topang dari sisi lapangan usaha

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Lampung 3,05 Persen, BI Soroti Iniwebsite

Dari sisi Lapangan Usaha (LU), pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung ditopang tetap kuatnya kinerja sebagian besar LU. Pertumbuhan tersebut terutama didorong kinerja positif dua LU utama Lampung yakni Industri Pengolahan (19,7 persen PDRB) dan perdagangan (11,4 persen PDRB) tumbuh masing-masing sebesar 7,23 persen (yoy) dan 10,23 persen (yoy).

Pertumbuhan pada LU Industri Pengolahan didorong peningkatan produksi industri makanan dan minuman serta industri briket di Lampung Selatan yang kembali berproduksi pada triwulan III 2021. Sementara itu, pertumbuhan pada LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor didorong masih positifnya penjualan kendaraan bermotor seiring berlanjutnya relaksasi PPnBM kendaraan bermotor hingga Desember 2021.

Sementara itu, pertumbuhan LU Pertambangan dan Penggalian tercatat sebesar                       -9,02 persen (yoy) lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya (4,56 persen, yoy). Kondisi ini disebabkan produksi minyak bumi di Lampung Timur masih mengalami tren yang menurun.

Selain itu, LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memiliki pangsa terbesar terhadap PDRB Provinsi Lampung tercatat terkontraksi sebesar 1,53 persen (yoy). Itu akibat penurunan produksi padi disebabkan oleh faktor cuaca dan adanya perbaikan saluran irigasi di area sentra produksi padi, serta jumlah pemotongan sapi di RPH/TPH yang menurun.

Selanjutnya, LU Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum juga terkontraksi sebesar 2,73 persen (yoy) sejalan dengan adanya penerapan PPKM.

4. Enam upaya menjaga momentum perbaikan dan peningkatan kinerja ekonomi selama pandemik

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Lampung 3,05 Persen, BI Soroti IniGoogle

Yura mengatakan, dalam rangka menjaga momentum perbaikan sekaligus peningkatan kinerja ekonomi di tengah pandemik COVID-19, diperlukan upaya bersama seluruh pihak.

“Pertama, penguatan kolaborasi penanganan COVID-19 untuk peningkatan percepatan vaksinasi, jumlah testing dan tracing, serta pembatasan mobilitas. Kedua, mendorong sinergi pemulihan dan penguatan struktur industri manufaktur dalam menopang pertumbuhan ekonomi yang kuat, seimbang, dan berkelanjutan melalui delapan langkah strategis,” paparnya.

Ketiga, mendorong konsumsi rumah tangga dengan meningkatkan daya beli masyarakat dapat dilakukan dengan memaksimalkan percepatan pemanfaatan dana desa, realisasi bantuan sosial/subsidi dan program perbaikan kesejahteraan. Terutama yang menyasar pada UMKM dan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah).

Keempat, mendorong pertumbuhan investasi dengan menjaga persepsi positif investor swasta. Hal tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan iklim kemudahan berusaha termasuk aspek informasi (transparansi, kemudahan akses, kelengkapan, kekinian dan akurasi); aspek regulasi (kepastian, kejelasan, keselarasan, sederhana dan insentif investasi).

Aspek lainnya komunikasi dan program (strategi promosi dengan public relation yang handal, jejaring investor domestik dan internasional yang luas, serta visi, program dan timeline yang jelas). Selain itu, memperkuat sinergi antar pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait investasi, salah satunya melalui pembangunan kawasan industri dengan infrastruktur yang memadai sehingga dapat menarik minat investor.

Kelima, identifikasi potensi sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi antara lain, melalui optimalisasi Local Value Chain (LVC) sebagai strategi mendorong percepatan pemulihan ekonomi di daerah. Itu tidak terbatas pada sektor pertanian pangan, namun termasuk sektor lainnya yaitu pertambangan, perkebunan, dan industri.

Penguatan LVC tersebut di antaranya membentuk klaster-klaster ekonomi baru atau eksosistem. Korporasi dapat berperan sebagai aggregator dan offtaker.

Keenam, pemantauan indikator terkini ekonomi daerah (Early Warning System)  yang akurat dan terkini untuk memantau denyut perekonomian daerah.

Baca Juga: Mantap! Neraca Perdagangan Lampung Surplus 167,1 Juta Dolar

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya