Yuk Kenalan dengan BARADIPAT, Komunitas Pecinta Kereta Api di Lampung!

Bandar Lampung, IDN Times - Orang awam mungkin akan asing ketika mendengar tentang kelompok atau komunitas pecinta transportasi umum seperti bus atau kereta api. Tapi nyatanya komunitas seperti ini sangat banyak bahkan ada di hampir semua daerah di Indonesia lho!
Seperti di Lampung misalnya, salah satu komunitas pecinta kereta apinya bernama BARADIPAT. Esti Rahayu, anggota BARADIPAT Lampung mengatakan komunitas ini sudah ada sejak 2017 lalu.
Tak hanya menyukai kereta api secara umum, anggota BARADIPAT juga merupakan penyuka dunia perkeretaapian dalam arti luas. Misalnya menyukai fotografi kereta, menyukai perjalanan menggunakan kereta, sampai menyukai dan mempelajari sejarah kereta dan aset-asetnya.
1. Apasih BARADIPAT itu?

Esti menjelaskan BARADIPAT merupakan singkatan dari Barisan Railfan Divre Empat. Divre (divisi regional) Empat PT KAI merujuk pada regional Lampung.
“Awalnya kita tergabung dan membuat komunitas bernama BARADIPAT ini karena orang-orang yang suka kereta seperti kami ini berkumpul. Kita pun buat komunitas ini secara mandiri, karena memang ada juga komunitas pecinta kereta api yang dibuat dan dibina oleh PT KAI seperti Sahabat Kereta Api di Pulau Jawa,” jelasnya.
Meski begitu, BARADIPAT juga kini telah menjalin relasi dengan para pegawai di wilayah kerja kereta api Lampung. Relasi itu berbentuk kerjasama dalam kegiatan sosial misalnya melakukan sosialisasi keselamatan dalam perjalanan ke pengendara di perlintasan kereta api.
2. Kini memiliki sekitar 60 anggota

Dari hanya sekitar 20an orang anggota awal, kini BARADIPAT sudah memiliki sekitar 60 anggota dari berbagai domisili di Lampung. Mayoritas anggota berdomisili di Bandar Lampung, tapi juga ada beberapa anggota daerah seperti dari Branti Lampung Selatan, Kotabumi, Martapura, Blambangan Umpu, dan lainnya.
“Karena biasanya orang dari luar kota (Bandar Lampung) kenal BARADIPAT bukan saat dia masih di daerah, tapi saat dia ke Bandar Lampung entah karena kuliah atau kerja. Oh, ternyata ada yang suka kereta api juga, dan akhirnya gabung BARADIPAT,” kata Riski Aprianto, anggota BARADIPAT lainnya.
Riski melanjutkan, usia rata-rata anggota BARADIPAT adalah belasan hingga 20an tahun. Paling muda berada di usia 16 tahun dan paling tua sekitar 28 tahun. Meski begitu, BARADIPAT juga terbuka untuk pecinta kereta api di Lampung dari segala umur.
“Memang anggota ini banyak yang keluar masuk. Artinya selalu regenerasi. Kebanyakan yang pindah ini karena pindah domisili atau karena kesibukan pekerjaan. Tapi kadang kita masih kontakan juga,” jelasnya.
3. Aktivitas komunitas

Setiap komunitas pasti memiliki agenda rutin. Sama seperti BARADIPAT, komunitas ini juga memiliki agenda rutin mulai dari aktivitas sederhana sampai berbentuk eventual. Pertama ada acara kumpul bersama sesama anggota di stasiun. Saat bertemu, mereka biasanya bertukar kabar, kontak, cerita tentang perkeretaapian, dan sebagainya.
“Kita juga ada agenda rutinan yakni sosialisasi keselamatan dalam perjalanam pada para pengendara. Biasanya kita sosialisasi ini tiap bulan sekali, bekerja sama dengan pegawai KAI.” katanya.
Lalu ada tracking. Aktivitas ini merupakan kegiatan menyusuri rel dari stasiun A ke stasiun B dengan tujuan mengetahui lingkungan sekitar antara dua stasiun tersebut atau berdiskusi seputar kereta api selama kegiatan berlangsung.
4. Membuka posko untuk membantu melayani pemudik di perjalanan

Selain tiga aktivitas itu, dalam waktu dekat BARADIPAT juga hendak membuka posko pada saat libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Esti menjelaskan posko ini biasanya ada di saat waktu liburan atau hari besar.
“Posko ini biasanya selalu ada, hanya saja saat pandemik COVID-19 kemarin kita benar-benar tidak ada posko lagi. Rencananya kita akan buat posko lagi di libur Natal dan Tahun Baru ini,” imbuhnya.
Esti menjelaskan, posko merupakan bentuk layanan sukarela dari anggota komunitas pecinta kereta api dengan membantu memberikan informasi dengan baik dan benar kepada pengguna kereta di dalam kereta api selama perjalanan.
“Kalau di Pulau Jawa ada ngeliat pegawai non KAI pakai batik atau seragam dengan nametag khusus, itu yang kami sebut posko. Tapi di Jawa ini biasanya lebih resmi, namanya Customer Service Mobile dan mendapatkan fee juga. Cuma kalau di Sumatra belum ada CSM, jadi masih sukarela poskonya,” katanya.