Wisuda Sekolah Dilarang Tuai Reaksi Ortu dan Siswa di Lampung

- Orang tua siswa SMP di Bandar Lampung mendukung kebijakan larangan wisuda untuk mencegah pemborosan biaya dan menjaga kesederhanaan.
- Ibu Dian, orang tua siswa TK, setuju dengan kebijakan tersebut karena dapat mengalokasikan biaya untuk pendidikan selanjutnya.
- Siswi SMA Pringsewu berharap pemerintah memberikan alternatif acara sederhana sebagai pengganti momen perpisahan yang berkesan.
Bandar Lampung, IDN Times - Kebijakan larangan pelaksanaan kegiatan wisuda atau perpisahan di tingkatan satuan pendidikan menuai beragam tanggapan dari masyarakat, khususnya orang tua dan siswa.
Kebijakan ini dinilai sebagai upaya menekan pemborosan biaya dan menjaga kesederhanaan, namun tidak sedikit yang merasa kehilangan momen berharga dalam perjalanan pendidikan anak-anak mereka.
Lantas bagaimana perspektif orang tua hingga siswa di Provinsi Lampung menyikapi adanya kebijakan ini?
1. Tak jarang jadi ajang pamer

Menyoal kebijakan ini, Widya, orang tua siswa SMP di Kota Bandar Lampung mendukung penuh penerapan aturan tersebut. Pasalnya, meski diakui masih tergolong cukup mampu membayar kewajiban iuran dalam acara tersebut, namun tak jarang kegiatan ini dinilai justru menjadi ajang pamer.
Akibatnya, sebagian orang tua atau wali murid merasa terbebani sehingga terpaksa harus memenuhi keinginan sang anak dengan segala macam upayanya.
"Jujur, saya merasa terbantu dengan keputusan ini. Anak saya kelas 3 SMP, baru saja perpisahan di sekolahnya, alhamdulillah, acaranya juga sederhana saja," katanya, Jumat (9/5/2025).
Pelaksanaan kegiatan yang berlebihan, disebut sudah pasti memakan biaya banyak bagi para orang tua semisal iuran sewa gedung, pakaian, dokumentasi, dan semacamnya. "Udah tepat diganti dengan kegiatan sederhana di sekolah saja, itu sudah cukup bermakna," lanjut warga Sukarame tersebut.
2. Biaya bisa dialokasikan masuk SD

Serupa dengan Widya, Andi, orang tua siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Bandar Lampung turut menyambut baik kehadiran pengetatan kebijakan larangan wisuda atau perpisahan di satuan pendidikan.
Sebab, putrinya bakal segera mengakhiri jenjang pendidikan TK tahun ini, sehingga biaya atau pengeluaran yang tidak perlu dapat dialokasikan untuk persiapan melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar (SD).
"Setuju, karena gak semuanya orang tua murid itu mampu dan punya dana lebih, kalaupun ada pasti sudah ada cost-nya masing-masing. Intinya, sederhana aja dan tidak membebani," kata dia.
3. Nilai bagian penting perjalanan pendidikan

Lain pandangan dari Dinda, siswi SMA di Pringsewu. Sebagai pelajar bakal segera mengakhiri jenjang pendidikan menengah, ia menilai kegiatan wisuda maupun perpisahan merupakan bagian penting dalam perjalanan pendidikannya.
Bukan tanpa alasan, dikarenakan kegiatan semacam itu memiliki kenangan tersendiri sebelum benar-benar berpisah dengan teman-teman sejawatnya di bangku SMA.
"Mungkin pemerintah ingin yang terbaik. Harapanku, tetap ada alternatif seperti acara syukuran kecil atau kegiatan pelepasan di kelas, agar kami tetap bisa mengabadikan momen ini," imbuhnya.
4. Harapkan panduan kebijakan fleksibel

Meski kebijakan ini bersifat melarang pelaksanaan kegiatan seremonial yang mewah dan bersifat komersial, Dinda mengharapkan pemangku kebijakan dapat memberikan panduan yang lebih fleksibel terhadap aturan tersebut.
"Ya semacam memungkinkan pelaksanaan kegiatan sederhana yang tetap punya nilai emosional yang bermakna sama teman-teman gitu," harap dia.