Aktivis Perempuan Lampung Dukung Unila jadi Kampus Ramah Perempuan

Tak hanya di dalam kampus tapi juga lingkungan kampus

Bandar Lampung, IDN Times - Menuju kampus ramah perempuan dan inklusif, organisasi dan aktivis perempuan di Lampung akan ikut berkolaborasi dan mendukung Universitas Lampung (Unila) ke arah tersebut.

Diketahui Rektor Universitas Lampung, Lusmeilia Afriani merupakan rektor perempuan pertama di Unila. Ia memiliki program-program untuk membangun birokrasi serta tata kelola di Unila agar lebih ramah perempuan dan inklusif.

Namun untuk mencapai kampus ramah perempuan dan inklusif tentu tidak bisa dilakukan olehnya sendiri, Lusmelia mengatakan pihaknya juga butuh peran-peran lain untuk mencapai itu agar tak hanya di dalam kampus, tapi di luar kampus juga perlu lingkungan ramah perempuan. 

“Karena yang dibina ini kan tidak hanya kalangan mahasiswa saja. Tetapi penting juga untuk melakukan edukasi (kesetaraan gender) terhadap orang tua dan masyarakat luas" kata Lusi sapaan akrabnya, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga: Unila Terima 19 Maba Asing, Kuliah Sempat Ditunda karena Perizinan

1. Satgas PPKS Unila telah terbentuk

Aktivis Perempuan Lampung Dukung Unila jadi Kampus Ramah PerempuanSatgas PPKS Unila. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Salah satu pelaksanaan menuju Unila ramah perempuan dan inklusif adalah dibentuknya Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS). Itu untuk mendukung kerja-kerja terkait penghapusan kekerasan seksual di lingkungan Unila.

Pembentukan satgas ini selaras dengan Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 berisi kewajiban perguruan tinggi untuk menciptakan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Untuk itu, semua perguruan tinggi wajib memiliki Satgas PPKS.

Satgas PPKS Unila ini beranggotakan 9 orang. Terdiri dari 4 dosen dan 5 mahasiswa. Satgas ini nantinya akan menjadi penolong korban hingga mendapatkan kepercayaan dirinya kembali dan mengusut tuntas kasus kekerasan seksual di kampus.

2. Perlu adanya edukasi kesetaraan gender karena ruang publik perempuan masih sedikit

Aktivis Perempuan Lampung Dukung Unila jadi Kampus Ramah PerempuanBina Karir

Lusi menuturkan tak dipungkiri di zaman emansipasi dan kesetaraan gender saat ini, ruang publik perempuan masih sangat sedikit. Bahkan di beberapa tempat jenjang pekerjaan juga masih melihat dari jenis kelaminnya,

“Padahal jika merefleksi di sekolah dasar hingga di bangku perkuliahan, kita bisa lihat anak-anak yang rangking atas paling banyak perempuan. Tetapi Apakah perempuan yang berfikir praktis?" katanya.

Sehingga menurutnya edukasi kesetaraan gender memang diperlukan kepada perempuan dan laki-laki. Unila siap bekerjasama dalam menjalankan program terkait hal itu.

3. Kepemimpinan perempuan pertama di Unila menjadi langkah awal kampus ramah perempuan

Aktivis Perempuan Lampung Dukung Unila jadi Kampus Ramah PerempuanRektorat Unila. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Kumpulan dari berbagai organisasi perempuan seperti Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR, Forkom Puspa Lampung, PW Fatayat NU, Lampung Democracy Studies (LDS), Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), Mulead Lappung, dan KOPRI PMII mengapresiasi kepemimpinan perempuan pertama di Unila tersebut.

Selama 7 periode kepemimpinan Rektor Unila sebelumnya selalu dipimpin oleh laki laki. Hal ini dinilai sebagai salah satu langkah awal dan bukti Unila juga tidak memilih pemimpinnya berdasarkan jenis kelamin saja.

“Kami berharap Unila bisa menjadi kampus aman, bebas kekerasan dan inklusif, ramah perempuan dan disabilitas, dan tentunya kampus hijau dengan sanitasi baik,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi Perempuan DAMAR, Ana Yunita.

4. Satgas PPKS Unila harus bermitra dengan lembaga layanan

Aktivis Perempuan Lampung Dukung Unila jadi Kampus Ramah PerempuanIlustrasi psikolog. (alodokter.com)

Ketua FORKOM Puspa Lampung, Yuli menambahkan Satgas PPKS Unila nantinya juga harus bermitra dengan lembaga layanan. Itu karena, ada proporsi tugas yang tidak bisa dilakukan oleh kampus saja.

"Jika membicarakan perspektif gender bayangan yang muncul adalah keadilan dan inklusi sosial. Saya melihat bahwa Unila telah menjadi kampus hijau, tetapi yang menjadi kerja sinergi kita adalah menjadikan warga kampus juga menjadi manusia yang hijau" ujarnya.

Melalui LP2M, Unila diharapkan dapat terus melakukan workshop atau seminar dengan melibatkan lembaga layanan dan organisasi terkait, serta membuat kegiatan pengabdian dan membangun sinergi bersama sebagai wujud tri darma perguruan tinggi.

Baca Juga: Kekerasan Seksual Banyak Terjadi di Kampus, Satgas PPKS Unila Dibentuk

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya