Pelepasliaran 'Kyai Batua', Harimau Sumatera ke Alam Liar Batal

Bandar Lampung, IDN Times - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) SKW III Bengkulu-Lampung bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Konservasi (KLHK) membatalkan rencana pelepasliaran 'Kyai Batua', seekor harimau Sumatera (Panthera tigris sumaterae) ke habitat alam liar.
Rencana awal pelepasliaran di Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Lampung Barat tersebut terpaksa urung dilaksanakan. Itu usai mempertimbangkan kondisi terkini Kyai Batua.
"Keputusan ini kita ambil, karena adanya babi hutan sebagai penyerang mangsa utama harimau di alam liar. Babi hutan ini miliki virus bisa datangkan penyakit ke harimau," ujar Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung, Donal Hutasoit, saat menyambangi Lembaga Konservasi Satwa Lembah Hijau, Kota Bandar Lampung, Senin (16/8/2021).
1. Pertimbangan kondisi terkini di alam liar

Melihat kondisi ini, Donal mengatakan, pihak-pihak terkait masih harus melakukan kajian kembali. Itu terkait rencana pelepasliaran Kyai Batua dengan mempertimbangkan kondisi terkini di lapangan atau tempat alam liar.
Tujuannya, agar Kyai Batua dapat bertahan saat harus menjalani kehidupan di habitat aslinya. "Kita perlu cari solusi terbaik, dengan harapan ke depan harimau ini bisa terus dilestarikan," imbuh dia.
2. Pentingnya menanamkan edukasi kepada masyarakat

Donal juga mengungkapkan, instansi-instansi terkait perlu memberikan edukasi secara masif kepada masyarakat sekitar lokasi pelepasliaran.
"Kita tahu, karena harimau adalah ekosistem dalam rantai makanan dan memberikan pengaruh signifikan terhadap lingkungan dan kelestarian alam liar," jelasnya.
Sebagai informasi, Kyai Batua merupakan seekor harimau mengalami cacat seumur hidup. Itu setelah kaki depan sebelah kanan harus diamputasi.
3. Kondisi Kyai Batua sudah pulih 100 persen

Meski rencana pelepasliaran Kyai Batua urung terlaksana, Donal memberikan apresiasi khusus kepada pihak Lembaga Konservasi Satwa Lembah Hijau.
Pasalnya, kondisi Kyai Batua saat dirawat sangat memperihatinkan. Itu akibat terjerat aksi pemburuan menyebabkan luka busuk dan harus diamputasi. Namun mereka hadir dan berani menawarkan diri merawat sang Harimau Sumatera tersebut.
"Kita tahu kondisinya (Kyai Batua) sangat memperihatinkan dan hampir meninggal, ditambah gigi taring atas juga telah patah. Tapi bisa kita lihat, hewan ini sudah pulih 100 persen," tandas dia.