Keren! Itera Akan Bangun Taman Tematik Bambu untuk Edukasi Alam

- Program kemitraan masyarakat dan kolaborasi dosen Itera dilaksanakan pada 1 Juni – 1 Juli 2025.
- Konsep taman organik menyatu dengan lanskap alami, dirancang berkesinambungan agar pergerakan pengunjung tetap efisien tanpa mengganggu ekosistem.
- Taman Tematik Bambu diharapkan menjadi model nasional dalam pengelolaan lanskap konservasi yang berbasis spesies lokal.
Bandar Lampung, IDN Times - Kawasan Kebun Raya Institut Teknologi Sumatera (Itera) kini tengah dikembangkan sebagai ruang edukasi dan konservasi baru melalui hadirnya Taman Tematik Bambu. Taman ini dirancang oleh tim dosen dari Program Studi Arsitektur Lanskap dan Program Studi Biologi Itera, sebagai bagian dari upaya pelestarian bambu endemik Sumatera sekaligus menciptakan destinasi ekowisata edukatif yang ramah lingkungan.
Tak sekadar tempat wisata, pengembangan taman ini juga menjadi bentuk nyata kontribusi akademik terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan pendekatan ilmiah dan arsitektur lanskap berkelanjutan, taman ini menjadi wadah untuk mengenalkan nilai ekologis, ekonomi, dan budaya dari tanaman bambu kepada masyarakat luas.
1. Dirancang dalam program kemitraan masyarakat dan kolaborasi dosen Itera

Ketua tim pengabdian kepada masyarakat, Rizka Nabilah menjelaskan, pengembangan taman tematik ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pelestarian bambu sebagai salah satu komponen utama ekosistem yang memiliki nilai ekologis, ekonomi, dan budaya.
Menurutnya, taman ini dirancang dengan mengintegrasikan lanskap ekologis, jalur interpretasi edukatif, pusat informasi, serta paviliun bambu sebagai ruang belajar terbuka. Rizka menyebut, pengembangan kawasan konservasi ini juga menjawab berbagai tantangan, di antaranya keterbatasan data spesies bambu lokal, minimnya infrastruktur pendukung, dan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap nilai ekologis bambu.
"Proses perancangan taman dilakukan secara bertahap, mulai dari inventarisasi biofisik tapak, wawancara dan diskusi bersama UPA Konservasi Flora Sumatera Itera, hingga penyusunan rencana tapak (siteplan)," kata Rizka, Jumat (4/7/2025).
2. Konsep taman organik menyatu dengan lanskap alami

Lebih lanjut Rizka menjelaskan, taman seluas 0,76 hektare tersebut dirancang dengan konsep bentuk organik tanpa sudut tajam, terinspirasi pola rumpun bambu yang membentuk lingkaran bertumpuk (overlapping circles). Konsep ini diterapkan pada area komunal, shelter, serta paviliun edukatif yang terintegrasi dengan lanskap alami. Sirkulasi ruang juga dirancang berkesinambungan agar pergerakan pengunjung tetap efisien tanpa mengganggu ekosistem.
"Penataan kawasan dibagi dalam zona konservasi alami dan fasilitas buatan yang terhubung melalui jalur setapak. Desain taman menonjolkan perpaduan konservasi, edukasi, dan rekreasi yang saling mendukung," ujarnya.
Disampaikan Rizka, beberapa elemen utama dalam desain Taman Tematik Bambu meliputi shelter paviliun sebagai pusat informasi dan penerimaan pengunjung, gazebo bambu untuk area interaksi sosial, serta lorong setorum, yaitu jalur sirkulasi yang terbentuk dari rumpun bambu alami. Area ini memberikan pengalaman visual sekaligus keteduhan bagi pengunjung.
3. Jadi model nasional konservasi lanskap berbasis spesies lokal

Rizka mengatakan, tim pengembang berharap Taman Tematik Bambu tidak hanya menjadi ruang terbuka hijau yang mendukung konservasi, tetapi juga pusat pembelajaran dan inspirasi pengelolaan lanskap berbasis pelestarian sumber daya lokal. Model taman ini diharapkan dapat direplikasi di berbagai daerah sebagai referensi pengembangan kawasan konservasi yang berkelanjutan.
“Taman Tematik Bambu ini diharapkan menjadi model nasional dalam pengelolaan lanskap konservasi yang berbasis spesies lokal dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya mitigasi perubahan iklim, konservasi keanekaragaman hayati, dan pemberdayaan masyarakat,” terangnya.