Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

HKTI Sebut Kedelai Impor Masih Dibutuhkan Demi Jaga Harga dan Pasokan

ilustrasi kacang kedelai (pixabay.com/allybally4b)
ilustrasi kacang kedelai (pixabay.com/allybally4b)
Intinya sih...
  • Dorongan produksi nasional
    • Kebutuhan kedelai meningkat seiring program Makan Bergizi Gratis
    • Peningkatan produksi kedelai nasional mendesak menuju swasembada
    • Kerjasama perbaiki rantai pasok kedelai
      • HKTI siap bekerja sama dengan pemerintah untuk menciptakan insentif bagi petani
      • Optimistis swasembada kedelai bukan hal mustahil jika dilakukan secara bertahap
      • Peran importir tetap krusial
        • Importir membantu menjamin stok kedelai tetap tersedia di dalam negeri
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times — Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menilai pemerintah masih perlu mengandalkan kedelai impor untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan baku di dalam negeri.

Sekjen DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Abdul Kadir Karding menyebut kedelai sebagai komoditas penting dalam rantai pangan nasional, meski tidak termasuk dalam sembilan bahan pokok.

“Kita pernah mengalami saat kedelai langka dan harganya melonjak, perajin tahu-tempe berhenti produksi, bahkan berdampak pada pedagang gorengan,” katanya, Senin (1/12/2025).

Ia menjelaskan, produksi kedelai nasional saat ini hanya berkisar 300–500 ribu ton per tahun. Sementara kebutuhan mencapai 2,8–3 juta ton per tahun. "Sekitar 82–90 persen pasokan kedelai di Indonesia masih berasal dari impor," tambahnya.

1. Dorongan produksi nasional

ilustrasi kedelai (pixabay.com/pnmralex)
ilustrasi kedelai (pixabay.com/pnmralex)

Karding mengatakan kebutuhan kedelai diperkirakan akan meningkat seiring pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh pemerintah.

Ia menilai peningkatan produksi kedelai nasional menjadi semakin mendesak, sekaligus langkah menuju swasembada kedelai.

“Keengganan petani menanam kedelai selama ini disebabkan oleh harga jual yang rendah dan preferensi industri terhadap kedelai impor yang dinilai lebih baik kualitasnya. Ini yang harus dicarikan solusinya bersama-sama,” ujarnya.

2. Kerjasama perbaiki rantai pasok kedelai

ilustrasi impor (dok.istimewa)
ilustrasi impor (dok.istimewa)

HKTI menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah untuk memperbaiki rantai pasok kedelai dan menciptakan insentif bagi petani agar kembali berminat menanam kedelai.

Karding optimistis swasembada kedelai bukan hal mustahil jika dilakukan secara bertahap.

“Kalau kita mampu meningkatkan produksi lokal secara bertahap, ketergantungan pada negara pengimpor seperti Amerika Serikat, Kanada, Brasil, atau India bisa berkurang,” ucap Karding.

3. Peran importir tetap krusial

Ilustrasi impor gula (Pexels.com/Tiger Lily)
Ilustrasi impor gula (Pexels.com/Tiger Lily)

Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Hidayatullah Suralaga, menegaskan peran importir selama ini adalah membantu menjamin stok kedelai tetap tersedia.

Menurutnya, kebutuhan kedelai nasional saat ini berada di kisaran 220.000–240.000 ton per bulan.

“Peran importir adalah untuk mengisi gap antara tingginya kebutuhan kedelai nasional dan terbatasnya ketersediaan kedelai dari hasil produksi petani di dalam negeri,” kata Hidayatullah.

Ia menambahkan, importir terpanggil untuk menjaga pasokan tetap terjaga, terlebih ketika kebutuhan kedelai diproyeksikan meningkat seiring program MBG.

Share
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us

Latest News Lampung

See More

HKTI Sebut Kedelai Impor Masih Dibutuhkan Demi Jaga Harga dan Pasokan

01 Des 2025, 16:10 WIBNews