Hilirisasi Perkebunan Strategi Lampung jadi Lumbung Pangan Nasional

- NTP meningkat: NTP Lampung naik 1,76% menjadi 127,62 pada September 2025. Tanaman Perkebunan Rakyat jadi penyumbang tertinggi dengan NTP 165,25.
- Hilirisasi kunci daya saing: Fokus Pemprov Lampung pada peningkatan produksi, mutu hasil, hilirisasi, dan investasi berbasis nilai tambah untuk meningkatkan daya saing produk.
- RPJMD 2025–2029: Lampung ditetapkan sebagai pusat pangan dan perkebunan nasional. Sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan diperlukan untuk mencapai target tersebut.
Bandar Lampung, IDN Times - Pemerintah Provinsi (Pemprov) komitmen untuk menjadikan daerah ini sebagai Lumbung Pangan Nasional. Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Lukman Pura mengatakan, sektor pertanian masih menjadi tulang punggung ekonomi Lampung, dengan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan peningkatan kesejahteraan petani.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Triwulan IV 2024 sektor pertanian menyumbang 26,21 persen terhadap PDRB. Sementara pada Triwulan II 2025 kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan meningkat menjadi 28,51 persen.
Sub sektor perkebunan menjadi penyumbang utama dengan kontribusi 6,85 persen. “Perkebunan bukan hanya menopang perekonomian daerah, tetapi juga berperan besar dalam penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan penguatan ketahanan pangan,” ujarnya, Rabu (22/10/2025).
1. NTP meningkat

Lukman mengatakan, kabar baik juga datang dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang menunjukkan kesejahteraan petani Lampung semakin meningkat. Pada September 2025, NTP Lampung mencapai 127,62, naik 1,76 persen dari bulan sebelumnya.
Sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat menjadi penyumbang tertinggi dengan NTP 165,25, menandakan pendapatan petani tumbuh lebih cepat dibanding pengeluaran
Dari sisi produksi, lanjutnya, Lampung terus menunjukkan performa membanggakan di tingkat nasional. Kopi Robusta menempati peringkat kedua nasional, Lada menyumbang 24,57 persen produksi nasional dan juga berada di peringkat kedua.
Kakao dan Karet masing-masing berada di posisi kelima dan kesembilan nasional. Tebu menduduki peringkat kedua, sementara Kelapa Dalam dan Kelapa Sawit turut menjadi komoditas unggulan yang memperkuat posisi Lampung sebagai daerah penghasil perkebunan strategis.
2. Hilirisasi menjadi kunci meningkatkan daya saing produk Lampung

Menurut Lukman, Pemerintah Provinsi Lampung kini fokus memperkuat strategi pembangunan perkebunan yang berorientasi pada peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan mutu hasil, serta pengembangan hilirisasi dan investasi berbasis nilai tambah.
Ia menyebut, hilirisasi menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing produk Lampung. Pemerintah akan memperkuat peran petani dalam rantai nilai melalui tumbuhnya industri pengolahan di tingkat kelompok tani, serta memastikan dukungan terhadap penguatan sumber daya manusia dan infrastruktur.
3. RPJMD 2025–2029 menempatkan Lampung sebagai pusat pangan dan perkebunan nasional

Lukman menambahkan, target besar ini sejalan dengan arah RPJMD Provinsi Lampung 2025–2029, yang menempatkan Lampung sebagai pusat pangan dan perkebunan nasional.
“Pencapaian ini tidak bisa dilakukan sendiri. Butuh sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya.
Menurutnya, dengan potensi sumber daya alam yang kuat dan produktivitas yang terus meningkat, Lampung optimistis mampu memperkuat posisinya sebagai salah satu penopang utama ketahanan pangan Indonesia.
“Mari kita terus berkomitmen membangun perkebunan yang maju dan berdaya saing, demi mewujudkan visi Bersama Lampung Maju Menuju Indonesia Emas,” tandasnya.