5 Daerah Terbanyak di Lampung Masih Banyak Ibu Melahirkan Tanpa Nakes

- Mesuji, perlu peningkatan layanan meski angka relatif rendah
- Tulang Bawang, dihadapkan kendala akses dan edukasi
- Pesawaran, tinggi meski dekat kota
Bandar Lampung, IDN Times - Tren pelayanan kesehatan ibu dan anak di Provinsi Lampung masih menghadapi tantangan besar. Meski sebagian besar perempuan kini sudah memilih melahirkan di fasilitas kesehatan, nyatanya masih ada wilayah-wilayah dengan proporsi tinggi ibu melahirkan tanpa bantuan tenaga medis terlatih.
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung tahun 2024, tercatat lima kabupaten dengan angka tertinggi perempuan pernah kawin usia 15–49 tahun melahirkan anak hidup dalam dua tahun terakhir tidak di fasilitas kesehatan. Angka ini menggambarkan masih adanya kesenjangan layanan kesehatan antarwilayah di provinsi ini, terutama di daerah luas, terpencil, atau minim fasilitas medis.
1. Mesuji, masih perlu peningkatan layanan meski angka relatif rendah

Di posisi kelima ada Kabupaten Mesuji, dengan proporsi 3,7 persen perempuan melahirkan di luar fasilitas kesehatan. Kabupaten yang memiliki luas 2.184 km² dan kepadatan penduduk sekitar 144 jiwa per km² ini termasuk wilayah baru hasil pemekaran di Lampung bagian utara.
Meski angkanya relatif rendah dibanding wilayah lain, tetap ada sebagian masyarakat belum mendapat akses penuh terhadap fasilitas persalinan memadai. Kondisi geografis luas dan jarak antar permukiman cukup jauh menjadi tantangan tersendiri.
Namun, capaian ini menunjukkan adanya kemajuan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak di Mesuji. Upaya pemerintah daerah memperkuat jaringan puskesmas keliling dan tenaga medis lapangan perlu terus dipertahankan agar tidak ada lagi ibu harus melahirkan tanpa fasilitas kesehatan yang layak.
2. Tulang Bawang, masih dihadapkan kendala akses dan edukasi

Kabupaten Tulang Bawang berada di posisi keempat dengan proporsi 6,8 persen perempuan melahirkan tanpa fasilitas kesehatan. Wilayah ini dikenal luas dengan karakter agraris dan permukiman tersebar, sehingga akses terhadap fasilitas kesehatan masih menjadi kendala.
Kondisi ini tetap perlu diperhatikan karena mencerminkan masih adanya kelompok masyarakat belum sepenuhnya terlayani secara medis.
Tulang Bawang perlu memperkuat strategi pelayanan kesehatan berbasis desa, dengan memperbanyak tenaga bidan dan poskesdes di wilayah perkampungan. Peningkatan literasi kesehatan juga penting agar masyarakat memahami pentingnya melahirkan di fasilitas medis demi keselamatan ibu dan bayi.
3. Pesawaran, tinggi meski dekat kota

Menyusul di posisi ketiga adalah Kabupaten Pesawaran, dengan proporsi 15,5 persen perempuan melahirkan di luar fasilitas kesehatan. Padahal, kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.173,77 km² dengan kepadatan penduduk mencapai 371,31 jiwa per km², salah satu tertinggi di Lampung.
Letaknya berdekatan dengan Kota Bandar Lampung seharusnya menjadi keuntungan dalam hal akses kesehatan. Namun, tingginya angka ini justru menunjukkan masalah melahirkan di luar fasilitas kesehatan tidak hanya terjadi di daerah terpencil, melainkan juga di wilayah padat penduduk.
Masih banyak warga memilih melahirkan di rumah dengan alasan kenyamanan, biaya, atau kebiasaan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah memperkuat edukasi kesehatan reproduksi dan menumbuhkan kesadaran pentingnya fasilitas persalinan aman.
4. Way Kanan, daerah luas dengan 18,5 persen persalinan di luar fasilitas

Posisi kedua ditempati Kabupaten Way Kanan, dengan proporsi 18,5 persen perempuan melahirkan tanpa fasilitas kesehatan. Wilayah ini memiliki luas mencapai 3.921,63 km² dengan kepadatan penduduk sekitar 125 jiwa per km².
Sebagai salah satu kabupaten dengan wilayah terluas di Lampung, tantangan utama Way Kanan adalah aksesibilitas dan penyebaran fasilitas kesehatan belum merata. Banyak desa berada jauh dari pusat pelayanan, sehingga proses persalinan sering kali dilakukan di rumah atau dibantu dukun beranak.
Fenomena ini menunjukkan masih lemahnya sistem rujukan persalinan di wilayah perdesaan. Selain faktor jarak, aspek sosial dan budaya juga berpengaruh kuat, sebagian masyarakat masih mempercayakan proses melahirkan pada cara-cara tradisional.
Diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya persalinan di fasilitas medis demi menekan angka risiko kematian ibu dan bayi.
5. Pesisir Barat, tertinggi dengan 21 persen persalinan di luar Faskes

Kabupaten Pesisir Barat menjadi wilayah dengan angka tertinggi di Lampung. Berdasarkan data BPS, sebanyak 21 persen perempuan pernah kawin usia 15–49 tahun melahirkan dalam dua tahun terakhir melakukannya di luar fasilitas kesehatan.
Kabupaten yang memiliki luas wilayah sekitar 2.889,88 km² dengan kepadatan penduduk hanya 59,46 jiwa per km² ini memang dikenal memiliki kondisi geografis cukup menantang, dengan banyak wilayah pesisir dan pegunungan sulit dijangkau. Kondisi tersebut membuat akses menuju fasilitas kesehatan menjadi terbatas, terutama di daerah pelosok.
Tingginya angka ini mengindikasikan tantangan besar bagi layanan kesehatan ibu dan anak. Melahirkan tanpa tenaga medis berisiko tinggi terhadap keselamatan ibu maupun bayi, baik akibat komplikasi maupun keterlambatan penanganan medis.
Pemerintah daerah bersama instansi kesehatan perlu memperluas jangkauan bidan desa dan puskesmas pembantu agar masyarakat pesisir hingga pegunungan bisa mendapat layanan layak.
Secara keseluruhan, rata-rata provinsi Lampung mencatat 5,7 persen perempuan usia subur melahirkan di luar fasilitas kesehatan. Meski angka ini tergolong rendah dibanding beberapa tahun lalu, kesenjangan antarwilayah masih terlihat jelas.