Cabai, Emas hingga Makanan Hewan Peliharaan Picu Kenaikan Inflasi Lampung

- Cabai merah dan bawang merah menyumbang inflasi terbesar di Lampung
- Komoditas lain yang ikut andil dalam kenaikan inflasi antara lain emas perhiasan dan wortel
- Risiko harga pangan meningkat akhir tahun karena musim hujan, risiko banjir, dan mobilitas masyarakat yang meningkat jelang Natal dan Tahun Baru
Bandar Lampung, IDN Times — Dua komoditas pangan yaitu cabai merah dan bawang merah, menjadi pendorong terbesar kenaikan inflasi Provinsi Lampung pada November 2025.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto mengatakan, inflasi bulanan tercatat mencapai 0,36 persen (mtm), naik dari Oktober yang berada di level 0,23 persen. “Kenaikan harga cabai merah dan bawang merah memberikan andil terbesar terhadap inflasi November,” katanya, Minggu (7/12/2025).
1. Cabai sumbang andil tertinggi
Cabai merah menjadi komoditas dengan dampak inflasi paling tinggi hingga 0,09 persen. Kenaikan dipicu berkurangnya produksi seiring berakhirnya masa panen serta tingginya curah hujan yang menurunkan kualitas panen.
"Selain itu, gangguan cuaca membuat distribusi cabai merah dari sentra produksi ke Lampung ikut terganggu," ujar Bimo.
Sementara bawang merah memberikan andil inflasi 0,08 persen, menjadikan komoditas kedua yang paling mempengaruhi kenaikan harga bulan ini.
"Pasokan bawang merah dari Jawa menurun akibat harga benih yang mahal serta serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang mempengaruhi hasil panen," jelasnya.
2. Komoditas lain yang naikkan inflasi
Selain dua komoditas tersebut, inflasi juga terdorong oleh mas perhiasan 0,07 persen dan wortel 0,04 persen. Bimo menyebut kenaikan harga emas sebabkan lonjakan harga global akibat ketidakpastian geopolitik.
Namun tekanan inflasi masih tertahan oleh penurunan beberapa komoditas seperti buah salak, makanan hewan peliharaan, dan beras. "Harga beras turun berkat pasokan panen serta penyaluran beras SPHP oleh Bulog selama November," tambahnya.
3. Risiko harga meningkat akhir tahun

BI Lampung memperingatkan tekanan harga kemungkinan masih berlanjut, terutama menghadapi musim hujan, risiko banjir, serta mobilitas masyarakat yang meningkat jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Kami memantau potensi kenaikan harga pangan menjelang akhir tahun, termasuk risiko beras dan komoditas hortikultura yang terdampak cuaca,” tutur Bimo.
BI memastikan koordinasi dengan pemerintah daerah dan TPID terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga pangan di Lampung.


















