Risiko rendah: 7.891 NIB (66,4%)
Risiko menengah rendah: 12.499 NIB
Risiko menengah tinggi: 20.299 NIB (17,2%)
Risiko tinggi: 6.853 NIB (5,8%)
51.630 NIB Diterbitkan di Bandar Lampung, UMKM Mendominasi

- UMKM mendominasi Bandar Lampung dengan 51.267 NIB, sementara usaha non-UMKM hanya menyumbang 363 NIB.
- Mayoritas usaha berisiko rendah, dengan 66,4% NIB diklasifikasikan sebagai risiko rendah.
- Sektor kuliner menjadi yang paling dominan di Bandar Lampung, mencerminkan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
Bandar Lampung, IDN Times – Sebanyak 51.630 Nomor Induk Berusaha (NIB) telah diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Bandar Lampung. Kepala DPMPTSP, Muhtadi Arsyad Temenggung mengatakan pertumbuhan dunia usaha di Kota Bandar Lampung menunjukkan tren positif sejak penerapan sistem perizinan Online Single Submission (OSS) pada 4 Agustus 2021.
Ia menyebut, pencapaian tersebut menjadi indikator kuat semangat kewirausahaan di kalangan masyarakat. “NIB adalah identitas legal pelaku usaha. Jumlah ini menunjukkan minat masyarakat dalam membuka usaha terus meningkat. Data OSS ini bersifat real-time dan terus berkembang,” katanya, Selasa (8/7/2025).
1. UMKM mendominasi

Muhtadi membeberkan, dari total NIB yang diterbitkan, 51.613 merupakan usaha lokal (PMDN), dan hanya 17 NIB berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA). UMKM menjadi dominan dengan 51.267 NIB, sementara usaha non-UMKM hanya menyumbang 363 NIB.
"Satu NIB bisa mencakup lebih dari satu proyek usaha, tergantung skala dan jenisnya. Karena itu, total Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) yang diterbitkan mencapai 117.942," bebernya.
2. Mayoritas usaha berisiko rendah

Sistem OSS mengklasifikasikan usaha berdasarkan tingkat risiko. Berikut rincian klasifikasinya:
“Sebagian besar pelaku usaha memulai dari kategori risiko rendah, karena cenderung lebih mudah dari sisi perizinan dan modal,” ungkap Muhtadi
Dari sisi wilayah, Kecamatan Sukarame mencatat jumlah NIB tertinggi yaitu 10.780, menjadikannya kawasan paling dinamis. Disusul Tanjung Senang (8.130), Way Halim (8.078), Rajabasa (8.020), dan Kemiling (945).
3. Kuliner jadi primadona

Muhtadi menjelaskan, sektor usaha yang paling dominan di Bandar Lampung adalah kuliner. Menurutnya, tren ini mencerminkan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.
“Dengan OSS berbasis risiko, pelaku usaha tidak lagi perlu proses rumit untuk mendapatkan legalitas. Ini penting, terutama bagi UMKM yang ingin berkembang dan berpartisipasi dalam pengadaan pemerintah,” jelasnya.
Muhtadi menambahkan, DPMPTSP terus berkomitmen mendampingi para pelaku usaha. “Legalitas usaha adalah kunci awal untuk tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan,” tambahnya.