Harga Bawang dan Cabai Naik, Inflasi Lampung Juli 2025 0,19 Persen

- Inflasi Lampung Juli 2025 mencapai 0,19%, dipicu oleh lonjakan harga bahan pangan utama seperti bawang merah, tomat, cabai rawit, dan beras.
- Beberapa komoditas mengalami penurunan harga, seperti bawang putih, daging ayam ras, dan susu cair kemasan.
- BI waspadai potensi inflasi akibat kenaikan UMP, naiknya harga emas dan minyak dunia, serta potensi lonjakan harga beras dan cabai akibat cuaca kering.
Bandar Lampung, IDN Times – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi di Provinsi Lampung sebesar 0,19 persen (mtm) pada Juli 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 0,04 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,30 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi Lampung tercatat 2,63 persen (yoy). Angka itu juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 2,27 persen, dan di atas inflasi nasional sebesar 2,37 persen. “Kenaikan harga komoditas hortikultura seperti bawang merah, tomat, cabai rawit, dan beras jadi penyumbang utama inflasi bulan ini,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto dikonfirmasi, Sabtu (2/8/2025).
1. Musim gadu dan hama picu lonjakan harga

BI mencatat, inflasi bulan Juli dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan utama. Andil terbesar datang dari:
Bawang merah: +0,13 persen
Tomat: +0,07 persen
Cabai rawit: +0,04 persen
Beras: +0,03 persen
Kenaikan harga bawang merah terjadi akibat musim gadu dan gangguan hama di sentra produksi Jawa Barat. Sementara cabai rawit naik karena cuaca buruk yang menghambat panen di Lampung.
"Sedangkan harga beras mulai naik karena masa tanam yang berlangsung menjelang panen kedua di September–Oktober," jelas Bimo.
2. Ada komoditas turun harga

Meski begitu, inflasi sempat tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami deflasi, seperti:
Bawang putih: -0,06 persen
Daging ayam ras: -0,03 persen
Susu cair kemasan: -0,02 persen
Harga bawang putih turun karena kelancaran pasokan pasca realisasi impor. "Penurunan harga ayam ras juga terjadi karena meningkatnya pasokan di tingkat produsen," ungkap Bimo.
3. BI waspadai potensi inflasi

Meski inflasi masih terkendali, BI memperkirakan risiko inflasi tetap harus diwaspadai, di antaranya:
Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,5 persen
Harga emas dunia yang naik karena ketidakpastian global
Potensi lonjakan harga beras dan cabai akibat cuaca kering
Harga minyak dunia yang bisa melonjak akibat konflik di Timur Tengah
Untuk meredam tekanan inflasi, BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan memperkuat strategi 4K:
Keterjangkauan Harga – operasi pasar dan pemantauan harga komoditas rawan naik
Ketersediaan Pasokan – perluasan toko pengendali inflasi dan kerja sama antardaerah
Kelancaran Distribusi – perbaikan jalan dan transportasi bahan pangan
Komunikasi Efektif – koordinasi dan informasi neraca pangan yang akurat
“Bank Indonesia dan TPID akan terus memperkuat sinergi untuk menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi di Lampung,” tutur Bimo.