Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Riset Dosen Unila Ungkap Dampak Industri Sagu terhadap Warga Papua

Dosen FISIP Unila, Fuad Abdulgani, menjadi salah satu pembicara kunci dalam Mini Conference Internasional “Agroforestry: Present Case and the Role of Higher Education Institutions
Dosen FISIP Unila, Fuad Abdulgani, menjadi salah satu pembicara kunci dalam Mini Conference Internasional “Agroforestry: Present Case and the Role of Higher Education Institutions (Dok.Unila)
Intinya sih...
  • Sagu memiliki peran penting dalam budaya dan ekonomi Papua
  • Industrialisasi sagu menyebabkan penurunan keanekaragaman pangan dan ketegangan sosial
  • Perguruan tinggi dapat menjadi jembatan antara ilmu tradisional dan inovasi modern dalam pengelolaan sagu
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung (Unila), Fuad Abdulgani, menjadi salah satu pembicara kunci dalam Mini Conference Internasional “Agroforestry: Present Case and the Role of Higher Education Institutions.

Dalam sesi kedua konferensi itu, Fuad memaparkan hasil risetnya berjudul “Sago, Agroforestry, and Industry: West Papua’s Experience” — sebuah kajian mendalam tentang peran penting sagu sebagai spesies kunci budaya (cultural keystone species) bagi masyarakat adat Papua di wilayah Kais, Sorong Selatan, Papua Barat.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi global Project Harvest (Higher Education Leadership on Agricultural and Food Rights for Environmental Sustainability), yang melibatkan berbagai universitas di Indonesia, Eropa dan Asia Tenggara.

1. Sagu, lebih dari sekadar komoditas pangan

Dosen FISIP Unila, Fuad Abdulgani, menjadi salah satu pembicara kunci dalam Mini Conference Internasional “Agroforestry: Present Case and the Role of Higher Education Institutions
Dosen FISIP Unila, Fuad Abdulgani, menjadi salah satu pembicara kunci dalam Mini Conference Internasional “Agroforestry: Present Case and the Role of Higher Education Institutions (Dok.Unila)

Dalam paparannya, Fuad menjelaskan sagu tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari sistem sosial ekologis yang kompleks mencakup identitas budaya, tata kelola lingkungan, serta relasi sosial berbasis kekerabatan.

“Sagu bagi masyarakat Kais bukan sekadar komoditas pangan, melainkan penopang struktur sosial, budaya, dan ekonomi yang menjaga keseimbangan antara manusia dan alam,” ujar Fuad.

Namun, menurutnya, ketika industrialisasi sagu mulai diperkenalkan melalui izin konsesi dan pabrik, muncul berbagai perubahan sosial signifikan. Dampaknya tidak hanya pada aspek ekonomi dan ketenagakerjaan, tapi juga pada relasi antar klan serta keberlanjutan ekologis.

2. Dampak industrialisasi sagu

ilustrasi tepung sagu (freepik.com/azerbaijan_stockers)
ilustrasi tepung sagu (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Fuad membagikan hasil temuan lapangannya dari riset tahun 2017 di bawah UGM–CARED Project, yang meneliti dampak industrialisasi sagu terhadap masyarakat lokal di Papua Barat. Ia menemukan meskipun terjadi peningkatan pendapatan tunai dari kerja upahan dan penjualan batang sagu, namun ada penurunan keanekaragaman pangan serta meningkatnya ketegangan sosial antar komunitas.

“Ketika ekonomi uang masuk terlalu cepat tanpa regulasi sosial yang kuat, sistem nilai lokal ikut terguncang,” jelasnya.

3. Peran kampus dalam menjembatani ilmu tradisional dan inovasi modern

ilustrasi inovasi (pexels.com/singkham)
ilustrasi inovasi (pexels.com/singkham)

Dalam konteks peran perguruan tinggi (Higher Education Institutions/HEIs), Fuad mencontohkan berbagai inisiatif yang telah dilakukan, seperti Akademi Komunitas Negeri Sorong Selatan (AKNESS) dan kolaborasi UGM–NZ Aid Programme, yang mengembangkan model ekonomi sagu berbasis demokrasi ekonomi.

Model tersebut menekankan pendekatan bottom-up, pemberdayaan komunitas, dan kolaborasi lintas disiplin antara perguruan tinggi, masyarakat adat, dan sektor industri. “Tantangan utama riset dan pengabdian di sektor sagu saat itu adalah keberlanjutan dukungan setelah proyek berakhir,” katanya.

Kendati demikian, Fuad menegaskan peluang pengembangan sagu tetap besar. Melalui pendidikan vokasional, riset komunitas, dan kemitraan lokal, perguruan tinggi bisa menjadi jembatan antara pengetahuan tradisional dan inovasi modern dalam pengelolaan sagu yang adil dan berkelanjutan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us

Latest Life Lampung

See More

Riset Dosen Unila Ungkap Dampak Industri Sagu terhadap Warga Papua

14 Nov 2025, 06:01 WIBLife