Itera Tambah Dua Guru Besar, Usung Orasi Ilmiah Khusus

- Itera menambah 2 guru besar baru dari PWK, FTIK
- Prof. Harkunti bidang Pengurangan Risiko Bencana, Prof. Ibnu di infrastruktur berkelanjutan
- Harkunti tekankan integrasi PRB dalam kebijakan tata ruang, Ibnu soroti transportasi berkelanjutan dan analisis data science
Lampung Selatan, IDN Times - Institut Teknologi Sumatera (Itera) resmi menambah dua guru besar baru dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan (FTIK). Kedua guru besar tersebut adalah Prof Harkunti Pertiwi Rahayu guru besar bidang Pengurangan Risiko Bencana dalam Perencanaan Pembangunan, dan Prof Ibnu Syabri dengan keahlian di bidang infrastruktur berkelanjutan.
Orasi ilmiah pengukuhan kedua guru besar tersebut digelar di Aula Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 Itera, Sabtu (3/5/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh Senat Itera, jajaran guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti, perwakilan Pemprov Lampung, serta pimpinan perguruan tinggi, mitra pemerintah dan industri, serta sivitas akademika Itera.
1. Pentingnya integrasi prinsip pengurangan risiko bencana

Dalam orasi ilmiah pertamanya, Harkunti Pertiwi Rahayu mengangkat tema Membangun Ketangguhan Bangsa melalui Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Ia menekankan pentingnya integrasi prinsip pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam kebijakan tata ruang dan pembangunan untuk mencegah kerentanan baru di tengah meningkatnya intensitas bencana.
Harkunti juga membahas isu kritis seperti penguatan sistem peringatan dini yang inklusif bagi penyandang disabilitas, konvergensi PRB-API (adaptasi perubahan iklim) sebagai pendekatan holistik berbasis bukti (evidence-based), serta pengarusutamaan PRB dari pendekatan berbasis hazard menuju pendekatan berbasis proyek.
2. Pembangunan sistem transportasi efisien dan hemat lahan

Orasi selanjutnya disampaikan Ibnu Syabri mengangkat tema Jejak Transportasi di Tapak Kota dan Wilayah: Mengurangi Dependensi Spasial Guna Lahan untuk Perencanaan Transportasi Berkelanjutan. Ia menyoroti pentingnya pembangunan sistem transportasi yang efisien dan hemat lahan.
Ibnu mendorong penggunaan alat analisis berbasis data science, seperti big data, machine learning, dan artificial intelligence (AI), untuk mendukung transportasi hijau di Indonesia. Menurutnya, pendekatan tersebut bertujuan membangun sistem transportasi dan logistik yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Ia juga menyoroti konsep dependensi spasial dalam sistem transportasi melalui pemodelan spatial flow dependence. “Masalah logistik dan kemacetan bukan semata persoalan volume, tetapi berkaitan dengan struktur spasial aliran barang. Tanpa konsolidasi dan koordinasi spasial, sistem akan terus memproduksi inefisiensi dan tekanan lingkungan,” tegasnya.
3. Tanggapan kepala BMKG dan Wamen PU

Setelah penyampaian orasi, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan Wakil Menteri PUPR Diana Kusumastuti menyampaikan tanggapan positif. Dwikorita menyebut Prof Harkunti sebagai sosok fundamental dalam mitigasi bencana di Indonesia. “Salah satu tokoh penting di balik kemajuan BMKG adalah Prof Harkunti,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Menteri PUPR menyampaikan, penambahan dua guru besar Itera menjadi kontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bangsa, terutama dalam menghadapi tantangan seperti gempa bumi. Ia juga menekankan pentingnya tata guna lahan dan tata ruang dalam pembangunan berkelanjutan.
4. Ini kata rektor Itera

Rektor Itera, I Nyoman Pugeg Aryantha, menyampaikan apresiasi atas capaian tersebut. Ia menilai kedua guru besar tidak hanya berprestasi dalam bidang keilmuan, tetapi juga berkontribusi nyata dalam riset dan pengembangan strategis yang relevan dengan tantangan zaman, khususnya dalam bidang perencanaan wilayah dan kota.
“Kami harapkan penambahan dua guru besar ini dapat mempercepat akselerasi perkembangan Itera ke depan, karena telah membuka networking nasional dan internasional,” ujar Rektor.
Gubernur Lampung, yang diwakili Kepala Badan Pengelolaan Sumber Daya Provinsi Lampung, Muhammad Alhusnuriski, menyebut penambahan dua guru besar Itera sebagai pencapaian yang membanggakan, tidak hanya bagi Itera tetapi juga bagi Provinsi Lampung.
“Kita bersyukur, Lampung memiliki mercusuar intelektual seperti Itera. Sebuah perguruan tinggi yang masih muda namun telah melahirkan inovasi dan sumber daya unggul,” ujarnya. Gubernur juga menegaskan bahwa Itera merupakan aset intelektual yang menjadi bagian dari denyut pembangunan di Provinsi Lampung," jelasnya.