Cerita Dua Pendekar Muda Lampung Raih Emas PON Beladiri 2025

- Ahya Mulya Bakti dari Lampung tampil percaya diri sejak awal pertandingan dan sudah yakin juara sejak lama.
- Ahya mendedikasikan medali emas ini untuk orang tua dan perguruan tempatnya berlatih, PSHT Pringsewu.
- Riski Enjel Pinata, mahasiswi Institut Teknologi Sumatera (Itera) jurusan Teknik Sipil, juga berhasil menyumbang emas untuk Lampung setelah latihan intens jelang PON.
Kudus, IDN Times – Dua atlet muda Lampung dari cabang olahraga Pencak Silat sukses mempersembahkan medali emas bagi Provinsi Lampung ajang PON Beladiri 2025 di Kudus, Jawa Tengah.
Mereka adalah Ahya Mulya Bakti dan Riski Enjel Pinata, dua pendekar muda dengan latar belakang berbeda tapi sama-sama membuktikan tekad kuat di gelanggang. Selain Ahya Mulya Bakti dan Riski Enjel Pinata, Lampung juga berhasil mendapatkan medali perak dari M. Wildan dan Muhammad Rizki Tama. Serta, perunggu disabet Arief Saputra.
1. Sudah yakin juara sejak awal

Berasal dari Kabupaten Pringsewu, Lampung, Ahya Mulya Bakti tampil percaya diri sejak awal pertandingan. Mahasiswa semester 7 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ini sudah mengantongi keyakinan sejak lama.
“Saya tidak memandang lawan. Dari awal saya sudah yakin juara satu, siapapun lawannya bakal saya hajar,” kata Ahya selepas menerima medali.
Persiapan matang menjadi kunci suksesnya. Selama tiga bulan menjalani training center di Pengprov IPSI Lampung, Ahya menyiapkan diri sebaik mungkin. Ia bahkan datang ke PON setelah menjuarai POMNas Jateng 2025, di mana ia juga meraih emas.
“Setelah POMNas langsung lanjut persiapan ke PON Beladiri. Jadi persiapan saya sangat cukup,” katanya.
2. Medali untuk orang tua

Ahya mendedikasikan medali emas ini untuk orang tua dan perguruan tempatnya berlatih, PSHT Pringsewu. “Medali ini saya persembahkan untuk orang tua, keluarga, dan IPSI Lampung,” ujarnya.
Lahir dari keluarga pendidik, Ahya merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Sang ibu, Siti Arwani, adalah guru BK di SMPN 2 Adiluwih Pringsewu, sementara sang ayah, Dendi Winarto, bekerja sebagai Wiraswasta.
“Harapan saya, prestasi ini bisa membuka jalan menuju karier yang lebih baik di masa depan,” ucapnya.
Selain aktif di olahraga, Ahya juga punya sisi seni yang kuat. Ia mengaku menyukai wayang kulit dan jaran kepang, dua kesenian tradisional yang membuatnya tetap dekat dengan akar budaya.
3. Dari teknik sipil ke silat

Sementara itu, Riski Enjel Pinata, mahasiswi Institut Teknologi Sumatera (Itera) jurusan Teknik Sipil, juga berhasil menyumbang emas untuk Lampung. Gadis asal Baradatu, Way Kanan ini tampil mengesankan setelah sempat menjadi runner-up di kejuaraan POMNAS 2025.
“Alhamdulillah kayak terbayarkan gitu. Poinnya sama kayak kemarin, cuma beda pelanggaran. Sekarang akhirnya emas,” ucap Enjel lega.
4. Tertarik dari kelas 4 SD

Enjel mulai mengenal silat sejak sekolah dasar (SD). Ia mengaku awalnya karena dirinya iseng ikut ekstra kulikuler dari sekolah.
"Iseng ikut di sekolah waktu SD. Tapi, pas dijalanin lama-kelamaan saya mulai tuh seneng sama Silat," kata Enjel.
Iia menyampaikan, mulai masuk ke IPSI Lampung sejak Popda 2021, dan sejak itu namanya mulai diperhitungkan di IPSI Lampung.
5. Latihan intens jelang PON

Enjel mengatakan, saat latihan menjelang PON, dirinya bersama rekan-rekannya meningkatkan intensitas latihan guna mendapatkan hasil yang maksimal. “Biasanya latihan sekali sehari, tapi pas mendekati PON bisa tiga kali pagi, siang, sore,” jelasnya.
Selain latihan, ia mengungkapkan dukungan keluarga menjadi energi utama bagi Enjel untuk terus berjuang. Meski jauh dari kampung, keluarganya selalu memberi semangat penuh.
“Keluarga selalu support. Mereka yang paling semangat ngedoain,” tambahnya.