Tim Geofisika Itera Petakan Zona Air Tanah untuk Pembangunan Stadion

- Pembangunan stadion memerlukan ketersediaan air bersih
- Studi geolistrik dilakukan untuk mengidentifikasi potensi sumber daya air tanah di Lapangan Merah, Natar, Lampung Selatan.
- Metode geolistrik efektif untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan tanpa pengeboran langsung.
- Hasil pengukuran menunjukkan ada tiga lapisan utama
- Lapisan pertama berupa topsoil dengan resistivitas antara 30–90 Ωm pada kedalaman 0–1 meter.
- Lapisan kedua merupakan tuf padu dengan resistivitas lebih dari 90 Ωm pada kedalaman 1–8
Lampung Selatan, IDN Times - Tim dosen dan mahasiswa Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera (Itera) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berupa studi geolistrik untuk menentukan zona potensial air tanah di Lapangan Merah, Natar, Lampung Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kelompok Keilmuan Geofisika Sumber Daya Alam Itera.
Program ini merupakan bagian dari Skema Penguatan Kelompok Keilmuan Tahun Anggaran 2025 didanai Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Itera, berdasarkan kontrak bernomor 2659t/IT9.2.1/PM.01.03/2025.
Tim kegiatan ini melibatkan dosen Teknik Geofisika Itera, yaitu Selvi Misnia Irawati, Reza Rizki, dan Asido S. Sigalingging, serta puluhan mahasiswa Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika.
1. Pembangunan stadion memerlukan ketersediaan air bersih

Ketua tim, Wahyu Eko Junian, menjelaskan studi ini berawal dari informasi pengurus Lapangan Merah, Koko Wahono, yang menyebutkan lokasi tersebut sedang diajukan kepada pemerintah daerah untuk dikembangkan menjadi fasilitas stadion olahraga.
“Pembangunan stadion tentu memerlukan ketersediaan air bersih yang memadai, baik untuk tahap konstruksi maupun operasional. Karena itu, kami melakukan studi geofisika untuk mengidentifikasi potensi sumber daya air tanah di kawasan tersebut,” ujar Wahyu.
Dalam penelitian ini, tim menggunakan metode geolistrik, yang dinilai efektif untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan tanpa perlu pengeboran langsung. Metode ini bekerja seperti rontgen atau USG untuk tanah.
"Kami menancapkan elektroda di beberapa titik untuk mengalirkan arus listrik dan mengukur respons batuan. Dari nilai resistivitas yang diperoleh, kami dapat memperkirakan jenis lapisan batuan dan potensi kandungan air tanah di dalamnya,” jelas Wahyu.
2. Hasil pengukuran menunjukkan ada tiga lapisan utama

Wahyu menyampaikan, hasil pengukuran menunjukkan adanya tiga lapisan utama bawah permukaan. Lapisan pertama berupa topsoil dengan resistivitas antara 30–90 Ωm pada kedalaman 0–1 meter. Lapisan kedua merupakan tuf padu dengan resistivitas lebih dari 90 Ωm pada kedalaman 1–8 meter.
Sementara itu, lapisan ketiga berupa batu pasir tufan dengan resistivitas kurang dari 30 Ωm pada kedalaman lebih dari 8 meter. Lapisan batu pasir tufan ini diinterpretasikan sebagai zona akuifer potensial, yaitu lapisan batuan berpori dan permeabel yang mampu menyimpan air tanah.
3. Hasil studi ini diharapkan menjadi panduan ilmiah

Lebih lanjut Wahyu menyampaikan, hasil pemodelan tiga dimensi memperlihatkan lapisan akuifer ini meluas hampir di seluruh area Lapangan Merah, menjadikannya lokasi strategis untuk pengembangan sumur air tanah. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi panduan ilmiah bagi pemerintah daerah dalam menentukan titik pengeboran air tanah yang efisien untuk mendukung rencana pembangunan stadion.
“Selain memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, kegiatan ini juga menjadi pengalaman aplikatif bagi mahasiswa dalam menerapkan metode geofisika untuk menyelesaikan permasalahan nyata di lapangan,” tambahnya.


















