Dari Koro Tumbuh Berlian Ekonomi Emak-emak Dusun Babakan Kulon Progo

- Program CSR Pertamina memberdayakan ekonomi lokal
- Kemandirian dalam menanam, mengolah, dan memasarkan kacang koro
- Proses panjang menghasilkan produk bernilai tinggi dan ekspansi usaha
Bantul, IDN Times — Di satu bangunan letaknya dekat bantaran Sungai Progo, Dusun Babakan, Kelurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Kabupaten Bantul, suara mesin penggiling terdengar berpadu dengan tawa ibu-ibu yang sibuk menata loyang bakpia dan keripik tempe. Dari rumah produksi sederhana itulah lahir berbagai olahan berbasis kacang koro, bahan pangan yang dulu dipandang sebelah mata, kini menjadi tumpuan ekonomi warga.
Usaha ini digerakkan oleh Koperasi Produsen Berlian Progo Jaya Sejahtera dikelola Kelompok Wanita Tani berdiri sejak Desember 2020. Usaha berawal dari produksi tempe koro sederhana, hingga berkembang menjadi beragam produk inovatif seperti keripik koro, bakpia koro, cookies, sari koro, bahkan tempe bacem beku (frozen).
“Awalnya cuma bikin tempe. Tapi kami berpikir, kalau hanya itu bagaimana bisa maju? Akhirnya belajar membuat produk turunan lain,” tutur Winarti Ketua KWT kepada jurnalis Sumbagsel mengenang awal perjuangan mereka, Rabu (5/11/2025).
1. Dari bantuan CSR Pertamina ke kemandirian ekonomi

Kiprah KWT Berlian Progo tak lepas dari pendampingan program CSR Pertamina, yang sejak awal memberikan pelatihan, alat produksi, serta dukungan moral bagi para ibu rumah tangga di Babakan.
Rusminto Wahyudi, perwakilan Pertamina, menyebut program ini sebagai salah satu bentuk CSR yang berkelanjutan. “Program tempe koro menjadi contoh bagaimana CSR mampu membangkitkan potensi lokal dan memberdayakan masyarakat desa secara mandiri,” ujarnya.
Ester Puspitasari, Manajer Pemasaran KWT Berlian Progo, menambahkan, awalnya para ibu rumah tangga banyak keraguan untuk wirausaha. “Kami ibu rumah tangga, belum pernah punya usaha besar. Tapi Pertamina datang bukan hanya memberi bantuan, tapi juga keyakinan bahwa usaha kecil bisa tumbuh kalau dikelola serius,” katanya.
2. Menanam, mengolah dan memasarkan

Kunci keberhasilan kelompok wanita tani ini adalah kemandirian. Setelah sempat kesulitan memperoleh bahan baku, mereka berinisiatif menanam sendiri kacang koro pedang di lahan bantaran Sungai Progo yang sebelumnya tidak produktif. Bibit pertama mereka dapat dari UGM, dan ternyata cocok tumbuh di tanah setempat.
Kini, para anggota tak lagi khawatir soal pasokan. Koro yang berkualitas bagus disimpan sebagai bibit, sedangkan sisanya diolah menjadi berbagai produk bernilai jual tinggi.
“Kami olah sendiri, tanam sendiri, pasarkan sendiri,” ujar Ester.
3. Proses panjang, hasil bernilai

Mengolah koro bukan perkara mudah. Kandungan sianida alami di dalamnya harus dihilangkan lewat proses panjang: direndam selama tiga hari dengan air yang diganti setiap enam jam. Kemudian direbus dan direndam kembali hingga busa hilang sebagai tanda tanda kandungan racun sudah aman.
Namun kerja keras itu terbayar. Tempe koro memiliki kandungan gizi hampir setara kedelai, rendah alergen, dan aman bagi penderita asam urat. “Kami ingin membuktikan bahwa pangan lokal juga bisa sehat, aman, dan bernilai ekonomi,” ujar Ester.
Selain tempe, mereka kini mengembangkan cookies tepung koro dan air olahan koro yang hasil uji laboratoriumnya menunjukkan kandungan gizi mirip susu kedelai.
4. Ekspansi dan berbagi hasil

Terkait proses produksi, Ester mengatakan, dilakukan setiap tiga hari, rata-rata 10 kilogram bahan baku, disesuaikan dengan jenis olahan.
Hingga saat ini, ada 12 anggota aktif yang terlibat. Penjualan dilakukan melalui media sosial Instagram dan TikTok @berlianprogo, serta di Kedai Berlian Progo, kafe kecil milik koperasi yang juga menjual pempek, dimsum, siomay, dan aneka kudapan lokal.
Setiap tiga bulan sekali, koperasi menggelar open laba untuk membagikan hasil kepada anggota secara transparan. “Omzetnya belum besar, tapi hasilnya bisa dirasakan bersama. Kami bangga sudah sejauh ini,” kata Winarti.
Produk-produk mereka bahkan pernah dibawa dalam pameran hingga Korea Selatan, dengan tempe bacem frozen dan bakpia koro menjadi dua produk unggulan yang paling diminati.
5. Koro untuk ketahanan pangan

Agus, Kepala Dusun Babakan, berharap keberadaan Koperasi Berlian Progo menjadi inspirasi bagi desa lain. “Dari kegiatan ini masyarakat jadi aktif. Harapannya ekonomi warga semakin maju dan mandiri,” ujarnya.
Kekinian, anggota koperasi ingin mengkampanyekan kacang koro aman dikonsumsi dan diolah berbagai jenis makanan. Apalagi, kandungan gizi yang hampir setara dan potensi lokal yang kuat, kacang koro menjadi alternatif nyata bagi ketahanan pangan nasional.
Bagi Berlian Progo Jaya Sejahtera, koro bukan sekadar kacang. Ia telah menjadi lambang ketekunan, inovasi, dan semangat perempuan desa yang membangun ekonomi dari pinggiran sungai.
“Kami tidak mengejar hasil instan. Tapi kami percaya, dari butiran koro kecil ini bisa tumbuh sesuatu yang besar,” jelas Ester


















