Film Belangikhan Karya Mahasiswa UIN RIL Sabet Penghargaan Nasional

- Belangikhan menyoroti tradisi adat Lampung
- Film ini mengikuti kompetisi tingkat daerah dan berhasil meraih Juara 1
- Menyoroti tradisi adat Lampung dalam menyambut bulan suci Ramadan di daerah Negro Olo Gading, Kecamatan Teluk Betung, Kota Bandar Lampung
- Tradisi mandi bersama di sungai menjadi simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan puasa
- Bersaing dengan 83 karya dari 34 provinsi
- Pada penyelenggaraan tahun ini, sebanyak 83 karya dari 34 provinsi diajukan
- Pada penyelenggaraan tahun ini, sebanyak 83 karya dari 34 provinsi diajukan
Bandar Lampung, IDN Times - Film dokumenter berjudul Belangikhan karya mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung berhasil meraih Juara Harapan 1 Kompetisi Film Islami Tingkat Nasional 2025. Penghargaan tersebut diumumkan pada malam penganugerahan digelar di Jakarta dan turut dihadiri Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar.
Sutradara sekaligus penulis film, Eriko Ramadhan mengatakan, produksi Belangikhan dikerjakan secara kolaboratif oleh Pink Magic Pixel, rumah produksi miliknya, bersama tim UKM Rumah Film KPI.
"Tentu sangat bangga bisa mengenalkan tradisi Lampung ke panggung nasional dan berharap ruang apresiasi untuk karya anak muda semakin banyak," kata Eriko.
1. Belangikhan menyoroti tradisi adat Lampung

Eriko menceritakan, perjalanan Belangikhan tidak terjadi dalam semalam. Film ini lebih dulu mengikuti kompetisi tingkat daerah yang diselenggarakan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung. Belangikhan berhasil meraih Juara 1 dan otomatis mewakili Lampung ke tingkat nasional.
Dua tahun setelah ajang ini pertama kali digelar, kompetisi tersebut berkembang menjadi tingkat nasional dengan peserta dari seluruh Indonesia. Disampaikan Eriko, Belangikhan menyoroti tradisi adat Lampung dalam menyambut bulan suci Ramadan di daerah Negro Olo Gading, Kecamatan Teluk Betung, Kota Bandar Lampung.
Tradisi ini dilakukan dengan mandi bersama di sungai atau kolam yang dipimpin tetua adat. Prosesi tersebut menjadi simbol penyucian diri sebelum memasuki bulan puasa, sekaligus mencerminkan kekayaan budaya lokal yang masih dijaga masyarakat.
2. Bersaing dengan 83 karya dari 34 provinsi

Menurut Eriko, pada penyelenggaraan tahun ini, sebanyak 83 karya dari 34 provinsi diajukan. Setelah proses kurasi, 71 karya dinyatakan lolos dan berhak masuk tahap penilaian nasional.
Komposisinya terdiri dari 55 film dokumenter, 13 film fiksi, dan 3 film animasi. "Peserta berasal dari komunitas film, pesantren, kampus, lembaga pendidikan Islam, hingga para kreator dakwah digital," ujarnya.
Eriko berharap, karya anak muda terus mendapat dukungan dan ruang berkembang. Ia memastikan dirinya terus berkarya dan saat ini sedang menggarap sebuah proyek musik video bersama musisi Lampung, meski belum dapat membagikan detailnya.
3.Menteri Agama mengapresiasi kreativitas peserta

Kompetisi Film Islami Nasional 2025 diselenggarakan oleh Direktorat Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Tema yang diusung tahun ini adalah The Wonder of Harmony: Merajut Cahaya Islami Keberagaman, Cinta, dan Harapan, yang mendorong peserta menghadirkan karya tentang keragaman dan nilai-nilai humanis.
Dalam malam penganugerahan, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengapresiasi kreativitas peserta. Ia mengatakan takjub dengan kualitas ide dan visual yang dibawakan para finalis dan menyebut karya-karya tersebut berpotensi naik ke tingkat profesional serta berkolaborasi dengan pelaku industri film nasional.
Acara tersebut juga dihadiri Staf Khusus Menteri Agama Gugun Gumilar, Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad, Kepala KPI Pusat Ubaidillah, Direktur Manajemen Kekayaan Intelektual BRIN Muhammad Abdul Kholiq, dan aktor Arie Kriting yang turut memberikan apresiasi terhadap perkembangan film bernuansa Islami di Indonesia.


















