Fakultas Adab UIN RIL Usul Buka Prodi Bahasa dan Kebudayaan Inggris

- Kurikulum menjadi kunci pembeda dari prodi sejenis
- Perjuangan panjang Fakultas Adab
- Alasan kuat pendirian prodi
Bandar Lampung, IDN Times - Fakultas Adab UIN Raden Intan Lampung (RIL) bersiap melahirkan gebrakan baru di dunia pendidikan tinggi. Mereka resmi mengusulkan pembukaan Program Studi (Prodi) Bahasa dan Kebudayaan Inggris.
Usulan tersebut disampaikan dalam Rapat Koordinasi bersama Senat Universitas. Ketua Senat Idham mengatakan, pembukaan Prodi Bahasa dan Kebudayaan Inggris bukan tanpa alasan.
Ada beberapa pertimbangan melatarbelakangi, di antaranya kebutuhan masyarakat dan dunia kerja terhadap keilmuan bahasa Inggris yang lebih luas. Kemudian, ketersediaan sumber daya manusia mumpuni, sarana prasarana sudah siap, hingga dukungan visi-misi UIN RIL untuk menjadi perguruan tinggi Islam unggul dan kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.
1. Kurikulum menjadi kunci pembeda dari prodi sejenis

Idham menilai, prodi ini memiliki relevansi yang kuat. Menurutnya, secara substansi, fokus prodi akan diarahkan untuk membangun kompetensi mahasiswa agar selaras dengan kebutuhan era global. Ia juga menekankan pentingnya tindak lanjut agar usulan ini segera terealisasi.
“Kalau melihat kemungkinannya, Sastra Inggris memang menarik. Namun dari segi kemasan dan orientasi, Bahasa dan Kebudayaan Inggris lebih relevan. Substansinya sudah disusun secara argumentatif,” jelasnya.
Ketua Komisi I Senat UIN RIL, Agus Pahrudin menegaskan, kurikulum menjadi kunci pembeda dari prodi sejenis. Menurutnya, kurikulum bukan sekadar dokumen, tapi harus diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran.
"Harus ada standar, kesiapan SDM, serta keterkaitan dengan keilmuan agama. Itu yang akan membuatnya relevan,” tegasnya.
2. Perjuangan panjang Fakultas Adab

Wakil Dekan I, Nadirsah menyampaikan, keinginan mendirikan prodi ini sebenarnya sudah lama ada. Namun, baru tahun ini peluang terbuka setelah adanya sinyal positif dari pimpinan.
“Keinginan itu sudah lama, tapi baru tahun ini momentum tepat muncul. Pimpinan memberi semangat baru untuk menghidupkan kembali gagasan lama yang masih membara,” jelasnya.
Ia juga memastikan dukungan penuh datang dari pimpinan fakultas hingga rektor. Bahkan, proposal prodi baru ditargetkan segera diunggah ke sistem SIAGA Kementerian pada akhir September 2025.
“Biasanya penilaian dilakukan Oktober. Mudah-mudahan dengan tekad dan persiapan yang ada, keputusan menggembirakan bisa segera kami dapatkan,” ujarnya optimistis.
3. Alasan kuat pendirian prodi

Nadirsah menjelaskan, ada dua alasan utama mendasari lahirnya usulan Prodi Bahasa dan Kebudayaan Inggris. Pertama, aspek kebudayaan dinilai penting sebagai pusat peradaban.
“Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang paling banyak digunakan, termasuk di dunia pendidikan. Dengan tambahan kajian kebudayaan, harapannya lulusan bisa tampil sebagai sosok yang berkiprah global, bahkan diplomat,” terangnya.
Kedua, lanjutnya, momentum regulasi. Setelah moratorium pembukaan prodi dicabut, pemerintah memberi peluang untuk pendirian program studi baru. Fakultas Adab pun melihat peluang ini melalui jalur Bahasa dan Kebudayaan Inggris yang lebih unik dibanding sekadar Sastra Inggris.
“Tinggal bagaimana nanti kami meramu kurikulumnya agar sesuai dengan kebutuhan zaman,” ujarnya