Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cara Mahasiswa KKN Unila Latih Fokus dan Motorik Anak Kecanduan Gawai

Mahasiswa KKN Unila menggagas program Sensory Play di Desa Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah (Dok/unila.ac.id )
Intinya sih...
  • Mahasiswa KKN Unila menggelar program Sensory Play di SDN 02 Payung Batu untuk melatih fokus, kreativitas, dan motorik anak-anak kelas 1-3.
  • Program ini dilaksanakan sebanyak tiga kali dengan durasi 30 menit per sesi, melibatkan aktivitas seperti melukis, menggunting, dan menempel.
  • Sensory play juga menggunakan metode interaktif dan ramah lingkungan serta mendapat respons positif dari anak-anak, orang tua, dan guru di sekolah.

Lampung Tengah, IDN Times - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) periode 1 2025, menggagas program Sensory Play di Desa Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah. Program kerja digelar di sekolah SDN 02 Payung Batu itu dibuat karena melihat maraknya penggunaan ponsel oleh anak-anak usia dini yang memengaruhi fokus dan perkembangan motorik mereka.

"Program kerja ini dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu Kamis 16 Januari 2025 untuk kelas 2, dilanjutkan hari Jumat 24 Januari untuk kelas 3 dan akan berlanjut pada 31 Januari untuk kelas 1 SD," kata Rifka selaku Penanggung Jawab Program Kerja, Selasa (28/1/2025).

1. Sensory play membantu fokus dan kreativitas anak SD lebih optimal

Mahasiswa KKN Unila menggagas program Sensory Play di Desa Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah (Dok/unila.ac.id )

Rifka mengatakan, program tersebut bertujuan untuk melatih fokus, kreativitas, serta keterampilan motorik anak-anak SD kelas 1-3 dengan berbagai kegiatan menarik melibatkan pancaindra.

“Tujuan utama dari program ini adalah melatih fokus anak-anak, yang merupakan salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang mereka,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Rifka, sensory play juga ditujukan untuk membangun semangat belajar anak-anak serta membantu mereka lebih memahami materi yang disampaikan guru di kelas.

2. Sensory play menawarkan aktivitas seru mendorong kreativitas dan pembelajaran anak

Mahasiswa KKN Unila menggagas program Sensory Play di Desa Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah (Dok/unila.ac.id )

Menurutnya, program Sensory Play diselenggarakan dengan durasi 30 menit per sesi, dilakukan satukali dalam seminggu. Kegiatan ini mencakup aktivitas seperti melukis, menggunting, dan menempel.

"Salah satu kegiatan favorit adalah membuat kaktus dari kardus, kertas, dan cat warna. Daun kaktus dibuat dengan topi tangan siswa yang kemudian digunting dan ditempel pada media kertas. Bahan-bahan yang digunakan ramah lingkungan, seperti kardus dan kertas yang dapat didaur ulang," jelasnya.

3. Kreativitas sensory play membawa senyum dan semangat baru ke ruang kelas

Mahasiswa KKN Unila menggagas program Sensory Play di Desa Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah (Dok/unila.ac.id )

Pelaksanaan program ini, Rifka mengatakan, mahasiswa KKN juga melibatkan metode interaktif seperti permainan “Clap Your Hand” untuk membangkitkan antusiasme anak-anak. Kegiatan disesuaikan dengan usia anak, misalnya untuk siswa kelas 3 SD bermain dengan cat air, sementara siswa kelas 2 SD fokus pada menempelkan emoji sesuai simbol yang diberikan.

"Respons anak-anak dan orang tua terhadap program ini sangat positif. Anak-anak tampak antusias mengikuti setiap kegiatan, sementara guru-guru di sekolah merasa terinspirasi untuk mengadopsi metode sensory play dalam pembelajaran mereka di masa depan," jelasnya.

Rifka menambahkan, meski hasilnya tidak instan, tim KKN merasa senang melihat perubahan perilaku anak-anak, seperti meningkatnya fokus saat belajar. “Melihat senyum dan tawa anak-anak selama kegiatan menjadi pengalaman paling berkesan bagi kami,” imbuhnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Silviana
Martin Tobing
Silviana
EditorSilviana
Follow Us