4 Kesalahan Sering Dilakukan Gen Z saat Mengatur Waktu

- Multitasking mengurangi fokus dan efektivitas kerja, sehingga menerapkan teknik deep work diperlukan.
- Menunda pekerjaan untuk menghindari tekanan waktu sebenarnya menghambat kreativitas, gunakan 2-Minute Rule untuk mengatasinya.
- Kesulitan menentukan prioritas dan penggunaan media sosial yang tidak terkontrol menyebabkan kurangnya produktivitas, gunakan Eisenhower Matrix dan hindari doomscrolling.
Gen Z tumbuh di era digital yang serba cepat, sehingga penting untuk bisa mengatur waktu dengan baik. Manajemen waktu yang buruk bisa berdampak pada produktivitas, kesehatan mental, dan keseimbangan hidup mereka.
Tapi, banyak Gen Z terjebak dalam kebiasaan yang tanpa disadari bisa menghambat efektivitas. Menyadari kesalahan-kesalahan ini, Gen Z bisa mengoptimalkan waktu dan mencapai lebih banyak hal. Mari selami lebih dalam masalah-masalah manajemen waktu kerap menghantui generasi digital ini.
1. Terlalu banyak multitasking

Multitasking sering dianggap sebagai cara kerja yang efisien oleh Gen Z, tetapi penelitian menunjukkan otak manusia sebenarnya tidak dirancang untuk menangani banyak tugas sekaligus. Ketika seseorang berusaha mengerjakan banyak hal dalam satu waktu, fokusnya terbagi dan efektivitasnya justru menurun.
Akibatnya, pekerjaan menjadi lebih lambat selesai dan hasilnya pun sering kurang optimal. Alih-alih menghemat waktu, kebiasaan ini justru membuat Gen Z harus mengulang pekerjaan karena kesalahan yang dibuat saat tidak fokus.
Solusinya adalah menerapkan teknik deep work, yaitu bekerja dalam periode fokus penuh tanpa gangguan. Dengan mengurangi multitasking, produktivitas justru meningkat dan kualitas kerja menjadi lebih baik.
2. Menunda pekerjaan hingga mendekati deadline

Menunda pekerjaan adalah salah satu kebiasaan paling sering dilakukan oleh Gen Z, terutama karena banyaknya distraksi dari media digital. Banyak Gen Z yang juga terjebak dalam ilusi mereka bekerja lebih baik ketika dikejar deadline.
Mereka lupa tekanan waktu seringkali menghalangi kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Menurut psikolog, kebiasaan menunda sebenarnya adalah bentuk avoidance behavior untuk menghindari ketidaknyamanan memulai tugas.
Untuk mengatasinya, coba pecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola. Gunakan teknik 2-Minute Rule, yaitu jika suatu tugas bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari dua menit, selesaikan segera tanpa menundanya.
3. Sulit menentukan prioritas

Banyak Gen Z menghabiskan terlalu banyak waktu untuk hal-hal yang tidak benar-benar penting. Hal ini menyebabkan mereka sering merasa sibuk, tetapi sebenarnya tidak produktif.
Kesulitan menentukan prioritas sering kali berasal dari kurangnya strategi dalam menyusun jadwal kerja. Tanpa perencanaan yang jelas, seseorang cenderung memilih tugas berdasarkan apa yang terasa lebih mudah atau menyenangkan terlebih dahulu, bukan berdasarkan urgensi dan dampaknya.
Untuk mengatasi ini, coba terapkan Eisenhower Matrix yang membagi tugas berdasarkan urgensi dan kepentingannya. Dengan begitu, pekerjaan utama akan selesai dan waktu tidak terbuang percuma.
4. Tidak bisa melepaskan diri dari media sosial

Bagi kebanyakan Gen Z, media sosial sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari keseharian. Media sosial menjadi tempat untuk hiburan, sarana komunikasi, belajar, hingga membangun personal branding. Namun, sering kali penggunaan media sosial menjadi tidak terkontrol dan menghabiskan banyak waktu produktif.
Terdapat fenomena doomscrolling, di mana seseorang terus membaca berita atau konten negatif yang justru menambah stres dan membuat mereka semakin sulit fokus pada pekerjaan yang harus diselesaikan. Selain itu, paparan konten pendek seperti Reels atau TikTok secara berlebihan terbukti mengurangi attention span (rentang fokus). Beberapa dampak buruk ini dapat terjadi jika kita tidak dapat melepaskan diri dari media sosial.
Mengatur waktu dengan baik adalah keterampilan yang harus terus diasah, terutama di era yang penuh distraksi seperti sekarang. Menghindari empat kesalahan di atas, Gen Z bisa lebih produktif, mengurangi stres, dan mencapai tujuan dengan lebih efisien. Kuncinya adalah disiplin, kesadaran akan prioritas, dan komitmen untuk tidak terjebak dalam kebiasaan buruk.