Nasib Budaya Lampung, Krisis Identitas Digempur Budaya Asing

Kebudayaan bukan sebatas memakai siger dan tapis

Bandar Lampung, IDN Times - Kebudayaan Lampung identik dengan siger dan tapis jadi kebanggaan Masyarakat berjuluk Bumi Ruwa Jurai. Namun menurut Neri Juliawan (Pemerhati budaya & Aktivis Kaula), kebudayaan bukan sebatas memakai siger dan tapis.

Hal itu disampaikan Neri dalam kegiatan rutin diskusi terbuka Satu Malam 27an bertajuk 'Kebudayaan Lampung dalam Perspektif Senator' kembali digelar membahas budaya Lampung terancam punah di Garaha Kemahasiswaan Universitas Lampung, Jumat (28/7/2023).

Diskusi tersebut juga menghadirkan Seniman dan Budayawan Lampung, Ari Pahala Hutabarat serta Senator, Bustami Zainudin (Anggota DPD RI Provinsi Lampung) sebagai pembicara. Berikut IDN Times ulas persoalan Budaya Lampung terancam punah dibahas para pakar tersebut.

1. Kebudayaan bukan sebatas memakai siger dan tapis

Nasib Budaya Lampung, Krisis Identitas Digempur Budaya AsingIDN Times/Istimewa

Dalam diskusi digelar Keluarga Alumni UKMBS Unila (KAULA) itu, Neri menggiring permasalahan Kebudayaan Lampung menjadi lebih spesifik. Ia menyoroti terkait implementasi UU Pemajuan Kebudayaan.

Menurutnya, selama ini, alih-alih berfokus pada nilai-nilai melekat pada diri masyarakat, kita hanya berfokus pada objek-objek ‘luaran’ kebudayaan saja.

“Kita hanya bermain di permukaan. Bicara kebudayaan, bukan sebatas memakai siger dan tapis. intinya strategi pemajuan kebudayaan tak bisa hanya berkutat pada benda, tapi manusia. mustinya objek kebudayaan itu inheren dalam masyarakatnya," jelasnya.

2. Makna kebudayaan

Nasib Budaya Lampung, Krisis Identitas Digempur Budaya AsingAcara Begawi adat Lampung (Instagram.com/zooai)

Sementara itu Ari Pahala Hutabarat memaparkan, makna dari kebudayaan merupakan hasil respons manusia terhadap dirinya sendiri, manusia lain, lingkungan, hingga Tuhan.

Menurutnya, kebudayaan tersebut memiliki nilai pada hasil cipta, rasa, dan karsa dari manusia, sehingga kemudian menjadi landasan utama bagi identitas bangsa dan negara.

Ari mengutip pemikiran bapak proklamator tentang Trisakti, 'Sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat perlu dan mutlak memiliki tiga hal: berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara kebudayaan.

Baca Juga: Unik! 15 Nama Bagian Tubuh Manusia dalam Bahasa Lampung

3. Lampung nyaris tak punya identitas

Nasib Budaya Lampung, Krisis Identitas Digempur Budaya AsingInstagram adat_lampung

Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unila itu kemudian mengajak peserta diskusi untuk bersama-sama segera melihat kondisi krisis identitas kebudayaan Lampung saat ini, telah tergempur secara habis-habisan oleh kebudayaan luar, bahkan mampu mendominasi.

"Mari kita lihat kondisi kita sekarang, memangnya kepribadian apa yang masih melekat di diri kita? kita nyaris tak punya lagi identitas, kita habis-habisan digempur oleh kebudayaan asing, mulai dari Korea hingga Eropa," kata Ari.

Sedangkan Bustami mengambil contoh kongkret dan spesifik mengenai masalah ini, yakni dalam konteks bahasa. Lebih tegas lagi, senator itu turut menyampaikan kegelisahannya terhadap nasib budaya Lampung dengan membawa bukti kongkrit melalui suatu penelitian.

Pernyataan disampaikan dilandasi atas dasar penelitian UNESCO menuliskan, dalam tempo 20-30 tahun ke depan, bahasa Lampung diprediksi akan punah. Menurutnya, selain karena populasi masyarakat bersuku asli Lampung sangat sedikit, yakni sekitar 13 persen, hal ini terjadi karena masyarakat Lampung sangat minim upayanya untuk melestarikan budaya sendiri.

4. Bahasa Lampung diprediksi akan punah

Nasib Budaya Lampung, Krisis Identitas Digempur Budaya AsingIDN Times/Istimewa

"Kita lihat sekarang, misalnya, orang suku Palembang tinggal di Lampung tetap dia bicara bahasa Palembang. Giliran orang Lampung sehari dua hari tinggal di Palembang, udah ikut-ikutan pakai bahasa Palembang," ujarnya.

Baginya, kondisi ini harusnya menjadi tamparan keras bagi para pemangku kebijakan. “Lampung ini bagian dari NKRI, maka yang memiliki otoritas dalam hal ini adalah pemerintah dan representasi pemerintah adalah pemimpin, baik bupati, gubernur, dan sebagainya," paparnya

Merekalah yang harusnya membuat kebijakan dan menerapkannya. Pemerintah harus mengintervensi agar terselesaikannya masalah ini,” papar mantan wakil Bupati Way Kanan it

5. Berharap gerakan tetap istiqomah demi kemajuan Lampung

Fauzi Subing, sebagai ketua pelaksana kegiatan merasa bersyukur acara tersebut bisa terus berjalan dan semakin membaik.

Menurutnya, dari waktu ke waktu selalu hadir wajah-wajah baru. Kegiatan tersebut turut mengundang sejumlah instansi dan komunitas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Kesenian Lampung (DKL), Taman Budaya Lampung, beserta komunitas aktivis seniman seperti Klasika, SIKAM, PMMPI, dan Gardancestory. 

"Saya berharap kepada teman-teman yang merasa jadi bagian dari gerakan ini untuk terus istiqomah, demi kemajuan Lampung ke depannya," tandasnya.

Baca Juga: Alasan Lampung Kental Budaya Jawa, dari Bahasa dan Nama Tempat

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya