Prof Akhyar, Guru Besar Termuda dan Pertama di Kampus Teknokrat

- Prof Akhyar Rido, dosen muda Universitas Teknokrat Indonesia, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang kepakaran interaksi dan pedagogi kelas.
- Prof Akhyar menekankan pentingnya dinamika, interaksi, dan pedagogi di kelas untuk proses pembelajaran efektif, serta memberikan pelatihan pedagogi dan interaksi kelas melalui guru-guru.
- LLDikti Wilayah II mendorong Universitas Teknokrat Indonesia untuk melahirkan lebih banyak guru besar atau profesor dalam dua tahun ke depan agar bisa mencetak bakat sains dan teknologi serta memecahkan permasalahan sosial ekonomi di tengah-tengah masyarakat.
Bandar Lampung, IDN Times - Dosen muda Universitas Teknokrat Indonesia Prof Akhyar Rido dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Teknokrat Indonesia bidang kepakaran interaksi dan pedagogi kelas di usianya masih 42 tahun.
Rektor Universitas Teknokrat Nasrullah Yusuf mengatakan, Prof Akhyar sebagai salah satu dosen terbaik Universitas Teknokrat Indonesia, meraih peringkat I Bidang Ilmu Sosial Humaniora Anugerah Academic Leader Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Tahun 2024, pernah menjadi tenaga pengajar di Mahidol University Internasional College Thailand.
“Hal ini merupakan kebanggaan kami, atas prestasi yang diraihnya dan mendapat gelar profesor diusianya yang masih muda. Ini merupakan sejarah dosen pertama memperoleh jabatan guru besar Universitas Teknokrat Indonesia,” kata rektro, Senin (27/1/2025).
1. Ruh Pembelajaran dalam dinamika dan interaksi kelas

Saat orasi ilmiahnya Prof Akhyar Rido menekankan dinamika, interaksi dan pedagogi di kelas itu bisa membantu proses pembelajaran efektif. Menurutnya, ruh dalam pembelajaran adalah interaksi, bagaimana dosen atau guru bisa memfasilitasi interaksi yang bagus dan positif terhadap semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran itu sendiri.
Ia menjelaskan penelitiannya tentang interaksi dan pedagogi disalurkan melalui PKM. Fokusnya ke sekolah-sekolah, memberikan pelatihan pedagogi dan interaksi kelas melalui guru-guru.
"Terutama untuk pelajar lebih ke konteks bagaimana bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik, bisa membantu saat belajar di jenjang sarjana atau saat memperoleh pekerjaan," paparnya.
2. Profesor inspiratif berdedikasi untuk akademisi dan masyarakat global

Pria kelahiran Tanjungkarang, Kota Bandar Lampung itu menyatakan mengemban gelar profesor, ia akan terus membantu rekan sesama dosen untuk bisa meraih gelar lektor kepala seperti dirinya. Bahkan saat ini sudah ada dua dosen yang membimbingnya.
“Saya ingin lebih berkontribusi bukan hanya di kampus, namun juga di tengah masyarakat, nasional bahkan global. Pesan untuk pelajar, kuncinya 'Iqro,' bacalah. Tanpa membaca akan sulit. Kedua, sungguh-sungguh, sehingga bisa membantu memperoleh bukan hanya pekerjaan namun juga kehidupan yang berderajat dan kesimpulan seperti dalam orasi ilmiah tadi,” terangnya.
3. LLDikti wilayah II dorong Universitas Teknokrat lahirkan guru besar

Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah II mendorong Universitas Teknokrat Indonesia untuk melahirkan lebih banyak lagi guru besar atau profesor. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Prof Iskhaq Iskandar mengatakan, LLDikti Wilayah II menargetkan dalam dua tahun ke depan atau akhir 2026 mampu melahirkan 100 guru besar.
”Saat ini sudah ada 50 guru besar, perlu upaya bersama untuk mewujudkannya dan kami meminta para guru besar yang sudah ada ini setidaknya bisa membimbing satu orang untuk mencapai profesor. Apalagi usia rata-rata masih di bawah 40 tahun, agar terus mengejar puncak karir menjadi guru besar,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan dihadapi para profesor di antaranya untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi yang berkualitas, berkualitas dan berdampak (dampaik sosial ke masyarakat). Kedua, bagaimana mampu mencetak bakat sains dan teknologi bukan hanya untuk mahasiswanya tapi juga rekan sejawat. Ketiga, membangun budaya ilmiah dan terakhir memecahkan permasalahan sosial ekonomi di tengah-tengah masyarakat.
“Penelitian yang dilakukan guru besar itu diharapkan bisa dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan sosial di tengah amsyarakat,” ujarnya.