Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kematian Mahasiswa Diksar Unila Terkuak, Dokter Forensik: Tumor di Otak

IMG-20250630-WA0007.jpg
Ekshumasi jenazah mahasiswa Unila Pratama Wijaya Kusuma. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Intinya sih...
  • Tumor di otak korban bersifat progresif, bukan terbentuk secara tiba-tiba
  • Bekas luka akibat tindakan medis, bukan kekerasan
  • Kondisi jenazah alami pembusukan lanjut, sulit dianalisis secara detail
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Tim Dokter Forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda Lampung menyimpulkan kematian Pratama Wijaya Kusuma mahasiswa Universitas Lampung (Unila) mengikuti kegiatan diksar Mahepel akibat mengidap penyakit tumor pada bagian otak.

Dokter Forensik RS Bhayangkara, dr I Putu Suwartama Wiguna mengatakan, hasil pemeriksaan ekshumasi dan autopsi menunjukkan adanya tumor di bagian otak yang telah berperan signifikan terhadap kematian korban.

"Jadi dari hasil ekshumasi, paling signifikan kematian almarhum karena adanya tumor di otak, untuk yang lain-lainnya seperti penganiayaan dan kekerasan, jenazah sudah mengalami pembusukan," ujarnya saat konferensi pers di Mapolda Lampung, Selasa (7/10/2025).

1. Tumor di otak korban bersifat progresif

IMG-20251007-WA0007.jpg
Penyampaian hasil ekshumasi oleh tim dokter forensik RS Bhayangkara. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

dr Putu menyampaikan, tumor ditemukan pada otak korban tidak terbentuk secara tiba-tiba, melainkan melalui proses pertumbuhan yang berlangsung sudah cukup lama dan bertahap.

Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi, tumor tersebut berjenis Oligodendroglioma yaitu tumor pada sel saraf otak yang bisa mengganggu fungsi otak dan menimbulkan komplikasi secara serius.

“Tumor ini tidak bisa secara singkat langsung terjadi, jadi memang berproses. Tumor ini ditemukan secara patologi anatomi sama seperti hasil pemeriksaan medis sebelumnya. Secara literatur, kondisi tersebut tidak berhubungan dengan tindakan trauma,” jelasnya.

2. Bekas luka akibat tindakan medis, bukan kekerasan

IMG-20250630-WA0006.jpg
Ekshumasi jenazah mahasiswa Unila Pratama Wijaya Kusuma. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Lebih lanjut, dr Putu menjelaskan, temuan berupa memar atau bekas luka pada tubuh korban merupakan dampak dari tindakan medis, bukan akibat perbuatan penganiayaan.

Menurutnya, luka-luka itu diketahui berasal dari pemasangan alat medis, seperti infus dan selang drainase otak yang digunakan untuk mengeluarkan cairan berlebih akibat tumor.

“Yang kami temukan adalah trauma yang sesuai dengan tindakan medis, seperti bekas infus dan pemasangan selang di otak untuk mengeluarkan cairan yang diproduksi oleh tumor tersebut. Jadi tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan signifikan,” tegasnya.

3. Kondisi jenazah alami pembusukan lanjut

IMG-20251007-WA0005.jpg
Penyampaian hasil ekshumasi oleh tim dokter forensik RS Bhayangkara. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Selain faktor medis, dokter forensik juga mencatat kondisi jenazah korban sudah mengalami pembusukan lanjut saat proses ekshumasi dilakukan. Kondisi ini turut menyulitkan tim dalam menilai luka-luka secara detail.

“Karena sudah ada jarak waktu yang cukup lama sejak kematian, jenazah mengalami pembusukan lanjut sehingga beberapa bagian tubuh sulit dianalisis secara menyeluruh,” imbuh dr Putu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us

Latest News Lampung

See More

Polda: Bakal Ada Tersangka Kasus Kematian Mahasiswa Diksar Unila

07 Okt 2025, 14:03 WIBNews