Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Setelah Lebaran Banyak Mendadak Galau? Ini 5 Penyebabnya!

ilustrasi galau (pexels.com/meijii)
Intinya sih...
  • Keuangan Menjadi Beban Setelah Lebaran
  • Kehilangan Suasana Spesial Pasca Lebaran
  • Tekanan Sosial dan Kehilangan Arah Spiritual

Setelah lebaran berlalu, euforia kebersamaan bersama keluarga dan teman mulai mereda, digantikan oleh perasaan kosong yang sulit dijelaskan. Semua kembali ke rutinitas masing-masing, dan suasana ramai yang sebelumnya begitu hangat berubah menjadi sepi.

Banyak orang merasa kehilangan momen-momen kebersamaan, apalagi jika harus kembali ke perantauan atau menghadapi realita hidup yang mulai berjalan lagi seperti biasa. Bahkan, tak sedikit yang mendadak merasa galau setelah lebaran, tanpa tahu pasti alasannya.

Rasa galau ini bukan sekadar perasaan biasa, tapi ada beberapa faktor yang membuatnya semakin terasa. Semua ini bisa mempengaruhi suasana hati dan bikin seseorang merasa aneh tanpa alasan yang jelas. Nah, biar lebih paham, berikut lima penyebab kenapa setelah lebaran banyak mendadak galau.

1. Dompet mulai menipis setelah lebaran

ilustrasi dompet mulai menipis (pexels.com/Ahsanjaya)

Saat lebaran, banyak orang tanpa sadar mengeluarkan uang lebih banyak dari biasanya. Mulai dari belanja baju baru, membeli oleh-oleh, memberi angpao ke saudara, hingga biaya mudik yang tidak sedikit.

Semua itu bikin kondisi keuangan jadi agak seret setelah lebaran usai. Apalagi kalau gaji berikutnya masih lama, kondisi ini bisa bikin stres dan merasa kehilangan kontrol atas keuangan sendiri.

Selain itu, kebiasaan hidup lebih boros selama bulan ramadan dan lebaran bisa bikin seseorang merasa kesulitan kembali ke pola keuangan yang lebih stabil. Selama sebulan penuh, pengeluaran cenderung meningkat, dan setelah Lebaran selesai, tiba-tiba harus kembali hidup hemat. Perubahan drastis ini bikin banyak orang merasa tidak nyaman, bahkan bisa menimbulkan kecemasan soal finansial yang berujung pada perasaan galau.

2. Kembali ke rutinitas biasa saja

ilustrasi kembali ke rutinitas (pexels.com/Ivan Samkov)

Saat Ramadan dan Lebaran, hari-hari terasa lebih spesial. Ada banyak acara keluarga, momen berkumpul, dan berbagai kegiatan yang bikin suasana lebih hidup. Tapi setelah itu selesai, semuanya kembali seperti semula. Bangun pagi, bekerja atau kuliah, menjalani hari seperti biasa tanpa ada hal yang terlalu istimewa.

Perasaan ini mirip dengan ‘post-holiday blues’ yang sering dialami setelah liburan panjang. Setelah terbiasa dengan kesibukan yang menyenangkan, kembali ke rutinitas bisa terasa hambar dan bikin kehilangan semangat. Apalagi kalau selama ramadan dan lebaran ada banyak kegiatan sosial, lalu tiba-tiba suasana menjadi lebih sepi. Kehilangan dinamika ini bikin orang mudah merasa kosong dan galau.

3. Nostalgia akan kebersamaan keluarga

ilustrasi kebersamaan keluarga (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Lebaran adalah momen langka dimana keluarga besar bisa berkumpul. Bagi yang merantau, ini jadi waktu emas untuk bertemu orang tua, saudara, dan teman-teman lama.

Namun, setelah semuanya kembali ke tempat masing-masing, rasa rindu mulai muncul. Momen kebersamaan yang penuh tawa dan cerita terasa begitu singkat, dan saat semuanya berakhir, ada perasaan kehilangan yang sulit dihindari.

Selain itu, bagi mereka yang jarang bertemu keluarga, Lebaran sering menjadi momen refleksi. Mengingat kembali kenangan masa kecil, melihat orang tua yang semakin menua, atau menyadari ada anggota keluarga yang sudah tiada, semua itu bisa memicu perasaan sedih.

Perasaan ini wajar, tapi jika tidak dikelola dengan baik, bisa berujung pada kegalauan yang lebih dalam.

4. Tekanan sosial dari pertanyaan yang sama setiap tahun

ilustrasi tekanan sosial karena menjawab pertanyaan (pexels.com/Cliff Booth)

Saat bertemu keluarga besar, selalu ada pertanyaan klasik yang muncul setiap lebaran. Mulai dari ‘Kapan lulus?’, ‘Kapan nikah?’, sampai ‘Sudah kerja di mana sekarang?’. Pertanyaan ini mungkin terdengar biasa, tapi buat sebagian orang, bisa terasa seperti tekanan yang membuat suasana hati jadi buruk.

Orang yang belum menikah mungkin merasa tertekan dengan pertanyaan soal pasangan, sementara yang masih mencari kerja bisa merasa minder ditanya soal karier. Tekanan sosial ini sering kali bikin orang merasa tidak cukup baik atau belum mencapai ekspektasi yang diharapkan keluarga. Setelah lebaran usai, pertanyaan-pertanyaan itu masih membekas di pikiran, bikin overthinking, dan akhirnya merasa galau.

5. Merasa kehilangan makna setelah momen spesial

ilustrasi Lebaran (pexels.com/RDNE Stock project)

Selama ramadan dan lebaran, banyak orang yang merasa lebih dekat dengan nilai-nilai spiritual dan sosial. Ada semangat berbagi, kebiasaan ibadah yang lebih intens, dan momen-momen penuh makna bersama orang-orang terdekat.

Tapi setelah semuanya berakhir, sebagian orang merasa kehilangan arah. Kebiasaan baik yang dibangun selama bulan puasa mulai luntur, dan kehidupan kembali seperti biasa tanpa ada dorongan spiritual yang sama kuatnya.

Rasa kehilangan ini bisa bikin seseorang merasa kosong, seolah ada sesuatu yang kurang dalam keseharian. Hal ini sangat wajar, apalagi jika selama Ramadan seseorang merasa lebih baik dalam menjalani hidupnya. Untuk mengatasinya, banyak orang perlu mencari cara agar tetap bisa mempertahankan kebiasaan baik meskipun Ramadan telah usai.

Merasa galau setelah lebaran adalah hal yang wajar dan bisa dialami siapa saja. Fokus pada hal-hal positif, kembali ke rutinitas dengan perlahan, dan tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga bisa membantu mengurangi rasa galau. Jadi, kalau kamu merasa mendadak mellow setelah Lebaran, ingatlah bahwa kamu gak sendirian, dan semua ini pasti bisa dilewati.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us