Mahasiswa Unila Ciptakan Edible Film Antiamis Cegah Stunting

- Olah limbah kedelai dan lada hitam jadi produk inovatif
- Uji mutu dan daya terima anak
- Potensi komersialisasi dan paten
Bandar Lampung, IDN Times – Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Lampung (Unila) menghadirkan inovasi teknologi pangan berkelanjutan berupa edible film nanokomposit multifungsi. Produk ini berbasis isolat protein kulit ari kedelai dan nanopartikel Piper nigrum (lada hitam), yang dirancang khusus untuk melapisi filet ikan siap masak (ready to cook / RTC) pediatrik.
Ketua tim PKM-RE Unila, Renaldi Noaf Pratama mengatakan, inovasi tersebut digagas sebagai solusi atas permasalahan tingginya angka stunting di Indonesia yang salah satunya disebabkan rendahnya konsumsi protein hewani pada anak-anak. Menurutnya, salah satu faktor penolakan konsumsi ikan adalah bau amis dan tekstur yang kurang disukai.
"Kehadiran edible film ini diharapkan mampu meningkatkan penerimaan anak terhadap ikan sekaligus menjaga mutu serta keamanan produk secara alami," kata Renaldi, Senin (18/8/2025).
1. Olah limbah kedelai dan lada hitam jadi produk inovatif

Renaldi menjelaskan, bahan utama edible film ini berasal dari limbah kulit ari kedelai yang kaya protein sehingga mampu membentuk lapisan film. Sementara itu, lada hitam lokal setelah diproses menjadi nanopartikel berfungsi sebagai agen antimikroba sekaligus pemberi aroma alami untuk menutup bau amis ikan.
“Ini adalah pendekatan multifungsi yang memadukan keberlanjutan, potensi lokal, dan pemanfaatan limbah menjadi kemasan aktif yang bisa dimakan,” jelas Renaldi.
Renaldi juga menjelaskan, proses pembuatan edible film meliputi isolasi protein dari kulit ari kedelai, pembuatan nanopartikel lada hitam dengan metode gelasi ionik, pencampuran bersama karagenan dan gliserol, hingga pencetakan dan pengeringan menjadi lembaran film. Lembaran tersebut kemudian diaplikasikan pada filet ikan untuk diuji ketahanan, sifat fisik-mekanik, serta kualitas sensorinya.
2. Uji mutu dan daya terima anak

Renaldi menjelaskan, pengujian film dilakukan secara menyeluruh, meliputi ketebalan, kuat tarik, kelarutan, hingga daya regang. Selain itu, dilakukan pula uji pada filet ikan seperti kadar bakteri, pH, bau, warna, dan penerimaan oleh panelis anak-anak.
"Hasil riset diharapkan mampu menurunkan total bakteri (TPC), mempertahankan nilai TVB, serta meningkatkan skor hedonik terutama aroma dan rasa. Dengan begitu, konsumsi ikan di kalangan anak-anak bisa lebih meningkat," terang ahasiswa Teknologi Industri Pertanian itu.
Meski menghadapi keterbatasan fasilitas laboratorium dan padatnya jadwal anggota karena praktik umum serta magang, menurutnya, tim tetap konsisten menjalankan riset dengan manajemen waktu, pembagian tugas berdasarkan minat, dan evaluasi rutin.
3. Potensi komersialisasi dan paten

Renaldi menyampaikan, produk edible film ini tidak hanya berpotensi menjadi pengawet alami untuk pangan pediatrik, seperti nugget atau ikan beku siap masak, tetapi juga scalable untuk dikembangkan melalui kemitraan dengan UKM penghasil tempe dan petani lada lokal. Ke depan, riset diarahkan menuju komersialisasi serta perlindungan paten.
“Proses PKM itu penuh tantangan. Tapi seperti kata Tan Malaka, ‘Terbentur, terbentur, terbentuk.’ Dari situlah kita belajar dan tumbuh,” imbuhnya.