Itera Ajak Siswa SMPN 1 Seputih Raman Bikin Biopori, Hasilnya Keren!

- Solusi lingkungan tidak harus mahal atau rumitPada sesi sosialisasi, siswa diperkenalkan dengan konsep dasar biopori, manfaat ekologisnya, dan bagaimana lubang resapan mampu mengatasi genangan air sekaligus mengolah sampah organik.
- Siswa diajak terjun langsung ke lapanganSetelah menerima materi, siswa diajak terjun langsung ke lapangan. Tim dosen melakukan demonstrasi pembuatan lubang biopori dengan pendampingan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum.
- Siswa diajak membuat komitmen kecilProses praktik menjadi momen paling menarik. Siswa terlihat antusias mencoba alat bor tanah, mengisi bahan organik, dan memahami bagaimana bi
Lampung Tengah, IDN Times - Upaya membangun budaya peduli lingkungan di sekolah digerakkan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dosen Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Sumatera (Itera) di SMP Negeri 1 Seputih Raman, Lampung Tengah.
Melalui penerapan teknologi biopori, tim dosen dan mahasiswa memperkenalkan cara sederhana namun efektif untuk meningkatkan resapan air sekaligus mengurangi sampah organik di lingkungan sekolah.
Mengusung tema “Ciptakan Lingkungan Sekolah Lestari dengan Lubang Resapan Biopori”, kegiatan ini menggandeng para dosen Arsitektur Itera.
1. Solusi lingkungan tidak harus mahal atau rumit

Pada sesi sosialisasi, siswa diperkenalkan dengan konsep dasar biopori, manfaat ekologisnya, dan bagaimana lubang resapan mampu mengatasi genangan air sekaligus mengolah sampah organik. Materi disampaikan dengan pendekatan visual dan contoh kasus agar lebih mudah dipahami siswa.
Harapannya, mereka dapat melihat solusi lingkungan tidak harus mahal atau rumit. Salah satu dosen Elisabet Nungky Septania mengatakan, sejak awal, kegiatan dirancang bukan sekadar transfer materi, melainkan mengajak siswa untuk benar-benar memahami persoalan lingkungan di sekitar mereka.
2. Siswa diajak terjun langsung ke lapangan

Elisabet menjelaskan, setelah menerima materi, siswa diajak terjun langsung ke lapangan. Tim dosen melakukan demonstrasi pembuatan lubang biopori dengan pendampingan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Asrum Cahyani, dan Pembina OSIS, Cristina Eka Sariningrum.
"Para siswa mempraktikkan teknik penggalian, kedalaman ideal lubang, serta cara mengisi biopori menggunakan sampah organik yang tersedia di lingkungan sekolah. Tiga titik strategis dipilih sebagai lokasi penerapan karena memiliki potensi genangan dan kebutuhan resapan yang cukup tinggi," jelasnya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Suripto, membantu menentukan titik-titik pemasangan biopori sekaligus mengarahkan kebutuhan resapan air di area sekolah yang sebagian besar merupakan kawasan terbangun.
3. Siswa diajak membuat komitmen kecil

Elisabet menyebut, proses praktik menjadi momen paling menarik. Siswa terlihat antusias mencoba alat bor tanah, mengisi bahan organik, dan memahami bagaimana biopori menjadi ruang hidup bagi organisme tanah yang membantu mempercepat proses penguraian. Dosen dan mahasiswa Itera mendampingi satu per satu, memastikan teknik yang digunakan tepat dan aman.
Menurutnya, lewat kolaborasi sederhana namun berdampak ini, beberapa lubang biopori berhasil dibangun dan langsung dimanfaatkan sebagai fasilitas resapan air sekaligus media pengolahan sampah organik.
Lalu, di akhir kegiatan, siswa diajak membuat komitmen kecil yakni, merawat titik biopori yang sudah dibuat dan mencoba menerapkan teknologi yang sama di rumah masing-masing.
"Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari budaya peduli lingkungan yang lebih kuat di SMPN 1 Seputih Raman. Siswa tak hanya belajar dari buku, tetapi juga memahami bahwa menjaga bumi bisa dimulai dari langkah paling sederhana di halaman sekolah mereka," harapnya.


















