Cara Buat Pupuk Kompos dari Kotoran Kambing

- Kelompok mahasiswa KKN Unila menggelar program pemanfaatan kotoran kambing menjadi pupuk kompos di Desa Srimenanti, Lampung Utara.
- Pupuk kompos dapat meningkatkan kualitas tanah, mendukung pertanian organik, dan lebih ramah lingkungan daripada pupuk kimia.
- Masyarakat merespons antusiasme tinggi terhadap program pembuatan pupuk kompos ini karena dianggap lebih bermanfaat dan ekonomis.
Lampung Utara, IDN Times - Kelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) menggelar program pemanfaatan kotoran kambing menjadi pupuk kompos di Desa Srimenanti, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Lampung Utara.
Ali Ramadhan, selaku penanggung jawab program kerja menyampaikan, alasan pemilihan program pembuatan pupuk kompos dari kotoran kambing karena mayoritas masyarakat di Desa Srimenanti adalah peternak kambing dan petani.
"Jadi kami ingin membantu mereka dalam mengelola limbah ternak menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Selain itu, pupuk kompos dapat meningkatkan kualitas tanah, mendukung pertanian organik, serta mudah dibuat dan diterapkan,” kata Ali, Sabtu (15/2/2025).
1. Panduan praktis membuat pupuk kompos ramah lingkungan

Ali menjelaskan, proses pembuatan pupuk kompos dimulai dari persiapan alat dan bahan seperti ember, air, EM4, molase atau larutan gula merah, kohe (kotoran hewan), dedaunan, serta drum atau wadah.
“Pertama, kami membuat larutan dari EM4, gula merah, dan air. Kemudian, dalam wadah, kohe disiram dengan larutan tersebut lalu ditumpuk dengan dedaunan. Proses ini diulang hingga drum penuh, dan untuk hasil fermentasinya sebulan lagi baru jadi,” jelasnya.
Menurutnya, antusiasme masyarakat terhadap program sangat tinggi mengikuti proses pembuatan pupuk kompos ini. Bahkan, alat dan bahan sebagian besar disiapkan oleh pihak desa, sehingga hasilnya bisa langsung dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Manfaat utama pupuk kompos dibandingkan pupuk kimia sangatlah berbeda, pupuk kompos lebih ramah lingkungan, tidak menyebabkan kerusakan tanah, dan mendukung pertanian organik," terangnya.
2. Manfaat dan tantangan produksi pupuk kompos di desa

Sunardi, salah satu warga mengikuti pelatihan tersebut mengatakan, sebelum adanya program ini, kotoran kambing hanya dibiarkan atau dijual kepada pihak lain yang membutuhkannya. Ia pernah mencoba membuat pupuk kompos sebelumnya, tetapi terhenti karena keterbatasan lahan.
“Tentu sangat bermanfaat, karena di desa ini banyak peternak kambing dan petani. Kotoran kambing bisa digunakan untuk membuat kompos, yang jauh lebih baik dibanding pupuk kimia. Prosesnya lebih singkat, hanya dalam sebulan sudah terlihat hasilnya, sedangkan pupuk kimia butuh waktu sekitar tiga bulan,” tutur Sunardi.
Namun, Sunardi juga mengakui tantangan utama dari produksi pupuk kompos adalah keterbatasan lahan untuk penyimpanannya. Meskipun begitu, ia berencana membagikan pupuk kompos yang dihasilkan kepada masyarakat sekitar.
3. Inovasi pupuk kompos dari kotoran kambing sebagai solusi ekonomis untuk desa

Senada dengan Sunardi, Binton Butar-Butar selaku Kaur Umum Desa Srimenanti juga mengapresiasi program ini dan menilai inovasi ini berpotensi untuk dimasukkan dalam agenda pembangunan desa. Menurutnya, melihat harga pupuk semakin mahal, pemanfaatan pupuk kompos dari kotoran kambing ini juga bisa menjadi alternatif yang ekonomis bagi masyarakat.
“Program ini bukan sekadar bagus, tapi sangat bagus. Kalau diterapkan secara berkelanjutan, bisa menjadi solusi bagi petani dan peternak di desa ini. Tapi, tantangannya ada pada SDM. Apakah mereka mau menerapkan ilmu yang telah diberikan? Itu yang perlu kita lihat,” tandasnya