Dosen Unila Teliti Jagung Jadi Solusi Pangan Alternatif Cegah Stunting

Tanaman pangan di Indonesia untuk cegah stunting, sedikit

Intinya Sih...

  • Dosen Unila melakukan penelitian biofortifikasi agronomi untuk meningkatkan kandungan gizi tanaman pangan.
  • Biofortifikasi agronomi bertujuan memperbaiki pertumbuhan, produktivitas, dan nilai gizi pada tanaman guna mencegah stunting.
  • Tanaman jagung dipilih sebagai bahan penelitian karena responsif terhadap tindakan dan menjadi pangan alternatif dalam mengurangi konsumsi beras nasional.

Bandar Lampung, IDN Times - Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila), Agustiansyah, melakukan penelitian biofortifikasi agronomi sebagai upaya meningkatkan kandungan gizi pada tanaman.

Menurut Agustian, Biofortifikasi agronomi merupakan proses peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman dengan tujuan untuk memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan nilai gizi tertentu pada tanaman.

"Penelitian ini berkaitan dengan isu stunting yang saat ini menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Di satu sisi, tanaman pangan di Indonesia yang memiliki gizi tinggi untuk mencegah stunting masih sangat sedikit," jelasnya, Selasa (28/5/2024).

Baca Juga: Mata Kuliah Pramuka Dihapus, Mahasiswa FKIP Unila Wajib Ikut Diklat

1. Perlu adanya peningkatan kandungan gizi pada tanaman

Dosen Unila Teliti Jagung Jadi Solusi Pangan Alternatif Cegah StuntingIlustrasi pertanian (unsplash.com/Steven Weeks)

Agustiansyah menjelaskan, beberapa tanaman memiliki tingkat kandungan nilai gizi relatif rendah sehingga kurang memenuhi jumlah seharusnya dikonsumsi manusia.

Sebaliknya, jika tanaman tersebut memiliki kandungan gizi yang tinggi maka nutrisi yang diserap tubuh juga cukup banyak. Maka, perlu adanya cara untuk meningkatkan kandungan gizi tersebut pada tanaman.

Proses peningkatan kandungan nilai gizi pada tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pemuliaan tanaman hingga kegiatan budidaya tanaman seperti biofortifikasi agronomi.

2. Biofortifikasi agronomi jadi cara cepat tingkatkan kandungan gizi

Dosen Unila Teliti Jagung Jadi Solusi Pangan Alternatif Cegah Stuntingilustrasi penelitian (pexels.com/Gustavo Fring)

Proses biofortifikasi agronomi menjadi salah satu cara dipilih Agustiansyah. Menurutnya, biofortifikasi menjadi salah satu cara cepat dan instan dalam meningkatkan kandungan gizi dalam tanaman.

"Untuk mendapatkan nilai gizi lebih tinggi pada sebuah tanaman pangan, maka kita bisa melakukan berbagai macam cara, salah satunya melalui biofortifikasi agronomi ini, terlebih penelitian ini juga berkaitan dengan permasalahan stunting yang ada di negara kita,” terangnya.

3. Alasan memilih tanaman jagung

Dosen Unila Teliti Jagung Jadi Solusi Pangan Alternatif Cegah StuntingTanaman jagung yang sudah kering di lahan (IDN Times/Ruhaili)

Dalam penelitian tersebut, pihaknya memilih tanaman jagung sebagai bahan penelitian biofortifikasi agronomi, karena sangat responsif terhadap tindakan yang diberikan. Selain itu, tanaman jagung menjadi pangan alternatif dalam mengurangi konsumsi beras nasional.

"Adapun nutrisi yang dapat ditingkatkan nilai kandungannya dalam tanaman jagung melalui biofortifikasi agronomi tersebut antara lain zat Besi (Fe), Zinc (Zn), dan Boron (B)," kata Agustiansyah.

Lebih lanjut ia menjelaskan, tanaman jagung yang telah melalui proses biofortifikasi agronomi dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan pangan, tanpa mengurangi nilai kandungan gizi dalam jagung tersebut.

“Sebagai contoh nilai kandungan Zinc (Zn) dalam tanaman jagung biasanya ± 22 mg/kg. Melalui proses biofortifikasi agronomi nilai kandungan zinc dalam jagung dapat ditingkatkan hingga 58 mg/kg bahan," terangnya.

4. Berharap hasil penelitian terus dikembangkan

Dosen Unila Teliti Jagung Jadi Solusi Pangan Alternatif Cegah Stuntingilustrasi jagung (freepik.com/jcomp)

Agustianysah mengatakan, proses biofortifikasi agronomi dilakukan membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan sesuai dengan umur tanaman jagung. Mulai dari tahap penanaman, pemupukan, penerapan Zn, Fe, Zn, dan B, pemanenan, hingga proses analisis nilai kandungan gizi dalam tanaman pangan jagungnya. Setelah itu, tanaman jagung siap dikonsumsi masyarakat.

“Apliaksi Zn, Fe, dan B, pada tanaman harus memperhatikan fase-fase pertumbuhan tanaman. Biasanya pada fase sebelum berbunga, dan setelah berbunga. Penerapannya dilakukan 2-3 kali selama fase hidup tanaman jagung,” jelasnya.

Ia berharap, setelah penelitian ini berhasil dilakukan, proses biofortifikasi agronomi ini dapat terus dikembangkan dan bermanfaat sebagai inovasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tanaman pangan alternatif.

Baca Juga: Mahasiswa Unila Riset Perkembangan Teknologi, Raih Juara Internasional

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya