Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Game Sepak Bola Paling Dibenci Gamers, Kok Bisa?

FIFA 21 home screen (dok. Steam/EA SPORTS FIFA 21)
Intinya sih...
  • Serangkaian game sepak bola mendapat kritik tajam karena masalah teknis dan kurangnya inovasi.
  • eFootball 2022 gagal memenuhi ekspektasi dengan grafik buruk dan kehadiran bug yang mengganggu.
  • FIFA 21 dan PES 2014 juga mendapat sorotan negatif karena minimnya perubahan gameplay dan masalah teknis.

Sepak bola merupakan salah satu genre game sangat digemari di seluruh dunia. Namun, tidak semua game sepak bola diterima dengan baik oleh para penggemar.

Beberapa game mendapat kritik tajam karena dianggap mengecewakan dalam hal kualitas gameplay, grafik, hingga masalah teknis yang tak kunjung diperbaiki.

Dalam artikel ini, akan membahas lima game sepak bola paling dibenci oleh gamers. Salah satu contohnya adalah eFootball 2022, dinilai gagal memenuhi ekspektasi.

1. eFootball 2022

Cuplikan eFootball 2022 (dok. softonic/eFootball 2022)

Pada saat peluncurannya, eFootball 2022 langsung menjadi bahan olok-olok di kalangan pemain dan komunitas game secara global. Game digadang-gadang sebagai pengganti seri Pro Evolution Soccer (PES) ini diluncurkan oleh Konami pada akhir 2021 dengan banyak masalah teknis.

Mulai dari grafik yang dianggap sangat buruk hingga animasi pemain yang tampak kaku dan tidak realistis, game ini dengan cepat mendapatkan ulasan negatif di berbagai platform gaming. Menurut laporan dari Eurogamer, eFootball 2022 menjadi game dengan rating terendah di Steam hanya beberapa hari setelah dirilis.

Banyak pemain merasa game ini diluncurkan dalam keadaan belum siap, dengan bug dan glitch yang sangat mengganggu, membuat pengalaman bermain jauh dari memuaskan. Kritik ini juga menyoroti hilangnya fitur-fitur penting yang biasa ada di game sepak bola sebelumnya, seperti mode karier dan perbaikan AI lawan yang tidak konsisten.

2. FIFA 21

FIFA 21 home screen (dok. softonic/FIFA 21)

Meskipun FIFA adalah salah satu waralaba game sepak bola terlaris di dunia, bukan berarti setiap rilisnya disukai oleh para penggemar. Salah satu contohnya adalah FIFA 21, dirilis 2020, mendapatkan banyak kritik karena minimnya inovasi dari edisi sebelumnya.

Banyak pemain mengeluhkan game ini terasa seperti pembaruan dari FIFA 20, dengan sedikit perbedaan dalam hal gameplay atau grafik. Selain itu, mode Ultimate Team yang sangat populer di kalangan pemain mendapat sorotan negatif karena model transaksi mikro yang agresif.

Gamers merasa EA Sports terlalu fokus pada keuntungan melalui transaksi mikro, sehingga mengabaikan peningkatan gameplay yang sebenarnya lebih penting . Hal ini membuat pengalaman bermain menjadi kurang menyenangkan, terutama bagi pemain yang tidak ingin mengeluarkan uang tambahan.

3. PES 2014

Cuplikan PES 2014 (dok. uptodown/PES 2014)

Seri Pro Evolution Soccer dikenal dengan gameplay-nya realistis dan dipuji di masa jayanya. Namun, PES 2014 menjadi salah satu titik terendah dalam sejarah franchise ini.

Game ini menandai perubahan besar dengan penggunaan Fox Engine, yang pada awalnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas grafik dan gameplay. Sayangnya, implementasi engine tersebut justru membawa banyak masalah.

Banyak pemain melaporkan adanya penurunan kualitas gameplay dan fisik bola yang tidak terasa natural. Selain itu, kontrol pemain juga dianggap lebih sulit dikuasai dibandingkan dengan seri sebelumnya, membuat banyak penggemar merasa kecewa. Keputusan Konami untuk merilis game ini dengan banyak masalah teknis membuat PES 2014 sulit diterima oleh komunitas, terutama di tengah persaingan ketat dengan seri FIFA.

4. FIFA 20

Cuplikan FIFA 20 (dok. softonic/FIFA 20)

Sama halnya dengan FIFA 21, FIFA 20 juga mendapat banyak kritikan karena dianggap sebagai game yang kurang inovatif. Perubahan gameplay minimal dari FIFA 19 dan masalah teknis membuat banyak penggemar merasa kecewa.

Selain itu, bug yang belum diperbaiki sejak versi sebelumnya, seperti masalah server di Ultimate Team, membuat pengalaman bermain semakin buruk. Salah satu aspek yang paling banyak dikritik adalah mode Volta Football dianggap gagal menghidupkan kembali semangat sepak bola jalanan yang diusung oleh seri FIFA Street sebelumnya.

Mode ini justru terasa repetitif dan tidak memiliki daya tarik yang cukup untuk bertahan lama. Kritik ini mencerminkan kekecewaan besar terhadap EA Sports yang tampak lebih fokus pada keuntungan finansial dibandingkan inovasi gameplay. 

5. Lords of Football

Cuplikan Lords of Football (dok. Steam/Lords of Football)

Dirilis 2013, Lords of Football mencoba menghadirkan pendekatan unik dengan menggabungkan elemen simulasi kehidupan dengan sepak bola. Namun, hasil akhirnya justru tidak sesuai dengan ekspektasi. Alih-alih memberikan pengalaman menyenangkan, game ini dianggap aneh dan sulit dipahami banyak pemain.

Banyak kritikus menyoroti kontrol buruk dan antarmuka pengguna yang membingungkan, yang membuat game ini sulit dinikmati. Selain itu, meskipun premisnya terdengar menarik, Lords of Football tidak mampu mengeksekusi idenya dengan baik sehingga gameplay terasa datar dan monoton . Pada akhirnya, game ini dianggap gagal memberikan pengalaman bermain yang memuaskan, baik sebagai game simulasi maupun sepak bola.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us