Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Panen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Bandar Lampung, IDN Times - Pemberlakuan peraturan pelarangan penjualan gabah keluar dari Lampung diprediksi akan mematikan ekonomi petani. Pasalnya, harga jual gabah diramalkan anjlok akibat kemampuan serap penggilingan padi di Provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai itu belum sebanding dengan volume hasil panen raya.

Salah satu supplier (penyuplai) di Lampung, Rayon Timur menilai, petani akan menjadi korban terbesar karena harga gabah diperkirakan terjun bebas jika penggilingan padi di Lampung belum mampu menyerap seluruh hasil panen raya. Sesuai hukum supply-demand, harga akan turun jika pasokan melimpah.

“Harga bisa turun di bawah 5.000 per kilo yang akan jadi korban petani,” ujar Rayon, Minggu (28/5/2023).

1. Pemda diminta meninjau kembali Perda larangan gabah Lampung dijual ke luar provinsi

Panen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Rayon menyebut, harga gabah turun menikmati adalah penggilingan karena harga jatuh. Dia memperkirakankan, saat harga rendah, dalam satu kali giling 20 ton mereka dapat meraup Rp 10 juta-Rp15 juta.

Menurut dia, selain diserap oleh penggilingan lokal, sudah sejak lama gabah di Lampung juga dipasarkan oleh pembeli luar daerah, dari Jawa hingga Sumatra. Rayon menduga, ada upaya untuk menghalangi pembeli luar daerah masuk ke wilayah itu dengan tujuan mengurangi persaingan.

Dia berharap, pemerintah daerah meninjau kembali Perda larangan gabah Lampung dijual ke luar provinsi dengan melibatkan asosiasi petani dan tidak hanya asosiasi penggilingan padi. “Kami berharap agar jangan hanya karena kepentingan segelintir pihak akan mengorbankan kepentingan yang lebih luas,” jelas dia.

2. Larangan jual gabah bisa picu keributan

Editorial Team

Tonton lebih seru di