Pelarangan Gabah Dijual Keluar Lampung Akan Sengsarakan Petani

Harga jual gabah diramalkan anjlok

Bandar Lampung, IDN Times - Pemberlakuan peraturan pelarangan penjualan gabah keluar dari Lampung diprediksi akan mematikan ekonomi petani. Pasalnya, harga jual gabah diramalkan anjlok akibat kemampuan serap penggilingan padi di Provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai itu belum sebanding dengan volume hasil panen raya.

Salah satu supplier (penyuplai) di Lampung, Rayon Timur menilai, petani akan menjadi korban terbesar karena harga gabah diperkirakan terjun bebas jika penggilingan padi di Lampung belum mampu menyerap seluruh hasil panen raya. Sesuai hukum supply-demand, harga akan turun jika pasokan melimpah.

“Harga bisa turun di bawah 5.000 per kilo yang akan jadi korban petani,” ujar Rayon, Minggu (28/5/2023).

1. Pemda diminta meninjau kembali Perda larangan gabah Lampung dijual ke luar provinsi

Pelarangan Gabah Dijual Keluar Lampung Akan Sengsarakan PetaniPanen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Rayon menyebut, harga gabah turun menikmati adalah penggilingan karena harga jatuh. Dia memperkirakankan, saat harga rendah, dalam satu kali giling 20 ton mereka dapat meraup Rp 10 juta-Rp15 juta.

Menurut dia, selain diserap oleh penggilingan lokal, sudah sejak lama gabah di Lampung juga dipasarkan oleh pembeli luar daerah, dari Jawa hingga Sumatra. Rayon menduga, ada upaya untuk menghalangi pembeli luar daerah masuk ke wilayah itu dengan tujuan mengurangi persaingan.

Dia berharap, pemerintah daerah meninjau kembali Perda larangan gabah Lampung dijual ke luar provinsi dengan melibatkan asosiasi petani dan tidak hanya asosiasi penggilingan padi. “Kami berharap agar jangan hanya karena kepentingan segelintir pihak akan mengorbankan kepentingan yang lebih luas,” jelas dia.

Baca Juga: HK Rutin Operasi Micro Sleep dan ODOL Sebulan Sekali di Tol Bakter

2. Larangan jual gabah bisa picu keributan

Pelarangan Gabah Dijual Keluar Lampung Akan Sengsarakan PetaniPanen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Aturan serupa, kata Rayon, juga pernah diberlakukan di salah satu daerah di Sulawesi sekitar lima tahun lalu. Akibatnya terjadi keributan dan protes dari petani, pedagang dan penggilingan akibat harga gabah turun drastis.

“Petani yang tadinya diam jadi memberontak. Mestinya kita bisa belajar dari kasus tersebut,” jelas dia.

Rayon juga menjelaskan, mengenai harga gabah kering panen (GKP) di Lampung seringkali relatif kurang menguntungkan saat panen. Itu karena ketergantungan petani kepada tengkulak.

3. Terbatasnya modal dan akses pasar

Pelarangan Gabah Dijual Keluar Lampung Akan Sengsarakan PetaniPTPN VII melalui pola kemitraan gulirkan bantuan ke petani Lampung Selatan. (IDN Times/Istimewa).

Terbatasnya modal dan akses pasar menyebabkan petani sebagai ujung tombak pertanian menjadi pihak kurang menikmati keuntungan. Ketergantungan tersebut bermula saat mulai musim tanam.

Mereka membutuhkan modal kerja untuk pengadaan benih, pupuk, pestisida, dan lainnya. Akibat keterbatasan, mereka meminjam kepada tengkulak dan akan dibayar saat panen.

Tidak jarang juga ada permainan untuk menekan harga. Bahkan bisa di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) jika sedang panen raya. Misalnya, gabah telat dibongkar sehingga harus menginap sehingga harganya makin turun.

Selain itu, untuk jenis padi tertentu juga sering ditekan, seperti beras bulat yang pangsa pasarnya lebih terbatas. “Harga gabah yang ditekan tersebut menyebabkan ekonomi petani kurang sejahtera,” kata Rayon.

4. Harga GKP saat ini di atas Rp 5.000 per kg dinilai wajar

Pelarangan Gabah Dijual Keluar Lampung Akan Sengsarakan PetaniIlustrasi gabah. (Pexels.com/icon0.com)

Rayon menilai, harga gabah mulai wajar sejak masuknya perusahaan besar karena kemampuan pembeliannya juga besar. Kondisi ini disebut menguntungkan petani.

Harga GKP saat ini di atas Rp 5.000 per kg dinilai wajar untuk meningkatkan kesejahteraan petani Lampung. "Supplier sekarang kejarnya kuantitas jadi harus bayar cash," paparnya. 

"Sekarang apa adanya saja, kalau hasilnya bagus langsung bayar. Kalau dulu sampai berbulan-bulan, sekarang gak ada cerita," ujar Rayon. 

Baca Juga: Harga Gabah Meroket, Pembeli Luar Lamsel Angkat Tangan

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya