Empat Terduga Teroris Ditangkap di Lampung akan Lakukan Amaliyah Teror

Ditangkap di tiga lokasi berbeda di Lampung

Bandar Lampung, IDN Times -  Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan mengapresiasi tim Detasemen Khusus (Densus 88) Antiteror Mabes Polri menangkap empat terduga teroris di Provinsi Lampung. Empat terduga itu ditangkap di tiga tempat berbeda, yakni satu orang di Kecamatan Panjang Bandar Lampung, satu orang di Kota Metro, dan dua orang di Kabupatren Pringsewu.

Ken menerangkan, inisial para terduga teroris yang ditangkap yakni, Sul, Dav, Bak, dan RG. Mereka diduga terlibat dengan kelompok Imar Banten, yang sudah tertangkap lebih dahulu, di Jawa Barat. "Diduga mereka berencana akan melakukan amaliyah teror di beberapa kota di Jawa," paparnya dalam pernyataan tertulis, Minggu (8/11/2020).

1. Amankan sejumlah barang bukti

Empat Terduga Teroris Ditangkap di Lampung akan Lakukan Amaliyah TerorIlustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)

Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri dikabarkan menangkap dua warga Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu diduga terkait jaringan terorisme, Sabtu (7/11/2020). Dua warga yang diamankan diduga berasal dari Pekon Gadingrejo Kecamatan Gadingrejo dan satu warga dari Pekon Wonodadi Kecamatan Gadingrejo

Saat menangkap dua warga ini, tim Densus 88 mengamankan barang bukti laptop dan beberapa ponsel berbagai merek. Kedua terduga teroris saat ini telah berada di Mako Brimob Polda Lampung.

Humas Polda Lampung belum menyampaikan keterangan resmi terkait penangkapan dua warga Pringsewu diduga terlibat jaringan teroris. 

2. Kelompok radikal kembali bergerak salah satu pemicunya tindakan Presiden Prancis menghina Islam

Empat Terduga Teroris Ditangkap di Lampung akan Lakukan Amaliyah TerorANTARA FOTO/Thomas Samson/Pool via REUTERS/djo

Ken menyebut, saat ini kelompok radikal mulai bergerak lagi di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu pemicunya adalah tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina Islam.

Padahal yang dimaksud adalah oknum kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam. “Presiden Prancis resah dengan kiprah para imam 'impor' yang datang dari negara-negara di luar Prancis yang cenderung membawa wajah Islam yang terkesan radikal,” jelas Ken.

Bahkan pasca penyerangan terhadap warga di dekat kantor redaksi Charlie Hebdo pada 25 September 2020, Imam Besar Masjid Agung Paris Chems-eddine Hafiz dan para pengurus Dewan Masjid Prancis menemui Presiden Emmanuel Macron di Istana Elysee.

Mereka mendesak Macron agar segera membuat UU khusus untuk mengatasi kaum Islamis (radikal) yang berupaya membangkang terhadap pemerintah. Kepada Macron, para pengurus masjid di Prancis juga menegaskan bahwa untuk menghadapi kelompok radikal itu perlu diperbanyak imam yang moderat. "Mereka gelisah sangat karena polisi dan jaksa dianggap tak serius menangani aksi-aksi kekerasan bermotif agama," kata Ken.

3. Persebaran kelompok radikalisme di Indonesia sudah merupakan ancaman serius

Empat Terduga Teroris Ditangkap di Lampung akan Lakukan Amaliyah TerorIlustrasi Melawan Radikalisme (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Ken, momentum di Prancis ini dimanfaatkan betul oleh jaringan kelompok radikal di Indonesia untuk membuat propaganda agar masyarakat teradu domba. Bahkan tidak sedikit yang main boikot dan membakar produk Prancis miliknya.

Ken menyatakan, minimnya sosialisasi pencegahan bahaya radikalisme  membuat kelompok radikalisme seolah olah mendominasi dan mayoritas. Padahal kelompok radikal tidak banyak, tapi mereka militan dan bergerak terstruktur sistemtis dan masif, sementara kelompok masyarakat yang moderat cenderung diam dan membiarkan radikalis merajalela.

“Persebaran kelompok radikalisme di Indonesia sudah merupakan ancaman serius dan bila propaganda adu domba pelaku radikaisme terus diabaikan, tidak mustahil Indonesia bisa luluh lantak seperti Suriah,” ujarnya.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap Dua Warga Pringsewu Diduga Jaringan Teroris

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya