Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mahasiswa KKN Unila Olah Limbah Durian jadi Kompos Ramah Lingkungan

Mahasiswa KKN Unila Periode 1 Tahun 2025 di Desa Gunung Katon, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Lampung Utara olah limbah durian jadi kompos ramah lingkungan (Dok/Unila.ac.id)
Intinya sih...
  • Mahasiswa KKN Unila melaksanakan program inovatif "Agrigo" di Desa Gunung Katon, Lampung Utara
  • Agrigo terdiri dari pembuatan herbisida nabati dan kompos kulit durian untuk mengatasi permasalahan pertanian desa
  • Dukungan penuh warga desa dan kesempatan belajar teknik pertanian lokal menjadi pengalaman luar biasa bagi mahasiswa

Lampung Utara, IDN Times - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) Periode 1 Tahun 2025 melaksanakan program kerja inovatif bertajuk “Agrigo” (Agriculture Go) di Desa Gunung Katon, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Lampung Utara.

Salah satu mahasiswa KKN, Dita Irmawati mengatakan, pelaksanaan “Agrigo” terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu pembuatan herbisida nabati berbahan dasar ekstrak akar alang-alang dan pembuatan kompos dari limbah kulit durian.

"Tujuan utama kegiatan ini adalah mengatasi permasalahan pertanian di desa, seperti banyaknya limbah kulit durian yang belum dimanfaatkan serta pertumbuhan gulma alang-alang yang mengganggu produktivitas perkebunan kopi," kata mahasiswi Agronomi dan Hortikultura itu, Senin (3/2/2025).

1. Tak setinggi herbisida kimia tapi lebih ramah lingkungan

Mahasiswa KKN Unila Periode 1 Tahun 2025 di Desa Gunung Katon, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Lampung Utara olah limbah durian jadi kompos ramah lingkungan (Dok/Unila.ac.id)

Dita menjelaskan, pembuatan herbisida nabati dilakukan melalui proses ekstraksi akar alang-alang yang kemudian difermentasi selama 48 jam sebelum dilarutkan dalam air. Menurutnya, meski efektivitasnya tidak setinggi herbisida kimia, metode ini lebih ramah lingkungan dan dapat mengendalikan gulma seperti Ageratum conyzoides, Eleusine indica, dan Cyperus rotundus L.

Sementara itu, pembuatan kompos kulit durian dilakukan dengan mencampurkan kulit durian dan pupuk kandang dalam lapisan berselang-seling yang kemudian dibiarkan terurai secara alami.

"Kompos ini berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap air, serta meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang penting bagi pertumbuhan tanaman," jelasnya.

2. Solusi berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan pertanian desa

ilustrasi memberi pupuk (pexels.com/Greta Hoffman)

Menurut Dita, pelaksanaan “Agrigo” mendapat dukungan penuh dari warga desa, termasuk kepala desa yang membantu menyediakan bahan baku. Selain berbagi ilmu tentang pembuatan herbisida nabati dan pengomposan, mahasiswa KKN juga mendapatkan kesempatan untuk belajar teknik penyambungan pohon kopi langsung dari para petani setempat.

"Kami sangat tertarik menjalankan program ini karena merupakan solusi berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan pertanian desa. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal, kita dapat membangun pertanian yang lebih sehat dan ramah lingkungan," ujarnya.

3. Berharap masyarakat dapat memanfaatkan limbah pertanian secara efektif

ilustrasi membuat pupuk kompos (pixabay.com/jokevanderleij8)

Dita merasa pengalaman KKN di Desa Gunung Katon sangat luar biasa. Antusiasme warga begitu tinggi, dan kami bisa saling berbagi ilmu dengan para petani. Ia berharao inovasi ini dapat terus dikembangkan dan bermanfaat bagi pertanian desa.

"Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memanfaatkan limbah pertanian secara efektif dan menerapkan metode pertanian yang lebih ramah lingkungan demi keberlanjutan pertanian di masa depan," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Silviana
Martin Tobing
Silviana
EditorSilviana
Follow Us