5 Tips Mengajarkan Financial Literacy pada Anak, Terapkan Sejak Dini!

- Mengajarkan finansial literacy pada anak sejak dini penting untuk membantu mereka mengelola uang di masa depan.
- Belajar sambil bermain adalah cara efektif untuk mengenalkan konsep uang kepada anak, baik melalui permainan tradisional maupun aplikasi edukasi finansial.
- Anak perlu memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, belajar menabung secara visual, serta diberi uang saku dengan aturan yang jelas dan tanggung jawab yang sesuai usia.
Pernah gak sih kamu merasa cemas saat anak merengek minta mainan mahal di mall atau tantrum karena keinginannya gak langsung dipenuhi? Situasi seperti ini cukup umum terjadi dan sering kali jadi sinyal anak belum memahami konsep uang dengan baik.
Padahal, kemampuan mengelola uang alias financial literacy adalah salah satu keterampilan hidup penting yang sebaiknya diajarkan sejak dini, bahkan sebelum anak masuk sekolah dasar. Sayangnya, pendidikan finansial masih jarang diajarkan secara formal, baik di sekolah maupun di rumah.
Banyak orang tua merasa tabu membicarakan soal uang dengan anak, atau berpikir anak-anak terlalu kecil untuk memahami konsep keuangan. Padahal, penelitian menunjukkan kalau kebiasaan finansial seseorang mulai terbentuk sejak usia 7 tahun, lho.
Artinya, semakin cepat kita memperkenalkan literasi keuangan, semakin baik. Nah, berikut ini lima tips praktis bisa kamu terapkan untuk mengajarkan financial literacy pada anak!
1. Kenalkan konsep dasar uang lewat permainan seru dan interaktif

Belajar sambil bermain adalah cara paling efektif buat anak-anak. Kamu bisa manfaatkan permainan seperti monopoli, market-market-an, atau bahkan bikin toko mainan sendiri di rumah untuk mengenalkan konsep dasar uang.
Lewat permainan, anak-anak belajar kalau uang digunakan untuk bertransaksi, tiap barang punya harga berbeda, dan ada nilai nominal yang harus diperhitungkan. Agar makin seru, coba gunakan uang asli dengan nominal kecil, tentu saja dengan pengawasan.
Biarkan anak menghitung uang sendiri supaya mereka terbiasa dengan bentuk fisik dan nilainya. Kalau anakmu sudah lebih besar, kamu bisa perkenalkan aplikasi edukasi finansial yang ramah anak. Intinya, buat pengalaman belajar soal uang terasa fun, bukan kayak pelajaran membosankan.
2. Tanamkan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan sejak dini

Salah satu fondasi penting dalam literasi finansial adalah memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Anak perlu tahu kalau kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal harus didahulukan sebelum membeli mainan atau camilan favorit.
Waktu belanja bareng, ajak anak berdiskusi sederhana: "Ini kita butuh atau cuma mau aja, ya?" Di rumah, kamu juga bisa bikin dua daftar, satu untuk kebutuhan, satu lagi untuk keinginan.
Bahas bersama kenapa suatu barang masuk ke kategori tertentu. Saat anak menginginkan sesuatu, ajarkan mereka untuk menunggu dan menabung dulu. Ini membantu mereka memahami bahwa gak semua keinginan harus langsung dipenuhi.
3. Ajak anak menabung dengan cara konkret dan bisa dilihat

Karena anak-anak cenderung berpikir konkret, konsep menabung harus dibuat visual dan nyata. Berikan mereka celengan transparan atau toples kaca, supaya mereka bisa melihat uangnya bertambah sedikit demi sedikit.
Kamu juga bisa pasang target menabung bersama, misalnya membeli sepeda. Tempel gambar sepeda di dekat celengan dan buat ‘termometer tabungan’ yang diwarnai setiap kali uang bertambah.
Jangan lupa rayakan setiap pencapaian kecil, ya! Cara ini bakal mengajarkan anak menabung itu butuh proses, tapi rasanya memuaskan ketika tujuannya tercapai.
4. Berikan uang saku dan ajari cara mengelolanya sejak kecil

Memberikan uang saku itu bukan cuma soal memberi uang, tapi juga mengajarkan anak tanggung jawab. Mulailah dengan jumlah kecil, lalu naikkan bertahap sesuai usia mereka. Tentukan juga aturan mainnya, seperti apa saja yang boleh dibeli dari uang saku itu.
Biar lebih terstruktur, ajak anak membagi uang saku mereka ke tiga bagian yakni, belanja, menabung, dan berbagi. Kamu bisa pakai tiga toples atau amplop warna-warni. Misalnya, 60 persen untuk belanja, 30 persen untuk ditabung, dan 10 persen untuk disumbangkan.
Biarkan mereka belajar dari kesalahan kecil, misal kehabisan uang jajan terlalu cepat. Dari situ, mereka belajar mengatur keuangan sendiri di lingkungan yang aman.
5. Jadikan aktivitas harian sebagai kesempatan belajar soal keuangan

Gak perlu nunggu momen khusus untuk mengajarkan anak tentang uang. Setiap aktivitas sehari-hari bisa jadi peluang belajar. Saat belanja ke supermarket, ajak anak membandingkan harga, cari diskon, atau menghitung kembalian. Ketika merencanakan acara keluarga seperti piknik, libatkan mereka dalam membuat anggaran.
Kalau ada momen spesial seperti ulang tahun atau liburan, beri anak budget khusus dan bantu mereka mengatur pengeluarannya. Untuk anak yang lebih besar, mulai kenalkan konsep "usaha untuk dapat uang", misalnya dengan memberi upah kecil untuk tugas tambahan seperti mencuci mobil atau beres-beres gudang. Ini mengajarkan mereka bahwa uang datang dari kerja keras, bukan sekadar dikasih begitu saja.
Mengajarkan financial literacy ke anak memang butuh kesabaran ekstra, tapi hasilnya luar biasa. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membantu mereka mengambil keputusan keuangan cerdas di masa depan. Semoga bermanfaat!