Pertagas Menjembatani Kebutuhan Industri dan Kedaulatan Energi Nasional

- Memastikan energi dapat diakses oleh seluruh lapisan industri, dengan pendekatan tiga tahap integrasi: interkoneksi, integrasi, dan interoperability.
- Potensi besar blok Andaman membutuhkan dukungan pipa transmisi nasional untuk komersialisasi yang efisien.
- Pertumbuhan kawasan industri tidak hanya ditentukan oleh lokasi, tetapi juga oleh kesiapan infrastruktur energi seperti pipa Cisem.
Forum Pertagas Integrated Pipeline and Energy Summit (PIPES) 2025 diselenggarakan PT Pertamina Gas sebagai bagian dari Subholding Gas Pertamina, menjembatani dialog para pelaku industri melalui Plenary Session II bertema “Balancing Market Needs and Strengthening National Energy Sovereignty”
Kegiatan PIPES 2025 dilaksanakan, Rabu (18/6/2025), menghadirkan para pelaku industri yakni PT INALUM, Mubadala Energi, Husky-CNOOC Madura Limited (HCML), PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), serta Direktur Utama PT Pertamina Gas. Diskusi tersebut menekankan pentingnya peran infrastruktur energi dan kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat pasokan gas domestik guna mendukung pertumbuhan industri sekaligus mewujudkan kedaulatan energi nasional.
1. Memastikan energi dapat diakses oleh seluruh lapisan industri

Gamal Imam Santoso, Direktur Utama PT Pertamina Gas, yang juga menjadi narasumber dalam sesi tersebut menekankan peran Pertagas di sektor midstream adalah menjembatani ketidakseimbangan suplai dan permintaan antarwilayah, serta memastikan energi dapat diakses oleh seluruh lapisan industri. “Kami mengusung pendekatan tiga tahap integrasi: interkoneksi, integrasi, dan interoperability” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (23/6/2025).
Ia menegaskan, integrasi infrastruktur midstream merupakan penghubung krusial antara potensi gas bumi di sektor hulu dan kebutuhan besar di sektor hilir. Kolaborasi seluruh pihak dibutuhkan agar manfaat gas bumi tidak hanya dinikmati oleh kawasan industri mapan, tetapi juga menjangkau pusat-pusat pertumbuhan baru.
Pentingnya kesiapan infrastruktur midstream juga ditekankan oleh Wahyudin Sunarya, VP Marketing, Legal & Business Support HCML. Ia menyatakan bahwa tanpa dukungan jalur transmisi, pertumbuhan sektor hulu akan stagnan.
“Tanpa midstream, upstream tidak bisa tumbuh. Penemuan cadangan gas baru sangat bergantung pada kesiapan jaringan pipa. Interkoneksi seperti EJGP–Gresem–Cisem menjadi pintu masuk penting untuk membuka pasar di wilayah-wilayah seperti Jawa Barat yang selama ini sulit dijangkau secara keekonomian,” ujarnya.
2. Potensi besar blok Andaman

Dari perspektif global, Widi Hernowo, VP HSSE & AI and Partnership Mubadala Energi, menyampaikan potensi besar blok Andaman di kawasan utara Indonesia. Namun ia menegaskan, tanpa dukungan pipa transmisi nasional, potensi tersebut akan sulit direalisasikan secara komersial.
“Cadangan Andaman sangat besar, namun komersialisasinya sangat bergantung pada keberadaan infrastruktur pipa milik Pertagas agar dapat tersambung dengan pasar domestik secara efisien,” ungkap Widi.
Kebutuhan gas yang besar juga datang dari sektor hilir strategis. Ivan Ermisyam, Direktur Operasi PT INALUM. Ia menjelaskan, keberlanjutan industri hilirisasi logam sangat bergantung pada pasokan gas yang stabil dan efisien secara harga.
“Biaya energi merupakan komponen dominan dalam operasional kami. Kami sangat berharap alokasi gas pipa tetap diberikan kepada INALUM agar rencana ekspansi pabrik kami di Kalimantan dapat berjalan dengan efisien dan berdaya saing,” paparnya.
3. Pertumbuhan kawasan industri tidak hanya ditentukan oleh lokasi

Dari sisi pengembangan kawasan industri, Marfan Trihartiko, Kepala Divisi Operasi, IT dan Services PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), menggarisbawahi pertumbuhan kawasan industri tidak hanya ditentukan oleh lokasi, tetapi juga oleh kesiapan infrastruktur energi.
“KITB sangat berterima kasih atas kehadiran pipa Cisem yang dibangun oleh Pemerintah RI. Ini sangat mendukung perkembangan KITB sebagai kawasan industri baru. Ke depan, kami menargetkan Batang menjadi Kota Industri yang membutuhkan pasokan energi yang andal dan berkelanjutan.”
Diskusi pada sesi ini menunjukkan pembangunan infrastruktur gas bumi tidak bisa hanya berfokus pada sisi suplai atau demand secara terpisah. Keseimbangan antara keduanya harus diwujudkan melalui konektivitas yang kuat, perencanaan bersama, dan keberanian berinvestasi secara strategis. Melalui sesi ini, PIPES 2025 sinergi antara bisnis dan kepentingan nasional bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi merupakan satu-satunya jalan menuju kemandirian energi.